BAB 19

2 1 0
                                    

Bohong

"Tumben

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tumben."

Aku yang sedang duduk di alun-alun kampus terkejut mendapati kehadiran Naja yang begitu tiba-tiba. Dia duduk di sebelahku.

"Apa?"

Naja mengedikkan dagu, mengarahkannya pada sampul buku yang sedang aku baca. "Baca buku tanpa naga atau peri di sampulnya."

Aku pun tertawa dan merasa hangat mengetahui pemahaman Naja mengenai selera bacaanku.

"Aku baca apa aja kok. Ini punya Ahra yang aku pinjam buat netralin rasa pusing karena tugas," jawabku.

Lalu Naja mengelus kepalaku dengan perasaan sayang yang menjalar ke setiap nadiku. Rasa kehangatan yang tulus begitu menembus perasaanku. Naja ini, memang cowok yang sangat baik.

"Capek, ya?" tanya Naja.

"Iya, tapi udah risikonya jadi anak kuliahan. Kamu sendiri gimana? Kuliah sambil sibuk ngeband."

"Aether belum sesibuk itu. Kami masih memprioritaskan masalah kuliah kami." Naja menjawab tanpa mengalihkan pandangannya ke arahku.

Ditatap terus seperti itu membuatku jadi grogi. "Terus udah nggak ada masalah?"

"Udah kelar. Masalah biasa kok."

Sambil kembali membaca buku, aku menyandarkan kepala pada pundak Naja. Cowok itu membiarkannya saja, bahkan mulai memainkan rambutku.

"Kamu udah nggak ada kelas, kah?" tanyaku.

"Enggak. Makanya aku ke sini nemuin kamu. Niatnya mau ngajak jalan, gimana?" tanya Naja. "Nggak lama sih, soalnya sore aku mau latian."

Sontak saja aku menegakkan tubuhku, mulai mempertimbangkan ajakan Naja. Sepertinya Naja yang melihatku terlalu keras mempertimbangkannya mulai ragu aku mau diajak pergi.

"Kayaknya nggak bisa deh, maaf ya. Soalnya udah keburu janjian mau main sama Ahra dan Zinni," ucapku dengan nada bersalah.

Naja terlihat kecewa, tapi tidak berlangsung lama. "Nggak papa. Nanti hati-hati mainnya."

"Oke!"

"Kamu sendiri udah selesai kelasnya?"

Sebelum menjawab, aku menatap jam tanganku. "Masih ada satu mata kuliah bentar lagi."

Sambil bangkit berdiri, Naja membalas, "Ya udah, aku pergi dulu ya."

Aku memberinya anggukan, lalu memperhatikan kepergiannya dengan rasa bersalah.

"Woi? Abis berantem?" Zinni yang baru datang langsung menebak, dan duduk di depan.

Sementara Ahra duduk di sebelahku sambil membaca judul buku yang aku pinjam padanya. Mungkin dia ingin tahu buku apa yang aku pinjam darinya karena dia lupa.

Ekuilibrium E-dan Cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang