BAB 22

3 1 0
                                    

Sea

Jerre menemuiku di depan gedung Fakultas Ilmu Budaya saat aku sedang menunggu Zinni dan Ahra di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jerre menemuiku di depan gedung Fakultas Ilmu Budaya saat aku sedang menunggu Zinni dan Ahra di sana. Mereka masih membereskan barang-barang di kelas.

Sementara aku bingung oleh kehadirannya, Jerre sama sekali tidak bersuara guna menjelaskan maksud kedatangannya. Maksudnya, jelas kan dia menemuiku?

"Jadi ada waktu nggak?"

Akhirnya dia bertanya, seolah pertanyaan itu baru bisa dia susun selama bermenit-menit sejak awal kedatangannya.

Dia menyinggung ajakannya kemarin, dan meski aku memiliki waktu, aku tidak yakin punya alasan untuk menyetujui ajakannya. Lebih tidak yakin lagi kenapa aku perlu alasan untuk tidak menyetujuinya. Keduanya bagaikan ironi yang memecah akal sehatku.

"Ada," jawabku.

Hanya menjawab, belum memutuskan akan mengiyakan ajakannya atau tidak.

Namun, Jerre mengangguk dan berkata, "Ayo." Dengan wajah lempeng tapi entah kenapa nadanya bisa terdengar tidak mau dibantah.

Anehnya lagi, aku bergerak maju mengikuti langkahnya, sampai kami tiba di tempat parkir. Dia membuka pintu mobilnya lalu menatapku dengan wajah tampa ekspresi.

"Masuk," ucapnya, seperti penculik.

Sejenak aku mempertimbangkan akan masuk atau tidak, tapi begitu melihat Jerre mengecek jam tangannya—seolah bagaikan teguran halus bahwa aku tidak boleh membuang-buang waktu, aku pun masuk ke dalam mobilnya, lalu memberi Naja pesan bahwa aku akan ada urusan.

Di dalam mobil, kami terdiam selama perjalanan. Deru mobil dan detak jantung kami menjadi satu-satunya suara di antara kami. Namun, kesunyiannya tetap membuatku nyaman, dan aku tak tahu bagaimana bisa aku tersenyum saat tahu ke mana Jerre akan membawaku pergi. Seketika aku menoleh ke arahnya, yang tetap fokus menyetir. 

Kami pun tiba 20 menit berikutnya, dan pantai adalah tujuan kami.

"Ini kali pertama setelah sekian lama kita nggak ke sini, kan, Jerre?" tanyaku di sela-sela langkah kami.

Jerre menanggapi dengan gumaman. Matanya fokus mengarah ke arah pantai.

Pantai yang menjadi tujuan kami adalah pantai yang dulu sering kami kunjungi. Lebih tepatnya yang sering Jerre kunjungi. Namun, karena dulu aku harus selalu mengikuti kemana pun Jerre pergi, aku pun turut menjadi salah satu orang yang sering datang ke sana bersama Jerre.

Mulanya Jerre hanya akan berdiam diri menatap lautan, dan aku akan berdiri di sebelahnya sambil melamun. Seperti sekarang pun demikian. Dan itu dilakukan ketika Jerre tengah memiliki beberapa masalah, dan memandangi lautan seolah ia melepaskan masalahnya di sana.

"Lo lagi ada masalah?" tanyaku menebak.

Namun, Jerre menggeleng. "Enggak. Gue ngajak lo ke sini karena lo ulang tahun kemarin."

Ekuilibrium E-dan Cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang