/DUGHHH/ Tanpa aba aba, Haechan dibanting ke arah tembok. Punggungnya terasa nyeri. Tangan kiri Haechan ditarik dan dilempar kembali ke arah berlawanan.
Haechan ingin menangis, namun tertahan karena ia sedang dihajar habis habis-an sekarang. Nafas Haechan tersendat, ia tidak diberi kesempatan bernafas sedikitpun. Haechan berteriak kesakitan, seluruh badannya terasa sakit sekali.
/grep, KREK-/ "AAAKKKHHH" Tangan kiri Haechan patah hingga tulangnya keluar. Darah memancar kemana mana. Haechan menangis, matanya mulai memerah. Perut Haechan ditendang hingga ia terpental ke ruangan disampingnya, memecahkan kaca diruangan itu.
Tulangnya punggungnya terasa perih karena terkena serpihan kaca, sakit sekali. /grep/ kepala Haechan ditarik dan dibentur berkali kali ke tembok hingga tembok tersebut retak. Haechan merasa dirinya akan mati dihajar semalaman oleh gerombolan orang itu.
Ia dipukul dan ditendang berkali kali oleh orang orang itu. Kepalanya bocor setelah dibenturkan berkali kali. Haechan tak kenal mereka siapa dan apa salahnya hingga diperlakukan seperti ini.
Bahkan orang tuanya dibunuh oleh orang orang itu. Hingga diposisinya kini yang miris, Haechan masih tak tahu letak kesalahannya dia dengan mereka. Baru sehari ia ditempat ini, namun rasanya sudah hampir setahun ia berada disini.
Rambut lurus Haechan dijambak, memperlihatkan wajah lusuhnya. "uhukk" Haechan terbatuk darah hingga darahnya mengalir dimulutnya. Mereka tertawa melihat itu. Haechan berusaha mati matian menahan seluruh rasa nyeri dibadannya, terutama dibagian tangannya yang patah.
Setelah puas tertawa, Haechan dicekik dan diangkat. Pria lainnya memukul dirinya, Haechan dijadikan samsak tinju. Tangan Haechan memukul mukul tangan orang yang mencekik dirinya. Tangan Pria itu masuk ke dalam leher Haechan. Haechan memukul tangan itu semakin keras, walau hasilnya nihil.
Pria yang mencekiknya tersenyum lebar, merasa puas. Tapi sepertinya salah, pria itu semakin mengencangkan cekikannya hingga wajah Haechan membiru. Haechan hampir pingsan, ia kehabisan nafas.
Namun pria tersebut melepas cekikannya, tak ingin Haechan mati terlalu awal. Pria kekar itu membubarkan anak buahnya. Ia ingin menghajar cecunguk ini sendiri.
Haechan memegangi lehernya, darah dilehernya mengalir cukup deras hingga membuat Haechan terbatuk darah. "uhukk" kini Haechan muntah darah.
Matanya berkaca kaca, ia terkejut melihat darah sebanyak itu ditangan dan sekitarnya. Pria itu berjalan perlahan mendekati Haechan yang masih menatap telapak tangannya dan memukul kepala Haechan hingga ia terpental ke ujung ruangan.
Darah segar mengalir dari kepala Haechan. Pria itu menjambak kepala Haechan, memukul wajahnya. Hidungnya mengeluarkan banyak darah, ia tak bisa bernafas.
Haechan tak diberi kesempatan bernafas sedikit pun oleh pria ini. Matanya memerah karena terkena darah dan tangisan yang ia keluarkan. Haechan memberontak dan meronta ronta, namun tak membuahkan hasil.
Pria itu berhenti, tangan dan bajunya penuh dengan darah. Haechan bernafas melalui mulut, namun ia malah terbatuk dan memuntahkan darahnya lagi.
Kerongkongannya terasa sakit, telinga Haechan mengeluarkan darah karena ia terus berteriak. Pria itu sudah puas dan meninggalkan Haechan dipojok ruangan itu.
Haechan membenarkan posisinya dengan susah payah, darah yang ia keluarkan membuat lantai semen itu menjadi licin. Haechan bersandar ke tembok, ia kewalahan.
Seluruh badannya gemetaran. Haechan memandangi tangannya yang parah, terlihat mengerikan, Haechan menangis. "ssshh... haa.. /hiks/" Haechan menahan rasa nyeri dari tangannya yang patah.
"uhuk- UHUK UHUKK-" /DEG/ "AKH-" Dada Haechan terasa nyeri tiba tiba. Ia tak bisa bernafas. Haechan bergerak ke sembarang arah, ia meremat kuat kaos lusuhnya. Kakinya terus menendang nendang angin karena menahan sesak didadanya.
Haechan mulai mengerjapkan matanya. Bernafas dengan mulut saja ia hampir tak mampu. Hidungnya pun penuh dengan ingus dan darah mimisan. Haechan masih meronta ronta sendirian disana.
Seseorang melihatnya dari balik ruangan, ia tampak menikmati erangan Haechan. Pria itu tersenyum puas. Pria itu beranjak, membuka ruangan Haechan.
Ia berjalan mendekat ke Haechan yang masih meronta dan mengerang. Pria itu menyuntikkan sesuatu ke lengan Haechan lalu meninggalkan Haechan begitu saja.
Beberapa menit kemudian, dadanya sudah tidak terasa sakit kembali. Haechan membuka matanya, matanya langsung menangkap pria yang berjalan menjauh dari ruangan Haechan.
Haechan menatap pria itu, sepertinya ia sadar bahwa ia disuntik sesuatu oleh pria itu. Tapi entahlah, Haechan hanya bisa kembali duduk sambil menunggu hajaran apalagi yang akan mereka berikan kepadanya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Day By Day
Randomi don't really know how to describe it, but what is certain is that this story is a lot of blood and quite sadistic. so be careful of reading my first story that i upload here :D maaf klo kata katanya kurang and cringe as fuck soalnya masih first ti...