Kencan?

10 0 0
                                    

Pagi yang cukup cerah namun berbanding terbalik dengan suhu yang dingin. Sebuah kereta perlahan berhenti dan membukakan pintunya agar penumpang yang ia bawa dapat keluar. Diantara penumpang yang turun itu tampak seorang gadis cantik dengan dress biru selutut yang ia padukan dengan stocking putih. Pada bagian atas dia memakai jaket bulu berwarna krem dan mengepang rambut hitam panjangnya. Wajahnya yang sedikit kemerahan itu menoleh kesana kemari sepertinya sedang mencari seseorang.

Dia tersenyum ketika matanya bertemu dengan seorang laki-laki yang mengenakan jeans hitam dengan paduan kaus berwarna putih dan jaket denim. Laki-laki itu langsung menghampiri gadis itu dan memeluknya.

"Akhirnya kamu datang juga!"

"Aku bukan seseorang yang tidak menepati janji" jawab gadis yang tengah ia peluk itu.

"Baiklah, tugasmu hari ini adalah menemaniku sampai hatiku kembali bersemangat untuk pertandingan bulan depan" laki-laki itu kemudian menarik tangan kanan gadis itu.

Mereka adalah Kuroo dan Aiko. Setelah membaca memo dari Yachi, Aiko membuka ponselnya dan mendapati banyak panggilan tak terjawab dari Kuroo.

Dengan panik ia langsung membalas kembali panggilan telpon itu tanpa mengetahui jika jam telah menunjukkan lewat pukul 12 malam. Walaupun begitu, ternyata yang diseberang masih terjaga.

Selama satu menit pertama mereka hanya saling diam.

"Apa aku membangunkanmu?" tanya Aiko saat ia melihat jam di dinding kamarnya.

"Tidak." Jawab Kuroo pendek.

"Maaf ya, aku tadi ketidu–"

"Kamu udah baik-baik saja?"  tanya Kuroo tiba-tiba.

Aiko yang bingung hanya menjawab jika ia baik-baik saja. Kuroo hanya terdiam mendengar jawaban itu. Saat Aiko hendak kembali berbicara, Kuroo memotongnya dan berbicara dengan suara yang bergetar.

"Sayang, maaf saat itu aku memarahimu. Seharusnya aku bertanya dengan baik-baik kenapa kamu tidak menghubungiku. Aku tidak tau jika kamu mengalami semua hal itu"

Diujung kalimatnya suara Kuroo bergetar seperti sedang menangis.

"Kamu mendengarnya dari mama ya?"

Kuroo hanya diam, Aiko menyimpulkan hal itu sebagai jawaban positif.

"Tenanglah, Tetsurou-kun. Akulah yang seharusnya minta maaf terlebih dulu. Salahku tidak menghubungimu padahal aku memiliki kontakmu."

"Tidak–"

"Tapi bagiku, perpisahan kita yang sementara itu membuatku lebih merasakan betapa aku menyayangimu"

Mendengar pernyataan cinta dari Aiko, Kuroo menggigit bibirnya. Dia seharusnya sedang di mood yang sedih sekarang. Tapi, mendengar pernyataan 'sayang' langsung dari kekasihnya membuatnya teramat senang dan sulit rasanya menyembunyikan senyumnya.

"Aku juga menyayangimu" kata Kuroo setelah ia berhasil mengendalikan perasaannya.

"Oh ya, aku melihat pesanmu, tunggu aku ya. Kurasa lusa, jadwalku kosong" kata Aiko mengingat pesan Kuroo yang mengatakan jika Nekoma kalah dan menempati posisi nomor dua untuk perwakilan Tokyo.

Kembali ke saat ini. Kini mereka sedang berada di taman hiburan. Sebuah tempat yang  biasa dipilih oleh pasangan muda-mudi untuk berkencan.

"Kupikir kamu akan mengajakku menonton pertandingan voli atau setidaknya film yang berhubungan dengan voli" kata Aiko saat mereka berada di loket pembelian tiket.

"Setelah pertandingan dua hari yang lalu? Aku takut kamu merasa bosan"

Dalam hati Kuroo sangat bertekad bahwa hari ini ia akan bercerita banyak dengan Aiko dan menikmati setiap detik kebersamaan mereka. Tapi kenyataannya, mereka justru cenderung banyak diam daripada mengobrol. Lama tak bertemu membuat mereka sulit menentukan topik pembicaraan apa yang akan berlangsung lama kecuali tentang voli.

Kuroo merasa cemas apabila ia membicarakan soal voli akan kembali mengingatkan Aiko dengan traumanya. Jadi dia berusaha untuk tidak membahas soal voli. Namun hal itu justru membuat Kuroo menjadi merasa canggung dan tidak tahu obrolan apa yang bisa mengisi keheningan di antara mereka saat ini.

Kini mereka berdua menaiki bianglala. Sesekali mereka bertukar sepatah dua patah kalimat. Hingga kemudian hening kembali. Sungguh biasanya mereka selalu heboh ketika bertemu layaknya sudah setahun tak berjumpa. Tapi kini mereka justru terlihat seperti dua orang asing yang terpaksa menaiki bianglala yang batas minimalnya harus dua orang.

"Kudengar dari Miko, saat ini dia lagi latih tanding dengan sekolah lain, mau kesana?" Kata Aiko ketika mereka turun dari bianglala.

Mendengar ajakan Aiko, mata Kuroo berbinar. Namun sedetik kemudian dia menggeleng. Dia takut membuat kekasih tidak nyaman. Tapi, bukankah kekasihnya yang lebih dulu menawarkan?

Aiko mengalungkan kedua tangannya pada tangan kiri Kuroo. Dia menatap Kuroo dengan tatapan penuh keyakinan dan senyuman yang manis tergambar dengan mantap.

"Ternyata pemikiranku benar. Kamu takut aku tidak nyaman jika kita membicarakan voli bukan?" ia menghela napas pelan diujung kalimatnya.

Sebelum Kuroo sempat menjawab, Aiko sudah lebih dulu menyeret Kuroo agar bergerak ke arah yang ia inginkan. Tanpa Kuroo dapat menolak kini mereka sedang di tribun penonton. Di bawah mereka terdapat dua tim voli wanita yang sedang melaksanakan latih tanding.

Seorang perempuan berambut pendek yang terlihat seumuran Aiko melambaikan tangan ketika ia melihat Aiko di antara para penonton. Setelah pertandingan selesai perempuan itu mendekati Aiko dan Kuroo.

"Aiko~ lama tak bertemu!"

Aiko bukanlah tipe yang senang dengan sentuhan fisik, tapi berbeda untuk temannya yang satu ini. Ia dengan senang hati menyambut pelukan temannya itu.

"Miko-nee, apa kamu merindukanku?"

Mendengar pertanyaan itu, Miko mempererat pelukan mereka hingga Aiko berontak ingin bernapas. Ia melepasnya kemudian tersenyum sinis.

"Seharusnya akulah yang berkata seperti itu. Aiko. Tidakkah kamu merindukanku dan kebersamaan kita di lapangan?"

Kuroo bergidik. Pertanyaan Miko sangatlah rawan bagi Aiko. Ketika Kuroo ingin memotong pembicaraan mereka, ia malah tertegun melihat senyum manis Aiko. Tanpa tertahan, detak jantungnya mulai bergerak cepat karena terpana oleh kecantikan kekasihnya itu.

"Apa aku boleh gabung satu set?"

'Ball'in In Love With You (Kuroo Tetsurou)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang