Setelah kejadian kemarin, hari ini Yohan mengunjungi rumah orang tuanya. Ada kerinduan yang membuncah kala ia memasuki rumah masa kecilnya itu. Setiap ada masalah berat, ia pasti akan melarikan diri kesini, memeluk ibunya lalu menikmati makanan kesukaannya bersama bapak, ibu, dan adiknya tapi kini semua hanya tinggal kenangan saja. lama ia memandangi foto keluarga saat ia dan ibum masih kecil. Foto itu kini sudah berwarna pudar sebab sudah puluhan tahun lamanya berada disana.
"minum dulu bang," ucap Evelyn menyadarkan lamunannya, adik iparnya itu menyajikan secangkir teh dengan beberapa cemilan di meja,
"makasih ya,"
"lagi off duty?""iya bang, semalem kan abis lembur, pasien IGD banyak bangeet"
"oalah yaudah pake istirahat aja ya"
"sibuk bangett ni mantu tuh kasian han haduuh haduh" ucap Arman sembari duduk di sofa,
"minta atur jadwal ke kakakmu itu gih" ucap Arfan pada Evelyn, sedangkan Evelyn hanya terkekeh"iya nanti kita sesuain jadwalnya lagi ya, sekalian cari dokter baru" sahut Yohan, Evelyn kemudian meninggalkan bapak dan anak itu untuk mengobrol berdua saja.
"kenapa?" tanya Arman, ia bisa lihat putranya itu menyimpan beban yang berat di pundaknya
"anak - anak pak," Ucapnya sembari menghela nafas panjang, ia lalu menceritakan semua masalah yang terjadi di rumahnya. Arfan terkekeh kecil,
"bingung yohan pak, harus gimana ya biar anak-anak gak salah paham,"
"bapak mau tanya, sekarang perasaanmu lebih berat ke anak-anak atau ke perempuan itu?"
"ke anak-anak lah pak, waktu Vero ninggalin anak-anak, Yohan udah janji sama diri sendiri mau besarin mereka, ya ibaratnya nyerahin seluruh hidup yohan ke anak-anak,"
"yaudah, itu kamu udah punya jawabannya. Tinggal sekarang kamu jelasin ke anak-anakmu, kasih mereka keyakinan kalau kamu gak bakalan khianatin kepercayaan mereka"
"tapi jujur, dari lubuk hati kamu ada keinginan untuk nikah lagi gak?"
Yohan terdiam sejenak, ia menatap pinggiran cangkir di depannya sembari sibuk bertanya pada hatinya, mungkin
"dari dulu Yohan selalu pegang prinsip untuk menikah satu kali seumur hidup, pas cerai sama Vero, prinsip Yohan juga masih sama, kalaupun vero mau nikah lagi, berumah tangga lagi, ya gapapa, yohan mau fokus aja sama diri sendiri dan anak-anak,"
"cuma memang pas ketemu Kaluna, gatau kenapa Yohan juga jadi ragu-ragu, sempet mikir mau ngelanggar prinsip yohan sendiri, tapi pas dengerin omongan anak-anak semalem, kayaknya udah paling bener yohan tetep di prinsip yohan, kayaknya itu yang terbaik""bapak akan selalu dukung keputusan kamu, kalau memang itu yang terbaik menurutmu ya bapak dukung, soalnya kamu yang menjalani, bapak cuma kasih saran, ya kalau salah bapak arahin"
"semenjak nikah sama ibumu bapak juga berpinsip gitu, nikah cukup sekali seumur hidup karena memang sudah seharusnya seperti itu, pernikahan itu sekali, bukan berulang kali. Anak-anakmu juga memang butuhnya cuma kamu, bapak ngerti sih perasaan mereka, pasti mereka khawatir, ya kamu tau sendiri berita-berita di medsos, di tv tentang dampak perceraian orang tua, trus yang orang tuanya nikah lagi, pasti mereka punya ketakutan, takut mereka kehilangan papa mereka kalo papanya nikah lagi" tutur Arman yang diakhiri dengan kekehan kecil,"iya, mereka juga bilang, kalo cuma sekedar ngerawat papa kita juga bisa, bikinin makanan, beresin rumah," sahut Yohan
"kamu udah ngobrol sama azri?"
"belum, katanya justru dia yang dukung yohan buat nikah lagi makanya kemarin berantem sama adek-adeknya, pantesan pas yohan pulang, suasana rumah jadi gak enak banget ternyata lagi pada perang dingin", Arman tertawa kecil mendengar kelakuan cucu-cucunya itu,
KAMU SEDANG MEMBACA
Our greatest world Papa chap.2
أدب الهواة*FIKSI YA* "Adeekk cinta tak selamanya indah dekk" Mungkin kalimat tersebut sangat tepat dilontarkan kepada keempat anak muda dari papa duda yang kini sudah mulai beranjak dewasa. satu persatu dari mereka kini mulai mencari jati dirinya serta mera...