Thirty Days, One Month. 16:00

9 1 0
                                    

Sudah dua minggu Haechan dirawat disana, dengan Mark yang selalu menjaga Haechan hampir setiap saat. Noen dan Jane memasrahkan keadaan Haechan ke Mark, namun jika Mark membutuhkan sesuatu, mereka berdua akan menghampiri Mark dan Haechan.

Haechan kini sudah bisa keluar menggunakan kursi roda bersama Mark. Terkadang juga Mark mengajak Haechan untuk keluar ke taman sekitar rumah sakit. Meski begitu, mereka masih belum mengutarakan perasaannya satu sama lain. Namun, Mark ingin mengutarakannya hari ini.

Haechan memandang pantai dekat rumah sakit  dari kejauhan, terlihat indah meski tidak dipandang dari dekat. Suara Haechan sudah kembali normal, dan Mark selalu gemas jika mendengar ia tertawa saat Mark tengah menghiburnya. Mark berdiri sambil memegangi pegangan kursi roda.

"Haechan-ah.." "hm?" "aku mau bilang sesuatu..." Haechan menengok ke belakang, "mau bilang apa?" Mark menunduk, menatap Haechan. Namun ia kembali menatap pantai, "sebenarnya.. aku bingung harus bagaimana cara mengucapkannya... karena ini
pertama kalinya bagiku, dan seumur hidupku..." ujar Mark sambil terus menatap ke pantai.

Haechan kembali menatap pantai. Mark menunduk, "aku, suka kamu. Haechan" Haechan yang terkejut langsung menengok ke belakang. Mark reflek menaikkan kepalanya. "Mark..?" Mark malah tersenyum, "kan aku sudah bilang... aku tidak tahu cara mengucapkannya..." Haechan masih menatap Mark. Mark menunduk, membalas tatapan Haechan.

Haechan yang terkesiap langsung mengalihkan pandangannya. Mark terkekeh. Perasaan Haechan bercampur aduk, ia merasa senang dan gelisah disaat bersamaan. Haechan terkekeh, Mark yang mendengar itu langsung tertunduk melihat Haechan.
"aku juga.. sudah menunggu hal ini sejak lama..."

Kini Mark yang terkesiap, "saat diriku tengah mati matian menahan segala sakit diseluruh badanku, kau memberikanku 2 telur rebus dan 1 air putih dihari itu. sejak itulah aku mulai jatuh padamu, Mark. Bahkan dihari aku dikeluarkan dari tempat itu, aku hanya mengingat dirimu... aku sadar bahwa aku mengucapkan namamu, tapi terasa samar diotakku. Karena rasa sakit yang terlalu hebat ditubuhku." ujar Haechan panjang.

Mark masih mendengarkan cerita Haechan. Haechan tertunduk, ia tersenyum lega. Mark juga ikut tertunduk, ia waspada sekali dengan pergerakan
Haechan. "mendengarmu mengucapkan aku suka kamu kepadaku hari ini.. membuat hatiku terasa hangat, seperti aku telah menumbuhkan rasa kepercayaanku terhadap seseorang..." Mark ingin menangis, namun ia tahan.

Haechan juga menangis, ia merasa bangga dengan dirinya yang sudah berjuang mati matian dengan segala luka dimasa lalunya dan dimasa sekarang. Dan kini, ia dapat menumbuhkan rasa kepercayaan kepada seseorang, yaitu Mark. Haechan mengusap air matanya.

"aku juga... suka.. kepadamu, Mark Lee."

Mark memeluk Haechan dari belakang. Haechan menaruh tangannya ke tangan Mark yang tengah memeluknya. "terima kasih... Mark. Andai kau tidak memberiku 2 telur dan air dihari itu, sepertinya aku tak akan bertahan hingga hari ini..." Mark tersenyum dan menaruh kepalanya dipundak Haechan.

"andai kau tak memberiku telur dan air dihari itu, mungkin aku sudah ma-" /cup/ Sial, Mark mencium bibirnya sembari menutup matanya. Tidak dengan Haechan, ia membulatkan matanya, tidak percaya. Mark melepas ciumannya, Haechan masih membulatkan matanya. Mark tertawa melihat reaksi Haechan. "gapapa, kan?"

Haechan menatap netra bitu Mark. Ia tertawa, Mark juga tertawa dan mencium pipi Haechan yang kini sudah berisi dibandingkan saat itu. Mereka tertawa bersama sama dikala senja dihari itu.

Semoga, mereka bisa terus seperti ini.

Bahagia.

Selamanya.

Day By DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang