31. menantu kedua nih?

151 28 0
                                    

Velia, dengan ciri khasnya rambut panjang yang dicepol tiba di rumah besar itu. Setibanya ia disana, tampak Jaevan tengah duduk di teras dikelilingi teman-temannya. Wajah laki-laki itu juga terlihat kacau.

"kenapa?" tanya Velia, Jaevan bahkan tidak menoleh

"berantem vel, sama abangnya" jawab Haikal

"bjirr" ucap Velia kaget
"trus gak diobatin?"

"masalahnya anaknya diem mulu, kita obatin tadi lukanya ditanya mana yang sakit gak dijawab, diem aja kek begini" sahut Juno, Velia lalu mengambil posisi duduk disamping Jaevan kemudian menggenggam tangan laki-laki itu dengan lembut. Seperti ada sengatan, Jaevan langsung tersadar dan menoleh kesampingnya,

"vel" panggilnya

"buset sadar" ucap Haikal pelan,

Velia mengusap lembut kepalan tangan Jaevan yang tampak menegang itu hingga kembali melunak
"udah gapapa, bukan salah lo,"
"maaf ya lo harus capek sendirian, tapi sekarang ada gue, ada kita, lo gak capek sendirian lagi ya?"

Nafas Jaevan perlahan berembus teratur, detak jantungnya pun tidak lagi memburu seperti tadi. Tangan Velia terulur mengusap sisa-sisa air mata yang masih mengalir di pipi Jaevan, ia juga merapikan rambut pria itu yang sedikit acak-acakan.
"puasanya batalin aja ya? Tanggung udah marah-marah, udah berantem, udah keitungnya batal, pahalanya udah ilang"
"buka puasa aja ya? Capek kan?" tanya Velia pelan,

Jaevan lantas mengangguk, Velia lalu mengambil segelas air yang memang sudah tersedia disamping Jaevan. Jaevan meminum air tersebut sampai habis, Haikal, Juno, Tio, Satya, Yuki, Dimas Geva, dan Joni yang sedang berpuasa hanya bisa menelan air liur mereka kala melihat Jaevan menghabiskan beberapa gelas air minum.

"puasa goblog" ucap Dimas pada teman-temannya saat ia sudah sadar

"haus" rengek Haikal

"mau minum?" tawar Velia, Haikal mengangguk cepat
"mau gua geplak lo?!" pekik Velia galak yang membuat Haikal mengerjapkan matanya.

"udah, tenang?" tanya Velia pada Jaevan, Jaevan berdeham pelan. Perempuan itu lalu mengobati luka di sudut bibir Jaevan.

"kecil ah lukanya, nanti juga sembuh, tapi pasti tetep keliatan sama om yohan" ucapnya,

"gapapa," ucap Jaevan,

"masih capek gak?"

"capek hati"

"paham jev" sahut Dimas,

"yang penting unek-unek lo udah keluar, jev" ucap Geva

"gua mau balik ke rumah sakit, sorry ya hari ini mungkin gak bisa ngerjain,"

"iyaa santai aja bjir jev, kalem" ucap Juno

"tau lo, urusin bapak lo aja dulu, gampang urusan tugas mah," sahut Joni

"iya jev, sekalian kita istirahat juga" sahut Tio,

"thanks ya"

"iyee ah elah ku kek sama siapa aja"

"thanks ya vel" ucap Jaevan pada Velia yang sedang membereskan kotak P3K,

"iya sama-sama, nanti nyampe rumah sakit makan aja, atau sekarang makan dulu aja takutnya pingsan pas bawa motor gara-gara kelaparan"

"hahaha enggaklah, iya tar pas di rumah sakit gua makan" ucap Jaevan sembari tersenyum. Tadi, sesaat jiwanya seperti hilang, yang ada di kepala dan hatinya hanya emosi yang menggebu, namun setelah ditenangkan Velia, rasanya jiwanya kembali pada tubuhnya. Setelah kesadarannya kembali sepenuhnya, Jaevan lantas kembali ke rumah sakit untuk merawat papanya.

Our greatest world Papa chap.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang