Minho duduk termenung di atas ranjangnya yang masih terpasang bedrail. Dia pandang pasrah kakinya yang saling menumpu. Pikirannya buntu tentang apa yang harus dia lakukan agar kakak dan papanya setuju dengan pilihannya. Ini bahkan sudah lewat dua hari, tapi dia masih belum menemukan cara yang tepat.
Apa dia harus menemui Brian lagi? Sepertinya iya. Jadi, dia buka bedrailnya dan pergi ke kamar kakaknya.
Langkah kaki yang mantap menghentak lantai. Dia jalan cepat dan turun ke kamar di sebelah kanan kamarnya. Dia ketuk dua kali sebelum diizinkan masuk. Minho bisa lihat kakaknya asik dengan gitarnya di depan jendela.
“Kenapa?” tanya Brian dengan alis tertaut. Tidak biasanya adiknya datang ke kamarnya. Biasanya selalu dia yang bertandang ke kamar pemuda itu.
Dalam pikirannya Minho ribut memikirkan cara bicara pada Brian. Kalimat rayuan macam apa yang bisa buat kakaknya luluh hingga mau menyetujui hubungannya dengan Seungmin.
“Em…,” Minho menggumam panjang sambil berdiri di depan kakaknya. Tingkah ini bisa diindikasi sebagai udang dibalik batu, pasti ada sesuatu.
Brian buang muka, lalu kembali memetik gitarnya. “Mau ngomong sampai mulut berbusa juga aku nggak bakal setuju.”
Mendengar itu Minho buang napasnya lelah. Kakinya menghentak dan dengan manja memeluk kakaknya. Dagunya di letak di bahu pria itu. “Memang kenapa? Dia baik kok.”
Lengan Minho memeluk perut Brian, merapatkan duduk mereka hingga rasanya Brian gerah karena dipeluk terlalu erat.
“Baik, baik, tai kucing.”
“Bau.”
“Ya iya bau, kayak kamu. Minggir sana!” Brian hentakkan tubuhnya, berharap Minho akan menjauh darinya. Namun yang ada anak itu justru semakin menempel.
“Cuma Seungmin yang mau antar aku pulang sampai rumah.”
“Ya karena cuma dia pacarmu,” balas Brian.
Bagaimana Minho mau punya perbandingan kalau yang dikencani hanya Seungmin. Kecuali dia punya pengalaman pacaran dengan yang lain.
Minho melepas pelukannya saat kakaknya berdiri dan berjalan ke sudut kamar untuk ambil minum di kulkas. Dia ikuti pergerakan pria itu hingga kembali duduk di sebelahnya. Dia bilang, “bagaimana mau membandingkan, setiap aku dekat dengan orang lain kamu selalu buat masalah.”
“Aku buat masalah?” tanya Brian tidak senang. “Sebelum dekat dengan Seungmin, laki-laki yang dekati kamu itu hampir ngelecehin kamu loh. Kalau aku nggak di sana kamu pikir apa yang akan terjadi? Kamu bisa bayangkan nggak?”
Ditodong seperti itu Minho bungkam seketika. Menjadi binal di depan pacar tentu berbeda dengan pelecehan. Minho mengurut keningnya, pusing. Kalau sudah berdebat dengan Brian tenaganya hilang dan selalu kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUBBLE GUM | 2MIN [✓]
Hayran KurguBanyak yang iri pada Minho. Iri karena seorang Minho yang biasa-biasa saja bisa pacaran dengan Seungmin, yang kata orang mirip pangeran negeri dongeng. Ganteng, baik hati, pintar, kaya, dan ganteng lagi, pokoknya ganteng terus. Dalam hati Minho men...