Hadiah

274 20 3
                                    

"RICKY!!!!" Teriakan Gyuvin terdengar di tengah sunyinya malam.

"RICKY!!!! YAYAYAYAAA!!!!" Teriaknya lagi saat manusia yang ia panggil namanya tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.

"Apa sih berisik lo." Yang dipanggil muncul dengan keadaan rambutnya yang masih basah dan handuk yang tersampir di pundaknya.

Ricky baru saja selesai mandi saat Gyuvin meneriakkan namanya. Sementara di seberang sana Gyuvin dengan tampang tak berdosanya tersenyum memamerkan barisan giginya.

"Gue ga suka ya kalo lo teriak-teriak kaya gitu lagi." Omel Ricky pada tetangganya itu dengan wajah yang dibuat galak namun tetap menggemaskan di mata Gyuvin.

"Iya iya maaf meng."

"Bentar gue punya sesuatu buat lo." Ujar Gyuvin sebelum ia masuk ke dalam kamarnya dan mencari sesuatu yang entah apa itu.

Dan di seberang sana terlihat Ricky yang mengerutkan keningnya memikirkan sesuatu seperti apa yang disebutkan Gyuvin itu. Ricky mengedikkan bahunya karena otaknya tak kunjung menemukan sesuatu itu, hingga akhirnya ia memilih masuk ke dalam kamarnya untuk mengeringkan rambutnya.

"VIN GUE MASUK YA? NANTI SESUATUNYA LO KESINI AJA." Teriak Ricky yang dijawab dengan acungan jempol oleh Gyuvin.

Menemukan sesuatu yang dicarinya, Gyuvin bergegas melompat ke tempat Ricky. Di sana ia mendapati Ricky yang tengah berdiri di depan cermin mengeringkan rambutnya dengan hairdryer di tangannya.

Gyuvin berjalan menuju tempat tidur Ricky kemudian melemparkan tubuhnya di sana dalam posisi tengkurap dengan kedua tangannya yang menopang dagu.

Dari posisinya saat ini Gyuvin dapat melihat setiap gerakan tangan Ricky yang sibuk memisahkan setiap helaian rambut putih yang semula basah kini berangsur mengering.

"Ricky." Yang dipanggil namanya hanya berdeham menanggapinya.

"Masih lama?"

"Nggak, ini udah selesai." Ricky menggulung kabel hairdryer-nya yang sebelumnya sudah ia cabut dari stop contact kemudian berjalan menghampiri Gyuvin dan berbaring di sana dengan menjadikan punggung Gyuvin sebagai bantal.

"Mana sesuatunya." Menengadahkan tangannya, Ricky menagih sesuatu yang disebut Gyuvin sebelumnya.

Gyuvin memberikan sebuah kotak berwarna kuning yang sebelumnya ia letakkan tepat di sampingnya.

Yang semula berbaring kini Ricky sudah duduk bersila menghadap Gyuvin dan kotak pemberiannya.

"Apa nih isinya?" Ricky mengangkat kotak tersebut kemudian sedikit mengguncangnya sehingga dapat menghasilkan suara seperti benda padat yang keras saling bertabrakan.

"Buka aja lo pasti suka." Melihat seberapa excited-nya Ricky membuat senyum Gyuvin mengembang sempurna menampilkan gigi putihnya.

Tangan Ricky bergerak membuka tutup kotak tersebut yang langsung memperlihatkan isinya membuat ekspresi Ricky yang semula bersemangat berubah menjadi kebingungan namun dengan cepat berganti dengan senyuman manisnya.

"Wah.. wah.. wah.. ini sih favorit gue." Ujar Ricky dengan penuh semangat kemudian mengeluarkan isi kotak tersebut dan menekan power button membuat benda tersebut bergerak-gerak mengikuti iringan musik menyenangkan yang dihasilkannya.

Ya, sesuatu yang dibawa oleh Gyuvin adalah mainan kaktus yang menari.

Mata penuh binar Ricky masih terpaku pada benda berwarna hijau itu begitupun dengan garis lengkung di bibirnya yang masih setia pada tempatnya.

Gyuvin pun tak kuasa menahan rasa gemasnya melihat Ricky yang begitu senang dengan hadiah sederhana pemberiannya.

"Gemes banget sih Ricky gue." Ujar Gyuvin sambil mencubit kedua pipi Ricky gemas membuat Ricky yang semula tersenyum kini mengerutkan keningnya kesal.

'gemes banget sih Ricky gue.' Di tengah keheningan terdengar suara lucu yang berasal dari kaktus yang mengikuti perkataan Gyuvin sontak membuat tawa keduanya meledak bersamaan.

Malam ini pun mereka habiskan bersama dengan canda dan tawa berkat hadiah sederhana namun sangat berharga.

....
"

"Untuk tugas Minggu depan silahkan kalian bentuk kelompok berisi 4 orang bebas. Sebelum bapak tutup pelajaran hari ini ada yang ingin ditanyakan?" Ucap guru di depan kelas sembari mengemasi buku-buku pelajaran yang beliau bawa.

"Tidaaaak!!!" Seluruh penghuni kelas berseru serempak karena bel istirahat sudah berbunyi sejak tadi, mereka tak ingin jika waktu makan siangnya harus terbuang lebih banyak karena sebuah pertanyaan.

"Baiklah kalau begitu bapak tutup pembelajaran hari ini, sampai jumpa di pertemuan berikutnya."

Bahkan gurunya pun belum benar-benar meninggalkan kelas namun seluruh penghuni kelas sudah berhamburan terlebih dahulu. Ada yang bergegas menuju kantin, ada juga yang memilih untuk membentuk kelompok untuk tugas Minggu depan terlebih dulu.

Sama halnya dengan Gyuvin yang bergegas menghampiri tempat duduk Ricky diikuti Gilang di belakangnya.

"Meng, sekelompok sama gue ya?" Tanya Gyuvin tanpa basa-basi namun sayangnya belum juga mendapat jawaban sudah terlebih dulu diserobot oleh gadis berambut panjang yang duduk di sebelah Ricky.

"Gak boleh, Iky harus satu kelompok sama gue!" Ujarnya tegas tak menerima penolakan.

"Dih nenek lampir emang lo siapanya Ricky sok ngatur-ngatur gitu?" Gyuvin tak mau kalah, jika itu menyangkut Rickynya Gyuvin rela bahkan jika harus melawan perempuan sekalipun.

"What the hell.. nenek lampir lo bilang? heh jelangkung lo tuh yang siapanya Iky, datang-datang seenaknya mau rebut Iky dari gue." Sementara itu Ricky yang menjadi pusat keributan ini hanya bisa menghela nafas panjang dan mengusap dadanya.

"Mau apa lo hah? dasar anak set-"

"STOPP!!" Teriak Ricky tak terlalu keras namun berhasil menghentikan dua sejoli yang tengah beradu mulut ini.

"Kalian ini kenapa sih? gak dengerin kata guru barusan apa gimana? Pak guru kan bilang kelompoknya berisi 4 orang, ya udah tinggal kita bertiga satu kelompok kan bisa." Panjang lebar Ricky menjelaskan, nada bicarana persis seperti seorang ibu yang tengah memarahi anak-anaknya yang berebut mainan.

"Ky.." Gilang yang sedari tadi hanya diam menonton keributan pun kini membuka suara yang berhasil mengalihkan atensi ketiganya.

"Apa?" Sebenarnya Ricky tak mau bersikap ketus pada Gilang namun dirinya sudah tidak sanggup mengendalikan emosinya.

"Gue ikut juga ya?" Gilang menyengir kuda memperlihatkan barisan giginya yang rapih sementara Ricky memilih untuk memejamkan matanya berusaha mengontrol emosinya agar ia tetap waras kemudian mengangguk, mengiyakan permintaan Gilang.

"Capek banget gue sumpah."

"Lo capek meng? yuk gue anter pulang." Ajak Gyuvin cepat, tangannya bergegas meraih lengan Ricky yang langsung ditepis pelan.

"Gue gak serius Gyuvin!!!"

"Ooohh."

Lelah, jujur saat ini Ricky sangat lelah. Ia lelah dengan cuaca di Indonesia yang sangat panas ini dan juga ia lelah dengan pakaian pakaian tebal yang membungkus rapat tubuhnya seperti kimbap berjalan ditambah dengan dua orang yang super duper berisik yang selalu menempel padanya ini.

Diam-diam Ricky berharap agar Gilang bisa menjadi satu-satunya manusia normal diantara ketiga temannya ini.

"Gue laper nih kantin yok bentar lagi masuk." Ajak Gilang yang langsung mendapat anggukan dari Wonny.

"Yok gue juga laper, ayok meng." Gyuvin mengulurkan tangannya pada Ricky yang langsung disambut olehnya kemudian mereka berempat bergegas menuju kantin dipimpin oleh Gilang dan Wonny yang sudah berjalan lebih dulu.

.....

Hai guys....
Aku balik lagi nih...
Apa masih ada yang nungguin cerita gejeku ini?
maaf ya lama nunggunya hehee..

Happy reading🥰❤️

Dear My All // Shimkongz / GyuickyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang