Jam sudah menunjukkan pukul 19.48 saat Seokmin selesai memanaskan Doenjang-jjigae (soybean paste stew) dan bersiap untuk makan. Biasanya makan malamnya tidak akan selarut ini, tapi karena suami tercinta pergi bersama sahabat-sahabatnya, Seokmin baru ingat untuk makan malam.
"Aduh mati deh, jangan sampe Jisoo tau gua telat makan." pikir Seokmin dalam hati sembari menyuap nasi dan sup ke dalam mulutnya dengan kecepatan tinggi. Pokoknya sebelum Joshua pulang, Seokmin sudah harus menghilangkan jejak-jejak 'dosa' ini.
Bukannya Seokmin takut akan kemarahan Joshua, tapi ia tidak ingin melihat suaminya bersedih dan menyalahkan diri karena keteledoran yang Seokmin lakukan sendiri.
Aku gak becus ya ngurus kamu. Ngasih anak gak bisa, ngurus suami gak bisa. Payah banget sih aku. Kenapa ya aku mesti lahir sebagai Beta? semua hal yang aku lakukan gagal terus.
Seokmin tidak akan lupa hari dimana ia masuk UGD karena terlalu sibuk bekerja dan membuat penyakit asam lambungnya kumat. Joshua tidak menangis mengucapkan kata-kata itu, namun sorot matanya yang terlihat putus asa dan tak berdaya membuat Seokmin sangat takut. Sepanjang malam ia memeluk Joshua dengan erat dan menyakinkan pria itu bahwa apa yang terjadi bukan kesalahannya.
Reaksi Joshua mungkin terlihat sangat berlebihan, namun Seokmin paham bahwa apa yang suaminya rasakan adalah efek dari pernikahan Joshua yang kandas di masa lalu.
Di awal pernikahan, mantanku bilang kami bisa adopsi anak. Tapi, setelah dua tahun tiba-tiba dia mau punya darah daging sendiri. Kami sama-sama Beta Male, jadi dia tahu sejak awal keinginannya adalah hal yang mustahil aku penuhi. Perceraian itu sama sekali bukan salahku, tapi tak bisa kupungkiri aku jadi bertanya-tanya, 'bagaimana kalau aku terlahir sebagai Beta Female atau Omega, apakah pernikahan ku akan tetap bertahan?'
Kisah itu Joshua ceritakan ketika Seokmin menunjukkan keseriusannya dalam hubungan mereka. Saat itu lah Seokmin bersumpah bahwa sepanjang hidupnya ia akan berusaha meyakinkan Joshua kalau eksistensi sang Beta sudah lebih dari cukup. Tidak peduli perubahan apapun yang akan terjadi di masa depan, Seokmin akan terus membuktikan bahwa Joshua adalah satu-satunya yang ia butuhkan, tanpa ditambah atau dikurangi apapun.
Selang 15 menit setelah Seokmin selesai membersihkan piring dan menyemprot dapurnya dengan pewangi, ia bisa mendengar suara pintu gerbang yang terbuka secara otomatis. Joshua sudah pulang dan hari ini pun Seokmin berhasil menghindari situasi berbahaya.
Biasanya tak butuh waktu lama bagi Joshua untuk naik ke kamar mereka dan mengumumkan kepulangannya, tapi setelah beberapa menit tidak melihat tanda-tanda kedatangan suaminya, akhirnya Seokmin memutuskan untuk turun dan melihat keadaan. Dia yakin benar aroma Doenjang-jjigae sudah hilang, jadi mestinya tidak ada masalah. Namun, apa yang menyambut Seokmin ketika memasuki ruang tamu benar-benar di luar dugaan. Melihat Mingyu memeluk tubuh Jeonghan yang tak sadarkan diri di sofa dan Joshua yang sibuk menelpon dengan wajah panik membuat Seokmin berlari menghampiri.
"Jeonghan kenapa?" Pertanyaan Seokmin hanya dibalas isyarat tangan oleh Joshua yang masih sibuk menelpon, memintanya untuk menunggu sampai ia selesai. Sedangkan Mingyu sama sekali tidak menengok ke arah Seokmin, ia terdiam dan memeluk tubuh Jeonghan dengan wajah tegang.
Usai mematikan teleponnya Joshua mengerang kesal, "Gyu, dokter gue lagi di luar kota jadi gak bisa kemari. Dia bilang kalau keguguran biasanya ada bercak darah, kalau gak ada mungkin masih aman. Tapi ini Jeonghan masih pingsan, jadi mending kita bawa ke rumah sakit aja." Desak Joshua yang malah membuat Mingyu memeluk Jeonghan semakin erat.
"Jeonghan bisa lebih stres kalau dibawa ke tempat asing sekarang." Jawab Mingyu singkat.
Melihat gelagat aneh sahabat dan reaksi suaminya membuat Seokmin kembali angkat suara."Jadi, ini Jeonghan kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
One and Only
FanfictionImpian Jeonghan hanya satu, memiliki rumah yang hangat dan aman. Tapi kenapa susah sekali sih, menggapainya?