Di Goong Atelier ada periode krusial dimana semua karyawan perlu ekstra hati-hati dan sebisa mungkin tidak membuat masalah. Periode ini terjadi dua kali dalam satu tahun, dan berlangsung kira-kira selama 3 minggu—seminggu sebelum, selama, dan sesudah pergelaran Fashion Week. Dalam periode itu para karyawan seakan berjalan di atas es yang licin dan harus bertahan menghadapi ketegangan yang melingkupi atasan mereka masing-masing.
Dari sederet nama daftar kepala departemen yang tidak boleh diusik selama periode tersebut, nama Yoon Jeonghan, sang Head of Public Relations sekaligus tangan kanan dan sahabat dari founder Goong Atelier—Joshua Hong-Lee, berada di peringkat teratas.
Sebetulnya Jeonghan adalah atasan yang baik. Ia tidak pernah menyalahgunakan kekuasaan atau memperlakukan bawahannya dengan tidak masuk akal. Ia memberi reward bagi karyawan dengan performa brilian, dan memberi kritik membangun saat salah satu karyawannya melakukan kesalahan. Sangkin baik dan sabarnya Jeonghan, ia bahkan mendapat julukan Angel dari para bawahannya.
Namun, semua berubah pada periode krusial. Sang Angel yang baik dan penyabar akan lenyap digantikan oleh Fallen Angel yang suara langkah sepatunya saja membuat semua karyawan menahan nafas. Bukan ledakan amarah yang penuh kosakata kebun binatang yang para karyawan takuti, tapi promosi dan karir tersendat lah yang mereka pikirkan. Pasalnya Jeonghan tak main-main saat mendeduksi point kinerja karyawan kalau mereka membuat kesalahan di periode ini.
Untuk Fashion Week musim ini, awalnya semua karyawan di departemen PR merasa optimis. Mereka yakin semua berjalan lancar karena Goong Atelier tidak hanya meraih pujian atas koleksi desain terbaru mereka, tapi juga menerima feedback positif dari publik atas program campaign yang mengusung tema sustainability. Namun, hari sial memang tidak memandang tanggal. Baru tiga hari setelah pergelaran fashion selesai, media sosial sudah diributkan oleh kasus korupsi yang melibatkan salah satu anggota keluarga Hong dan akhirnya ikut menyeret nama Joshua.
"Emang dari lima saudaranya Bapak, Paman gue yang satu itu tolol luar biasa. Padahal dari dulu Kakek gue udah bilang gak usah lah masuk politik kalau nggak pinter-pinter amat, toh, keluarga kami udah cukup nyaman. Eh, dia malah nekat. Sekarang mainnya nggak rapih satu keluarga jadi keseret, kan. Mana dari klan Hong nama gue yang paling terkenal sekarang, Haduh!" Joshua langsung mencak-mencak saat melihat namanya bertengger cukup tinggi di trending topic social media.
Masalahnya bukan hanya nama pribadi Joshua yang jadi perbincangan, tapi Goong Atelier pun ikut disangkutkan menjadi salah satu bisnis yang dijadikan wadah si Paman cuci-cuci uang. Wah, apa Joshua tidak meledak? Bisa-bisanya para orang sok tau itu menuduh 'anak' yang ia lahirkan dengan keringat dan darahnya sendiri punya hubungan dengan urusan kotor sang Paman.
Dengan adanya segala keributan yang terjadi, tak heran Jeonghan dan seluruh karyawan departemen PR masih duduk di kursi masing-masing padahal jam sudah menunjukkan pukul 19.50. Semua terlihat begitu sibuk memantau pergerakan di berbagai platform media sosial dan mengumpulkan semua artikel berita yang diterbitkan oleh media.
Melelahkan memang, namun dibanding memantau, mengumpulkan data, dan memikirkan manuver selanjutnya, rasanya tugas paling menegangkan jatuh di pundak seorang staf bernama Lee Jung Chan atau biasa dipanggil Lee Chan oleh karyawan lain. Sebagai asisten Jeonghan, posisi Lee Chan mengharuskannya untuk mengakomodir kebutuhan Jeonghan. Berada sedekat itu dari pusat api, tentu bukan hal yang mudah.
"Gimana hasil monitoringnya, Chan? Ada perubahan apa setelah kita minta media buat release artikel soal Goong Atelier?" tanya Jeonghan sambil memijat pangkal hidungnya.
Lee Chan yang sudah dilengkapi data-data, langsung sigap menjawab. "Hastag nama Pak Joshua udah lumayan turun. Opini publik juga semakin lama berubah setelah mereka tahu fakta bahwa Pak Joshua diriin Goong Atelier jauh sebelum pamannya menjabat di pemerintahan," jelasnya lancar tanpa terbata-bata. Pokoknya kalau situasi lagi begini, jangan sampai dia kelihatan ragu. Bisa disemprot Jeonghan nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
One and Only
FanfictionImpian Jeonghan hanya satu, memiliki rumah yang hangat dan aman. Tapi kenapa susah sekali sih, menggapainya?