The Incident

12 0 0
                                    

Pertandingan berjalan dengan normal di set pertama dan dimenangkan oleh tim sekolah Aiko. Di tribun juga terlihat Kuroo dan Kenma—yang terlihat seperti di seret untuk ikut— sedang menonton, sepertinya pertandingan mereka sudah selesai.

Saat tatapan mereka bertemu Kuroo mengejakan kata semangat untuk Aiko. Melihat hal itu membuat Aiko merasa tambah bersemangat untuk melakukan permainan yang maksimal. Set kedua dimulai dengan service ace dari Aiko hingga pada servis yang ketiga pihak lawan berhasil menerima bola dan melakukan serangan. Tapi serangan berhasil di hadang oleh middle blockernya tim sekolah Aiko, satu poin untuk tim sekolah Aiko dan servis kembali kepada Aiko.

Pertandingan berjalan sebagaimana layaknya pertandingan-pertandingan lainnya. Tapi makin lama tim sekolah Aiko semakin terdesak oleh tim lawan. Set kedua berhasil dimenangkan oleh tim lawan.

Pikiran-pikiran yang memenuhi otaknya sebelum bertanding, kembali lagi karena sudah mulai lelah setelah bermain dua set. Aiko berusaha untuk tetap tenang dengan berisitirahat dan duduk. Ia tidak berkomentar apapun ketika pelatih menjelaskan strategi baru mereka. Pikiran Aiko saat ini seperti sedang melayang.

Peluit set ketiga berbunyi, menandakan permainan ketiga dimulai. Servis dimulai dari tim lawan dan berhasil disambut oleh tim Aiko. Bola kembali disambung tim Aiko dan mengirimkannya kepada Aiko untuk di smash. Poin pertama di set ketiga berhasil didapatkan oleh Aiko. Tapi Aiko merasakan ada hal aneh dengan tangannya. Pada poin kedua servis dimulai dari tim sekolah Aiko.

Bola berhasil disambut oleh tim lawan dan mereka sambung kepada Ace mereka. Ace tim lawan merupakan salah satu dari tiga orang lainnya yang dapat mengimbangi kemampuan Aiko. Saat ini Aiko berada sebagai blocker. Ace tersebut memukul bola sekuat tenaga namun berhasil dihadang oleh Aiko dan poin menjadi milik tim Aiko.

Saat semuanya sedang selebrasi singkat. Aiko hanya berdiri termenung melihat tangannya. Saat yang lain sadar, Aiko langsung dilarikan ke klinik stadion dan oleh perawat disana, ia tidak diperbolehkan main lagi.

Semua terjadi begitu cepat sehingga butuh waktu lama untuk Aiko mencerna hal yang terjadi. Ketika ia selesai mencerna semuanya, air matanya jatuh tanpa bisa terbendung lagi. Pandangannya yang buram karena air mata melihat Kuroo dan Kenma masuk dengan wajah yang panik.

'Habislah' batin Aiko.

'Semua sudah berakhir'

'Apanya bisa melakukan keduanya disaat yang bersamaan?!'

'Sekarang aku bukan hanya tidak bisa menyelesaikan pertandingan, aku juga tidak akan bisa melakukan resital dengan cidera seperti ini'

Ia terus menangis dengan batin yang penuh dengan pikiran-pikiran negatif. Ditatapnya tangannya yang kini dibalut perban. Hatinya menjadi tambah terluka, Kuroo yang melihat kekasihnya yang menangis hebat seperti itu membuatnya refleks memeluk Aiko. Saat ini dia tidak menginginkan apapun selain Aiko berhenti bersedih. Karena melihat Aiko yang menangis ikut membuat hatinya terluka.

"Ayah pasti akan menghukumku jika aku tidak jadi melakukan resital malam ini" kata Aiko sesenggukan ketika  sudah lebih tenang.

"Mau aku temani? Mungkin dengan keberadaanku akan membawa sedikit perubahan" jawab Kuroo yang menemaninya. Kenma sudah pulang terlebih dahulu untuk memberitahu orang tua Aiko.

"Ayah tidak akan peduli hal itu, sudah cukup lama sejak Kenma pergi untuk bertemu dengan ayah. Tapi beliau tetap belum datang sampai sekarang. Sepertinya ayah akan marah besar"

"Aiko, tenanglah. Om pasti akan memaklumimu. Lagipula semuanya terjadi begitu saja. Tidak akan ada yang tahu kapan kecelakaan akan terjadi." Ujar Kuroo berusaha menenangkan Aiko.

Tapi perkataan itu justru membuat perasaan Aiko semakin sesak. Dialah yang lebih mengenal ayahnya daripada Kuroo. Dia tau apa yang akan terjadi ketika ayahnya mengetahui kecelakaan ini. Ayahnya pasti akan sangat marah karena resital malam ini seharusnya menjadi ajang pembuktian bagi Aiko kepada ayahnya jika ia bisa bermain piano sekaligus voli. Seharusnya hari ini menjadi pembuktian jika ia tidak perlu memilih masa depan apa yang ingin ia tempuh.

Kuroo berusaha untuk menenangkan Aiko, walaupun Aiko terlihat semakin resah. Beberapa saat kemudian ajudan ayah Aiko datang menjemput. Melihat ajudan tersebut, Aiko merasa lega dan juga sedih. Dia lega setidaknya ia tidak akan dimaki-maki di depan orang banyak. Tapi, di juga sedih karena ayahnya pasti sangat marah bahkan tak mau menjemput anaknya yang sedang kesakitan.

Sesampai di rumah Aiko langsung menuju kamarnya. Di sana ia menangis sejadi-jadinya. Ia bahkan menggigit luka yang telah diperban untuk meluapkan amarah dan kesedihannya. Tangisnya seketika berhenti ketika ia mendengar ketukan pintu kamarnya. Ia langsung bangkit dan menghapus air matanya. Ternyata itu adalah pelayan rumahnya, ia menyampaikan jika ayah Aiko ingin berbicara dengan Aiko di studio.

Aiko yang segera merapikan penampilannya dan membasuh wajah agar terlihat lebih segar. Kemudian ia menuju ruang studio dengan langkah yang ragu. Di dalam studio tampak ayahnya sedang duduk di sofa yang biasa ia tempati ketika Aiko sedang latihan mandiri. Di tangannya ada segelas wine yang sepertinya mahal dan berkualitas tinggi.

"Masuklah" perintah ayah Aiko dengan dingin.

Aiko melangkahkan kakinya dengan ragu hingga ia berdiri diam di hadapan ayahnya. Selama beberapa menit Aiko dan ayahnya hanya berdiam. Hingga ketika ayah Aiko meletakkan gelas wine yang dipegangnya tadi kemudian menunjuk ke arah piano yang biasa ia pakai untuk latihan.

"Mainkanlah" perintah ayahnya.

'Ball'in In Love With You (Kuroo Tetsurou)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang