Seungmin embuskan napas lelah. Pandangannya jauh ke depan sembari tangan memegang sekaleng kopi instan. Disebelahnya Minho duduk tenang dengan seplastik makanan dan sekaleng kopi yang sama seperti milik Seungmin.
Dalam diamnya Seungmin perhatikan semua gerak-gerik Minho. Wajah mungil pacarnya itu terlihat semakin kecil karena poninya panjang menutup mata. Seungmin ambil karet bekas bungkus makanan Minho, lalu menjumput rambut pacarnya itu untuk diikat seperti apel.
"Terima kasih," gumam Minho. Dia tidak terdistrak sama sekali dengan aksi Seungmin, mulutnya sibuk mengunyah dimsum berlumur saus pedas.
Seungmin tidak menjawab ucapan itu. Dia kembali diam menatap ke depan. Emosinya tadi sedang ada di puncak, tapi hanya dengan duduk diam dan memerhatikan Minho bahagia dengan jajanannya ternyata mampu membuat dia tenang. Sudut bibirnya sedikit terangkat, tidak menyangka hal sesepele ini mampu menjadi obat mujarab.
"Aku senang kalau diajak beli jajan begini," gumam Minho sambil membuka kotak donat mininya. Dia ambil satu, lalu disodorkan pada Seungmin. Pemuda tampan itu membuka mulutnya, menerima suapan Minho tanpa banyak bicara dan makan dalam diam.
"Enak nggak?"
Sebuah anggukan menjadi jawabannya. Seungmin akan mendadak bisu kalau sedang emosi. Dia tidak mau buka suara kalau masih tersisa sedikit panas di dada. Mungkin takut emosinya tersalurkan ke orang yang salah.
"Lima belas ribu isinya sedikit," gumam Minho. Dia ambil kaleng kopinya, lalu menenggaknya hingga sisa setengah.
Seungmin kembali memerhatikan gerak-gerik Minho. Pemuda itu sibuk membuang bungkus makanannya yang sudah kosong. Dari banyaknya jajanan yang dibeli, hanya satu kaleng kopi yang milik Seungmin, selebihnya milik Minho.
"Kamu masih marah?" Tanya Minho hati-hati sambil membuka bungkus pudding.
"Bukan marah, lebih ke kesal. Sudah berbulan-bulan direncanakan malah gagal."
Minho mengunyah lamat-lamat puddingnya. Bingung harus merespon bagaimana. Dia paham perasaan Seungmin, tapi dia tidak tahu harus bersikap seperti apa.
"Aku sudah kasih masukan apa saja yang harus dilakukan, tapi nggak juga dikerjakan. Setiap dikasih saran ada saja alasannya. Memang dasarnya susah diajak kerja sama, maunya ide dia saja yang diambil, tapi nggak pernah benar, nggak pernah berhasil."
"Jinyoungkan memang begitu, Seung."
"Ya nggak bisa begitulah. Ini kerja sama tim, harusnya kepentingan bersama yang didahulukan bukan maunya dia."
Benar juga. Minho bungkam sambil menyendok puddingnya. Dia makan dengan pelan, menyimpan pudding dalam mulut sampai penuh karena takut memantik emosi Seungmin.
Eh?
Minho refleks menoleh saat pipinya ditusuk dengan jari. Seungminlah pelakunya. Pemuda itu tersenyum geli, menyimpan kembali tangannya di atas paha, sementara pandangannya masih ada pada Minho.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUBBLE GUM | 2MIN [✓]
FanfictionBanyak yang iri pada Minho. Iri karena seorang Minho yang biasa-biasa saja bisa pacaran dengan Seungmin, yang kata orang mirip pangeran negeri dongeng. Ganteng, baik hati, pintar, kaya, dan ganteng lagi, pokoknya ganteng terus. Dalam hati Minho men...