3 Weeks later
"Tuk, tuk, tuk tuk, tuk." Terdengan ketukan pintu yang semakin didengar semakin kencang dan semakin terasa berisik.
"Oy kirana lo mati ya, kirana buka pintunya!tuk tuk! Tuk tuk! Tuk tuk! "
Kirana yang masih tertidur pulas terganggu dengan suara seseorang yang berisik di depan pintu kamarnya, ia hafal dengan suara itu, siapa lagi kalau bukan sepupu kesayangannya.
Kirana terbangun dari tidurnya dan berjalan menuju pintu dengan keadaan masih sempoyongan.
"Apa sih gi pagi-pagi udah berisik." Kirana membukakan pintu agar giandra bisa masuk ke dalam kamarnya.
"Apa sih, apa sih. Kita kuliah pagi kita hari ini."
"Ngaco lu giandra, orang tanggal merah. Punya kalender punya mata di gunain." Kirana yang kesal memberikan tatapan sinis ke arah gindra.
"Masa anjrrrr? Tau gitu gua ajak lu kepuncak."
"Ngapain ke puncak?" tanya kirana yang masih menampakan wajah kesalnya.
"Jualan jagung, pakek nanya lagi. Liburan lah bego, cari angin yekan, makan jagung bakar kan enak tuh."
"Lagi pula kalau gua liat-liat setelah hari itu lu nginep di apart winata kenapa bawaanya lu kesel mulu. Gua tanyain diem aja, mood kek reog gak jelas banget lu."
"Gpp." Jawab singkat kirana yang membuat giandra semakin bertanya-tanya.
"Kir lu mau sampai kapan sih kalau ada sesuatu gak mau cerita, gua sodara lu kir. Lu gak percaya sama gua lagi?"
Pertanyaan giandra yang membuat kirana tercengang "Gak gitu juga gi, gua sebel sumpah."
"Sebel kenapa? Karena bapak mak lu udah pulang?"
"Iya tapi bukan itu doang."
"Lu tau gak sih, sejujurnya gua pen cerita sepulang dari apart winata, tapi mood gua jelek banget perkara papa sama mama tiba-tiba pulang. Bukankah seharusnya gua bahagia ya gi kalau mereka pulang? Tapi kenapa engga?"
Giandra tahu betul perasaan sepupunya itu "Mungkin lu butuh penyesuaian, lagi pula mak bapak lu pikirannya kerja mulu, anak di telantarin anjrrr."
Giandra yang ikut kesal sembari membukakan tangannya untuk memeluk kirana "Sini-sini come here baibs, wkwk."
Kirana menghampiri pelukan giandra "Sok romatis lu, hluwwwweee."
"Ya tapi makin hari kenapa makin hambar gi keluarga gua, berasa bukan keluarga. Gua bangun pagi kalau gak di sambut bibi ya di sambut lu, itupun kalau lu nginep di sini. Gak pernah gua di masakin mama, ditanyain gimana kuliahnya, hari ini ada cerita apa."
Giandra yang mendengar kirana bercerita seperti itu semakin ikut tersayat hatinya, ia berfikir jika kakek dan nenek mereka belum meninggal pasti semuannya tidak akan sehambar ini. Namun giandra juga menyadari, ia tidak bisa menolak sebuah takdir yang sudah digariskan oleh tuhan.
"Udah gak usah lu pikirin, yang perlu lu inget gua selalu ada di sini kalau butuh apa-apa lu tinggal bilang, gua akan sebisa mungkin untuk bantu lu."
"Dan yang perlu lu selalu inget lagi papa mama gua juga selalu ada buat lu. Inget kan kata papa gua waktu itu?" giandra berbicara dengan nada yang tenang sembari mengeratkan pelukannya.
"Inget gua gi, makasih ya gi, buat om sama nte juga atas semuanya."
"Iya kiranaaaaa. Eh tapi btw selain mak bapak lu apa lagi? Katanya lu mau cerita sesuatu?" tanya giandra sembari melepaskan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY UNIVERSE | WINRINA
RomanceWARNING!! Sebelum baca tolong di cermati dulu yah peringatannya. 📌Wintop 📌Karbot ©Lexandra