Terimakasih

0 0 0
                                    

"Kenapa hari berlangsung sangat cepat. Padahal aku masih ingin menghabiskan waktu bersamamu" kata Kuroo sambil menyandarkan kepalanya di bahu Aiko.

Aiko mengelus punggung Kuroo dengan lembut sambil tertawa kecil.

"Hmm, aku juga masih ingin menikmati waktu bersamamu lebih lama lagi" Kata Aiko setuju dengan Kuroo. Tapi, perkataan dan perbuatannya berlawanan karena dia mendorong Kuroo.

"Kalau kamu terus menempel bisa-bisa aku ketinggalan kereta."

"Baiklah, baiklah. Tapi jawab satu pertanyaanku dulu. Ketika Karasuno dan Nekoma bertemu di lapangan nanti. Siapa yang akan kamu dukung?" Kata Kuroo sambil tersenyum usil.

"Tentu saja Karasuno karena aku adalah bagian dari Karasuno"

Mendengar jawaban langsung Aiko yang tanpa pikir panjang, Kuroo terkejut dan memasang wajah sedih—bagian dari dramatisnya. Melihat kelakuan kekasihnya Aiko tertawa lepas dan membuat Kuroo lebih drama dengan menggembungkan pipinya seperti anak kecil.

"Tapi, di dalam hati, aku berdoa agar pertandingan tersebut menjadi pertandingan yang akan membekas di memori kekasihku sebagai pertandingan yang paling berkesan baginya" kata Aiko dengan tulus.

Melihat wajah Aiko yang manis membuat senyuman terkembang di wajah Kuroo. Saat tersadar Aiko sudah akan memasuki stasiun kereta.

"EH?! Tapi kamu bukan mendoakan aku untuk menang!" Teriak Kuroo

Mendengar teriakan Kuroo, Aiko tertawa lebar berbalik memeluk Kuroo sekali lagi sebelum akhirnya benar-benar memasuki stasiun kereta dan kembali ke Miyagi.

°°°

Hari pertandingan tingkat nasional pun tiba dan benar saja, Karasuno dan Nekoma bertemu di lapangan yang sama. Demi melanjutkan pertandingan legendaris "pertandingan di tempat sampah" semangat kedua tim membara.

Begitupun dengan Hinata Shoyo yang kini sedang melakukan pemanasan dengan semangat. Aiko sangat memperhatikan Shoyo layaknya adik sendiri walau sebenarnya Shoyo lebih tua darinya. Aiko mendekat dan memberikan kata-kata penyemangat pada Shoyo.

"Shoyo! Kali ini pun berikanlah aku kejutan dari permainanmu!" Kata Aiko sambil memegang kedua tangan Shoyo.

Shoyo pun mengangguk dengan mantap.

"Nantikan kemenanganku ya!" Kata Shoyo dengan mantap.

Aiko yang mendengar perkataannya tersenyum lebar, namun ada perasaan mengganjal yang tertinggal di hatinya setelah ia menyentuh kedua tangan Shoyo tadinya.

Mungkinkah? Tapi Shoyo tetap terlihat semangat seperti biasa. Batin Aiko.

Saat Aiko mengalihkan pandangannya, ia melihat Kuroo yang kini sedang menatapnya dengan tajam. Sebentar lagi pertandingan akan dimulai, dia harus segera naik ke tribun penonton. Dengan berlari kecil dia mendekati Kuroo dan berbisik. Kuroo yang mendengar bisikannya tersipu malu. Sedangkan Aiko sudah pergi meninggalkannya yang masih salah tingkah.

"Aku tau cinta mu sedang sangat bersemi, tapi jangan sampai hal itu menganggu permainanmu" komentar Yaku yang tidak sengaja menonton kelakuan dua sejoli itu.

"Tidak akan!" Teriak Kuroo, malu.

Ini adalah pertandingan yang sangat dinantikan oleh kedua belah pihak. Maka dari itu semua yang terlibat di dalamnya sangat menikmati permainan kedua tim. Begitupun para pendukung ikut saling bersaing mendukung tim mereka dengan semangat yang membara.

Pertandingan berlangsung panas, set pertama berakhir dengan kemenangan diraih oleh Nekoma. Pukulan bagi Karasuno yang menjadi dorongan besar bagi mereka untuk melebihi kemampuan mereka yang sebelumnya hingga akhirnya kemenangan pun diraih oleh Karasuno.

Kenma yang telah memakai seluruh energi untuk pertama kalinya dalam pertandingan bola voli langsung terbaring di lapangan menerima kekalahan mereka. Walaupun kalah, hatinya justru merasa senang.

"Kuroo, terimakasih telah mengenalkanku pada voli" katanya sambil tersenyum.

Kuroo tersenyum, kini matanya mencari keberadaan kekasihnya. Saat ia menemukannya, pandangan mereka telah bertemu. Aiko tersenyum dengan manis dan membisikkan.

Pertandingan yang menyenangkan. Terimakasih.

Dalam hati Kuroo ia merasakan kesenangan teman-temannya yang bermain voli dan para penonton yang juga merasakan euforianya. Tiba-tiba di hatinya ia bertekad akan menjadi seseorang yang dapat mengajak banyak orang untuk menyukai permainan bola voli.

#

"Di masa depan nanti aku harap akan lebih banyak lagi orang-orang yang menyukai permainan bola voli" kata Kuroo saat mereka bertemu malamnya.

"Aku berharap semua harapanmu menjadi kenyataan" balas Aiko yang kini sedang berada di pelukan Kuroo.

Kuroo memaksanya agar bisa memeluknya dari belakang dengan alasan ingin menghangatkan tubuh Aiko karena malam mulai dingin.

"Hmm, jadi mau sampai kapan kita ada di posisi ini?" Kata Aiko

"Kekasihku ini benar-benar bukan seseorang yang romantis" kata Kuroo malah mempererat pelukannya.

Aiko hanya menghela napas melihat kelakuan kekasihnya itu. Aiko kemudian melepaskan pelukan Kuroo dan berbalik memeluknya.

"Aku lebih suka pelukan yang seperti ini" gumam Aiko namun terdengar oleh Kuroo.

Mendengar perkataan kekasihnya, wajah Kuroo memerah. Ia mempererat pelukannya dan membenamkan wajahnya ke bahu Aiko.

"Aku berharap waktu berjalan lebih lambat" gumam Kuroo.

Mendengar hal itu Aiko tertawa kecil.

"Bukankah harapanmu jadi terlalu banyak?"

"Memangnya kenapa? Tidak boleh?"

"Bukan begitu." Aiko tersenyum lembut.

"Kamu tahu? Aku juga punya banyak harapan lain. Contohnya aku ingin kamu menjadi anggota timnas Jepang sekaligus menjadi pianis terkenal. Tidak perlu menjadi jenius tapi kamu menikmatinya. Lalu—"Kuroo tercekat ia tiba-tiba menyesal telah berkata seperti itu. Ia dengan hati-hati melihat ekspresi Aiko.

Aiko justru tersenyum lembut. Mendengar Kuroo yang berhenti berbicara karena takut menyinggung perasaannya. Aiko memegang pipi Kuroo dengan lembut.

"Kamu tahu? Aku juga punya harapan yang sama denganmu. Bukan sekarang tapi nanti dan tidak perlu menjadi si paling jenius tapi aku menikmati" kata Aiko dengan lembut sambil menempelkan dahinya dengan dahi Kuroo.

Mendengar reaksi positif dari Aiko membuat Kuroo reflek mencium Aiko. Namun sedetik kemudian dia menarik diri karena kaget sendiri. Begitupun dengan Aiko yang kini sedang mencerna apa yang terjadi.

"Ma-maafkan aku!" Kata Kuroo terbata-bata.

Aiko menyentuh bibirnya dengan perlahan dan bertanya sambil bergumam.

"Jika aku mengizinkannya apa kamu akan tetap melanjutkannya?" Gumaman itu pun terdengar oleh Kuroo.

Mendengar hal itu dengan perlahan Kuroo mendekati wajah Aiko dan menciumnya dengan lembut. Itu adalah ciuman pertama bagi mereka berdua. Di masa depan nanti akan menjadi momen yang akan selalu mereka berdua ingat bahkan ketika rambut mereka sudah memutih nanti.

'Ball'in In Love With You (Kuroo Tetsurou)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang