BAB 27

2 0 0
                                    

I'm the Problem

Benar-benar tidak ada tanggapan dari dalam apartemen Jerre

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Benar-benar tidak ada tanggapan dari dalam apartemen Jerre. Aku mulai dibingungkan lagi oleh keputusan akan masuk atau tidak.

Memikirkan kemarin Jerre sebegitunya ingin menemui Gladys—yang aku yakini karena dia butuh bercerita, aku jadi menduga ada masalah yang lebih rumit dari sebelumnya.

Aku rasa, hanya Gladys yang mungkin bisa mendengarkannya. Makanya Jerre sampai rela menunggu begitu lama. Dengan demikian, aku memang harus mencoba masuk.

Apartemennya sepi, berantakan sekali dan tidak ada Jerre.

"Jerre?"

Tidak ada sahutan, bahkan setelah aku memanggilnya beberapa kali. Sampai akhirnya dengan nekat aku membuka pintu kamarnya.

Jerre ada di sana, masih hidup omong-omong—kalau kalian juga mengkhawatirkannya. Selain hidup, dia juga melek, sedang duduk di kasurnya sambil menatapku. Lalu kenapa dia tidak mau membuka pintu atau minimal menyahut sejak kedatangan Hesa?

Tahu tidak seberapa canggungnya aku ketika masuk ke kamarnya begitu saja, lalu ditatap olehnya seolah aku ini teroris? Aku canggung sekaligus malu luar biasa.

"Ngapain?" Dia bertanya seolah itu tidak menambah rasa maluku.

Suaraku yang kikuk terpaksa menjawabnya, "Anu Jerre, gue nggak bermaksud mau maling atau sembrono karena main masuk gitu aja."

Lalu datanglah rasa kesal. "Lo sih bikin Hesa khawatir karena nggak bisa dihubungi dan nggak ada kabar."

"Jadi dia nyuruh gue buat jengukin lo. Gue bisa masuk karena dulu lo ngasih gue kunci cadangan apartemen lo." Aku memperlihatkan kuncinya.

"Maaf gue lupa balikin," ucapku, sambil melangkah menuju nakas di sisi kasur Jerre untuk meletakkan kuncinya.

Di situlah aku dapat melihat wajah pucatnya dengan jelas. "Lo sakit?"

Jerre mengangguk.

"Sori nggak bukain pintu. Badan gue lemes banget, males jadinya mau turun dari kasur."

"Belum makan?"

Jerre menggeleng.

"Belum minum obat juga dong?"

"Belum."

Benar-benar tidak pernah terurus Jerre tuh. Ya sudah, ini alurnya pasti aku harus masak buat dia, kan? Oke. Aku pun ke dapur untuk membuatkannya bubur.

Tiba di dapur, aku meletakkan tasku di atas meja dan nyaris meninggalkannya sebelum aku mendengar notifikasi. Saat aku membuka ponsel, ada pesan masuk dari Naja.

Naja: Gla udah selesai kelasnya?
Naja: Mau aku jemput nggak?

Glaudya: Udah, tapi aku udh pulang

Ekuilibrium E-dan Cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang