"Skakmat," Tug terbahak puas ketika memindahkan posisi Kuhree, berhasil mengalahkan seorang anak laki-laki kecil di hadapannya. "Kau masih terlalu dini untuk mengalahkan ku Nak,"
*bidak kuda catur dalam permainan suku ishril
Bocah kecil itu menggembungkan pipinya, wajah nya yang memerah menahan Marah malah membuatnya terlihat menggemaskan.
Segalanya tampak terjadi begitu cepat, 30 tahun berlalu bagaikan sekedip mata. Beel melahirkan anak keduanya, ryad menjadi kepala desa di sebuah pemukiman kecil-kecilan yang hanya terdiri dari 10 keluarga, Laboratorium bawah tanah yang dibuatnya di bawah pemukiman, bahkan Ruth sudah menikah dengan wanita sanguins. Tepukan di pundak Tug membuyarkan lamunannya, "Kau benar-benar tidak bermoral, kau mengajaknya bermain permainan rasis itu?" Ruth memicingkan matanya, memandang Tug yang masih merayakan kemenangannya.
Tug mengangkat bahu tak peduli, "ayolah, ini hanyalah permainan papan. Lagi pula kita tidak menggunakan sanguins asli,"
"Paman, apa itu sangwin?" Tanya bocah kecil yang tiba-tiba merasa penasaran dengan percakapak dua paman kembarnya
"Oh, itu para makhluk bumi berdarah merah sama seperti ay- mnh" ruth membekap Tug untuk berbicara lebih jauh. "Mereka adalah orang-orang seperti kita, hanya saja sedikit berbeda," ucap Ruth lembut sambil terus menyumpalkan yangannya pada mulut saudaranya yang tampaknya sebentar lagi kehilangan napas.
"Berbeda?" Bocah itu memiringkan kepalanya tak mengerti
"Ya, seperti... bidak catur ini, mereka terlihat serupa bukan. Namun tak sama,"
Bicah itu mengangguk, sebelum ia menanyakan pertanyaan lagi suara wanita memanggil bocah itu, "Luah! Dimana kau?"
"Oh tidak, ibu datang," Bocah itu mengernyit ngeri ketika beel datang dengan seonggok sapu Lidi di tangannya.
"Apa yang kau lakukan?" Beel menghampiri anakknya yang tengah duduk di sebuah batu besar.
"Aku hanya bermain dengan paman..." Luah menunjuk tempat dimana pamannya seharusnya berada. Walau sekarang tidak ada.
Beel menyilangkan tangannya, "jadi? Tak usah banyak alasan ayo pulang. Ini waktumu tidur siang,"
"Tunggu, tadi mereka disana, aku bersumpah!" Luah masih tak menyerah,
Beel memicingkan matanya, "usaha yang bagus anak muda, namun kau tak bisa menipuku," ia menarik pergelangan tangan Luah menyeretnya untuk pulang, dan tentu saja sekeras apapun Luah meronta takkan bisa menang dengan tenaga nya.
Di balik semak belukar, dua orang Pria berambut silver bersembunyi, mengintai keadsan sekitar dengan waspada. "Kakak benar-benar menyeramkan bahkan setelah dia menjadi seorang ibu,"
"Kau benar, penjelajah terbaik di kerajaan. Kurasa Luah akan meraskaan bagaimana pendidikan militer kerajaan," Tug bergidik ngeri membayangkan bagaimana semua terjadi.
Ruth bangkut dari tempat persembunyiannya, menepukan tangannya pada celananya yang terkena tanah. "Aku harus kembali ke laboratorium, kurasa kita sudah dekat dengan apa yang kuta cari,"
Tug mengangguk, mengikuti Ruth yang telah berjalan di depan, memasuki sebuah gua yang akan membawa mereka berdua ke laboratorium.
Laboratorium itu meluas di bawah pemukiman penduduk, segala hal didalamnya terlihat seperti memasuki ke sebuah Zaman yang berbeda. Laboratorium ini adalah rahasia mereka tak ada yang mengetahuinya, bahkan Ryad ataupun beel. Di sebuah ruang dimana sungai bawah tanah mengalir menjadi alat yang menyuplai energi di laboratory ini. Mereka berdua terus berjalan memasuki laboratorium lebih dalam, melewati berbagai kotak besar yang berperan sebagai sumber energi simpanan. Kabel² panjang menempel rapi di sisi dinding, membuatnya terlihat seperti sirkuit pada alat komputer. Memasuki sisi terdalam laboratorium, beberapa hewan berwarna putih berada di dalam kandang mereka masing-masing, hewan² yang menjadi percobaan si kembar tanpa sepengetahuan siapapun. Mereka berdua sampai di sebuah area lapang setelah menuruni tangga. Langit-langit tinggi, dan sebuah bangunan futuristic tepat di tengah, berbentuk seperti sebuah bulan sabit terbalik dengan kabel besar yang berada di sekellilingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Walkers (Hiatus)
AventuraSiapa yang menyangka tugas akhir semester akan berujung menjadi ajang bertahan hidup? hal ini dirasakan oleh serangkai pemuda di bawah langit Jogja. Keempat pemuda yang selalu berlawanan seperti arah mata angin terpaksa bersatu dan hidup berdamping...