Mengakhiri Kontrak
Di tepian yang indah, berdirilah sebuah rumah tunggal dua lantai, yang dihuni oleh satu keluarga, yaitu keluargaku. Ada Papa, Mama, Kak Sala dan Jehan adikku. Kami tengah melangsungkan makan malam.
"Papa liat kamu sering pulang kesorean bahkan malam ya. Nggak mau coba pertimbangan ulang buat ngekos?" tanya Papa, memulai obrolan.
Aku menggeleng yakin. "Nggak perlu, kok."
"Memangnya kamu nggak capek?" Mama bertanya seraya memberi nasi tambahan di piring Papa.
Lagi-lagi aku menggeleng. "Ongkos kendaraan lebih murah dari pada sewa kos."
"Sebenarnya kita juga nggak mau jauh dari kamu, tapi liat kamu pulang-pergi selama kuliah ya kasian juga." Kak Sala turut menyahut.
Aku terharu dengan perhatian mereka. "Nggak papa kok."
Lagian, sebenarnya yang membuatku pulang malam lebih sering disebabkan oleh Jerre. Harusnya Jerre yang mempertanggungjawabkan masalah ini. Cowok itu telah membuat keluargaku khawatir.
Dapat kulihat Papa menaruh sendoknya, lalu menatapku siap mengatakan hal serius. "Kamu jangan sungkan."
Sekejap aku tak dapat menjawab. Aku termenung menatap Papa, kemudian Mama, lalu menunduk menatap piringku yang masih terisi penuh. Setelah itu aku mengulum senyum.
"Nggak kok, aku emang merasa nggak perlu nyari kos."
Papa menghela napas. "Kamu jarang minta sesuatu."
Sehati-hati mungkin, aku menjawab, "Karena belum butuh. Nanti kalau aku butuh apa-apa pasti bakal minta ke Papa."
Papa mengangguk, sementara Kak Sala yang duduk di sebelahku menepuk pundakku sekali, lalu kembali menghabiskan makan malamnya. Sementara Jehan lebih banyak diam, bukan karena tak peduli. Dia memang pendiam dan jarang memiliki inisiatif untuk nimbrung. Dia cenderung kesulitan menyahut topik pembicaraan jika itu bukan tentang kehidupannya.
Tak lama kemudian, kami semua telah menyelesaikan makan malam dan aku buru-buru membantu Mama mencuci piring.
"Biar Mama yang urus, kamu istirahat saja sana," ucap Mama, tapi aku menggeleng.
"Kamu pasti capek."
Huh, aku merasa terbebani oleh kekhawatiran keluargaku yang menganggap aku lelah karena kuliah. Yah walau memang iya, tapi sebagian besarnya lebih lelah karena Jerre. Jadi mendapat kekhawatiran dari keluargaku tanpa mereka tahu masalahku membuatku merasa itu tidak benar.
Karena aku lebih lelah melayani anak orang ketimbang lelah berjuang mencapai sesuatu yang akan membanggakan keluarga, aku tetap bersikukuh membantu Mama dan pada akhirnya Mama pun membiarkannya.
Setelah selesai, aku memasuki kamarku dan menyambar ponsel yang sudah nenerima pesan dari Jerre. Awas saja jika isinya permintaan darurat agar aku ke apartemennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekuilibrium E-dan Cinta [END]
Romance[BACA = FOLLOW] By: Khrins ⚠️Belum direvisi Start: Ada bukti tanggal pembuatan ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ Glaudya, terperangkap dalam jalinan cinta silang yang rumit, menghadapi dilema ketika surat cintanya untuk Naja jatuh ke tangan yang salah. Ketika...