PROLOG

50 8 8
                                    

Sempat mengira bahwa di kehidupan sebelumnya aku adalah botol yakult, setidaknya sebelum aku bertemu Jerre. Cowok itu pasti punya alasan untuk membalasku di kehidupan sebelumnya. Jadi mungkin di kehidupan sebelumnya aku adalah pendosa. Sekarang, di kehidupan inilah Jerre membalasku.

Jerre itu, selalu punya rasa tega untuk menggangguku. Bahkan dia tak segan memintaku untuk membersihkan apartemennya. Pagi buta pula dia memintanya!

Aku menciptakan reaksi sedih ketika melihat Zinni dan Ahra memberikan keprihatinan mereka kepadaku tentang masalah ini. Kami sedang menunggu kelas di alun-alun kampus.

"Dia bahkan nggak bilang 'tolong'," ucap Zinni setelah mendengar aduanku.

"Seenggaknya mintanya di kampus aja sih, nggak pagi-pagi juga. Soalnya kek pagi-pagi baget nge-chat lo buat bersihin apartemennya?" Ahra menyahut. "Bagun tidur bukannya seger malah bad mood!"

"Ah emang Jerre nggak ada otak, pagi-pagi nge-chat. Notif dia tuh ganggu, jebol masuk gendang, nembus mimpi!"

Aku melanjutkan, "Semalam Glaudya Gressida adalah Cinderella. Sampai subuh pun masih, begitu bangun jadi babu lagi. Hancur sudah kereta labu gue!"

Keprihatinan Zinni dan Ahra berubah menjadi tawa terbahak-bahak. Reaksi itu membuatku sakit hati, tapi aku tak mempermasalahkannya.

Begitu tawa Zinni perlahan mereda, dia bertanya, "Gue pernah nanya lo nggak sih kenapa dia bisa bersikap gitu ke elo?"

"Gue juga penasaran dan pengen tau. Jadi kenapa Jerre bisa bersikap gitu? Kaya berhak aja." Ahra menimpali.

"Oh, jadi gue belum pernah cerita ya?"

Ahra dan Zinni kompak menggelengkan kepala.

"Jadi gini ceritanya...."


»»-----Continue to CHAPTER 1 --------►

»»-----Continue to CHAPTER 1 --------►

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ekuilibrium E-dan Cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang