Motor Kesayangan

2.7K 454 53
                                    

Halo epribadeee! Sehat? Alhamdulillah. Yok yok kasih like dan komen ya. ❤️❤️❤️

*****

Tak banyak perubahan yang Azkia alami setelah menikah. Ia tetap bekerja karena itu memang permintaannya. Ia tetap terbiasa memasak untuk Bagas dan dirinya. Sedikit lebih ringan sebetulnya.

Teringat pria itu, pipi Azkia merona dan panas. Pikirannya melayang ketiga hari lalu ketika pria itu meminta hak-nya. Awalnya Azkia pikir Bagas tidak akan memintanya sebab pria itu masih mencintai Ranti, nyatanya ... benar yang orang katakan, pria bisa melakukan meski tanpa cinta.

Azkia tidak masalah karena hal tersebut, sudah menjadi konsekuensi yang harus ia terima saat mengiakan perjodohan itu. Ya anggap saja itu salah satu usaha untuk membuat rumah tangannya berhasil. Azkia ingin nantinya Bagas akan benar-benar bisa menerima dirinya sebagai orang yang dia cinta, sebagai istri sepenuhnya, bukan hanya untuk melepas hasrat saja. Ya semoga saj harapan dikabul Tuhan. Dia ....

Bunyi bel rumah menghancurkan lamunan Azkia. Wanita itu meraih kerudung instan sebelum bergegas membuka pintu. Ia sedikit terkejut melihat pria sedikit berisi dengan seragam salah satu dealer ternama di kota Malang. "Maaf, Pak, cari siapa?" tanya Azkia yang kebetulan hari itu libur kerja.

"Apa benar ini alamat Bu Azkia?"

Sejenak Azkia tertegun lalu mengangguk. "Saya sendiri, Pak."

"Kami mengirimkan motor pesanan Pak Bagas."

Pria itu menunjukkan surat kirim dan lain-lainnya lalu menurunkan motor matic baru warna putih. Petugas yang berbadan gempal itu mendorong masuk motor tersebut ke ruang tamu. Azkia masih bingung tapi rautnya seolah gembira menerima motor baru. Ia pun menawari petugas tersebut tapi ditolak sebab mengejar waktu pengiriman motor lainya.

Azkia menatap kendaraan roda dua tersebut dengan bertanya-tanya. Untuk apa Bagas membeli motor baru sedangkan di garasi ada motor tak terpakai? Tak lama kemudian suara mobil berhenti di depan rumah, Azkia mengintip dan segera keluar ketika tahu itu mobil suaminya.

Ia heran Bagas pulang lebih awal tapi keheranan itu simpan di hati. Azkia tersenyum usai menutup pagar dan mengekori Bagas. "Mas, tadi itu ada ...."

"Motornya sudah datang? Orang dealer tadi telepon katanya siang tadi dikirim."

"Sudah."

Bagas meletakkan tas ransel hitamnya di kursi ruang tamu lalu mendekati motor matic putih tersebut. Ia mengecek kelengkapan surat-suratnya seraya berkata, "Besok biar dibawa Pak Karjo ke tukang pelat bikin nomor sementara sampai nomor aslinya keluar."

"Iya, tapi motornya buat siapa?"

"Buatmu."

Bibir Azkia terbuka tapi tak bersuara. Ia tak salah dengarkan? Buat apa? Bukankah tiga minggu ini memakai motor di garasi itu untuk ke tempat kerjanya. "Buat ...."

"Motor di garasi itu motor yang biasa kami pake saat jalan-jalan." Usai berkata demikian Bagas berlalu ke kamar.

Ah, jadi itu alasannya. Pria itu keberatan motor kenangan bersama Ranti dipakai olehnya, kenapa tidak bilang dari awal saja kalau keberatan. Toh ia akan mengerti. Azkia pun menghela napas, tersenyum masam kemudian ke dapur menyiapkan kopi untuk Bagas.

♥️♥️♥️

"Assalamualaikum."

"Wassalamualaikum," jawab Aminah. Ia menyongsong putrinya di pintu. "Kamu sehat, Nduk?" Ia menghela Azkia masuk. Membawanya langsung ke dapur setelah menutup pintu. Mereka terbiasa ngobrol di dapur sekaligus mengawasi toko kecilnya.

"Alhamdulillah sehat, Bu. Kata Hafiz, Ibu kurang sehat. Udah periksa ke Bu U'ul?"

"Sudah kemarin, tensinya naik. Capek mungkin."

Azkia meraih tangan ibunya. Menggenggam erat dan menciumnya. Ia mendongak memandang Aminah. "Jangan capek-capek, Bu. Keadaan sudah lebih baik. Hafiz bentar lagi lulus kuliah, Kia juga udah nikah. Ibu jualan sebisanya aja. Kalo capek, tutup tokonya, istirahat," pesan Azkia dengan pandangan sendu.

Aminah mengangguk. Ya meskipun Pak Faris membantu setiap bulannya, tapi ia tak bisa berpangku tangan. Sebisa mungkin uang dari besannya itu ia pergunakan untuk keperluan sekolah anak-anaknya ketika itu. "Pulang apa nginep?"

"Nginap. Tadi udah izin sama Mas Bagas."

"Ki, boleh Ibu tanya?" Azkia mengiakan. "Bagas baik sama kamu?" tanya Aminah.

Kerutan di kening Azkia pun tercipta. "Baik, Bu. Kenapa?" tanyanya balik.

Wanita paruh baya tersebut mengulas senyum. Ia menggeleng kecil. "Nggak apa-apa, hanya saja menikah tanpa ada perasaan itu nggak mudah. Harus sabar dan sama-sama belajar menyesuaikan diri. Ibu khawatir sama kamu, Ki. Harusnya kamu nggak perlu menerima lamaran ini karena ...."

"Doakan yang terbaik buat rumah tangga Kia, Bu. Moga Kia bisa bikin Mas Bagas nerima Kia," sela Azkia cepat. Ia memang sudah diminta untuk menimbang baik buruknya pernikahan ini. Ibunya juga tidak memaksa begitu pula pihak keluarga Hutama, tetapi seperti ada dorongan untuk kuat menerima penyatuan itu. Azkia sendiri juga tidak tahu mengapa, ia hanya mempercayai hatinya saja.

"Ibu selalu berdoa yang terbaik buatmu, buat kalian, tapi jangan memaksa kalo keadaan nantinya di luar batasmu," pinta Aminah karena ia takut jika Azkia bertahan dalam keadaan yang tidak memungkinkan. Dia terlalu mendahulukan kepentingan orang daripada dirinya.

"Insyaallah. Yang penting doa Ibuk buat Kia nggak pernah putus, insyaallah pasti Allah kabulkan." Azkia menyunggingkan senyum agar ibunya tenang. Andaipun ada masalah, sebisa mungkin ia tak ingin ibunya tahu.

TBC.
Kasih support buat Kia ya. moga berhasil taklukkan Bagas 🤣

Btw, semua cerita bakal aku update sampai tamat di wp tapi sellow update ya. Mohon pengertiannya 😊 Yang mau cepat bisa ke Karyakarsa buat support aku beli kuota hehehe.

Siapa Aku di Hatimu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang