Seperti biasa, Haechan yang babak belur dan selalu terpojok diruangan itu. Tapi kali ini Haechan mulai tak berteriak saat mereka memukul atau menendang Haechan.
Mereka semakin curiga dengannya, entah karena ia akan segera mati atau Haechan yang sudah mati rasa. Tatapan Haechan kosong ke depan, siapapun yang tak sengaja menatap matanya, ia pasti langsung lari terbirit birit, saking seram sorotan matanya.
Antara pasrah dan tidak ingin mati, hanya itu yang ada dipikiran Haechan sekarang.
/ceklek/ Pintu terbuka, dan Haechan siap menerima hajaran dari mereka. Haechan tak sengaja menatap salah satu dari mereka. "woah.. look at that damn eyes..." ujar yang ditatap Haechan.Rambut Haechan ditarik dan dikibas ke belakang, menampakkan mata Haechan yang memerah. Pria itu menyeringai, "his eyes are beautiful... but its covered by blood... so its look so ugly now" ejeknya. Mereka pun tertawa terbahak bahak. Haechan tak peduli dengan ejekannya.
"i think you are more close to the death..." ujar salah satunya. Haechan menatap pria yang mengatakan hal itu, "if thats... true... /uhuk-/ what do you want..?" Haechan berusaha bicara dan ia berhasil. Mereka terkesima, "this bitch can speak english huh ???" ujar Pria itu depannya. Mereka kembali tertawa.
Bodohnya, Haechan malah heran mengapa mereka tidak menghajarnya. Mereka menatap Haechan setelah tertawa. "you're free for this time, but not for tonight. cause we're not gonna let you die that fast." ujar mereka lalu pergi.
Haechan terkejut, Mark yang menguping dari ruangan OB-pun ikut terkejut. Apa yang akan mereka lakukan pada dirinya nanti malam, apakah mereka akan melakukan lebih dari hari hari sebelumnya? bisa jadi.
22:30
"aa- aaakkkhh-" Benar saja, kini Haechan dirantai. Bahkan tangannya yang buntung itu dipaksa agar dapar dirantai. Sakit setengah mati. Luka ditangannya masih sangat basah, dan sudah menyentuh rantai berkarat itu. Perih dan nyeri sekali.
Haechan disetrum disebuah ruangan khusus hampir 1 jam lamanya, dan ia masih saja hidup. Tetapi Haechan kehabisan nafas, sekujur badannya melepuh, memerah dan memanas.
Pria itu menambahkan tekanan listriknya. "aakkhh- akh-" Haechan mengejang hebat. Pria itu menatapnya bosan, "can you stop electrocuting him? im so bored looking at it." ujar salah satu dari mereka.
Pria yang memegang remote itu langsung menekan tombol stop dan menaruhnya. "just leave him alone in here, don't let him go yet. the chain and himself is still heated up. just do it later.." "yes sir."
Haechan masih disana, badannya mengeluarkan asap cukup banyak. Haechan menangis, namun tangisannya berupa darah. Matanya terasa perih. Nafasnya tak beraturan, ia terengah engah dan kewalahan menahannya.
Badannya gemetaran dan giginya bergemertak. Kini Haechan hanya ingin mati secepatnya dan tidak merasakan semua hal ini lagi. Semuanya terasa sakit, secara fisik maupun mentalnya. Haechan masih menangis, pundaknya naik turun saking hebatnya tangisannya.
"God... please... take... me... away... from.. here..."
Mark sengaja mengikuti mereka dan bersembunyi dibalik ruangan itu. Ia mendengar ucapan Haechan. Sepertinya, Mark mulai menyukai Haechan. Ia ingin sekali menolongnya, tapi Mark tidak punya kuasa apapun ditempat ini.
Ia hanya tukang bersih bersih yang digaji sangat sedikit. Mark sebenarnya senasib dengan Haechan, hanya saja nasib Mark sedikit lebih beruntung daripada Haechan. Mark akan diperlakukan sama seperti Haechan jika ia kurang bersih. Hanya saja tidak separah yang Haechan alami.
Mark kini memiliki luka baru, yaitu luka sayatan didahi dan lehernya. Mark ternyata ketahuan memberi makan dan minuman ke Haechan saat itu, Mark dihajar dan diberi luka sayatan sebagai tanda, seperti namanya.
Ia sempat mengalami pendarahan dilehernya, tetapi salah satu rekan OB menolongnya dan Mark selamat. Meski begitu, Mark tidak kapok dan terus membuntuti Haechan. Mark keluar dari ruangan itu, ia tak ketahuan oleh mereka. Mark kembali melakukan pekerjaannya seperti biasa.
22:55
Haechan diseret keluar oleh mereka. Lantai yang beralaskan besi itu terlukis darah yang keluar dari punggung Haechan. Haechan tak sadarkan diri, ia benar benar sekarat. Haechan ditempatkan ditempat yang berbeda.
Kini Haechan ditempatkan disel VIP, menandakan bahwa ia akan segera ditelantarkan. Karena hanya ia sendirian disana. Mark langsung menyadari bahwa Haechan akan dibawa pergi dari tempat itu dan akan ditelantarkan ditempat yang mereka mau.
Mark sudah selesai membersihkan tempat itu. Mark mengusak usak rambutnya. Rekannya yang tengah meminum secangkir kopi itu melihat kelakuan Mark. "you okay Mark? you look stressed." ujarnya
Mark mengatur nafasnya, "looks like it does... Theo..." Lelaki yang bernama Theo itu langsung menaruh cangkir kopinya. "tell me, whats wrong again with him?" Theo langsung mengetahui apa yang Mark pikirkan.
Theo dan Mark sudah disini selama satu tahun dan hampir seluruh Pria kekar tukang siksa itu mengenal mereka. Mereka sering bertukar cerita dan hampir tidak ada rahasia diantar mereka.
Mark berakhir disini karena ia tidak mau orang tuanya dibunuh karena sebuah hutang. Mark memutuskan untuk menyerahkan dirinya sebagai bayarannya.
Saat itu, Mark masih berumur sekitar 19 tahun. Sedangkan Theo karena ditelantarkan oleh orang tuanya saat ia remaja dan ia dibesarkan ditempat ini.
Tidak banyak OB yang dipungut oleh mereka bertahan disini, kecuali mereka berdua. Theo sudah 5 tahun disini sebagai OB, jadi wajar jika ia sudah terbiasa.
Banyak OB yang akhir hidupnya mati konyol karena hal sepele. Mark disini juga sudah setahun lebih, jadi ia mulai terbiasa. Tapi semenjak adanya Haechan disini, ia semakin melanggar dan terus membuntuti Haechan.
Mark memutar kursinya kearah Theo. Mark masih mengatur nafasnya, ia menahan tangisnya. Theo langsung tersadar. "he will be... abandoned...?" tebak Theo. Mark mengangguk, kepalanya menunduk.
Mark tidak bisa menahannya, ia menangis. Theo berdiri dan memeluk Mark. Theo juga pernah seperti ini sebelumnya, dengan seorang Pria yang bernama Daniel. Tapi ia berakhir mati karena ia tak tahan hingga 3 sampai 4 hari. Theo juga melakukan hal yang sama seperti yang Mark lakukan sekarang.
Theo menepuk nepuk bahu Mark yang naik turun, "its okay..." ujar Theo. Mark melepas pelukannya, hidungnya memerah karena menangis. Mark mengatur nafasnya, "i wanna... follow him..." ujarnya.
"you wanna die..? huh ? dont follow him..." ujar Theo. Mark menggeleng, matanya berkaca kaca. Theo semakin merasa iba, "i dont wanna lose him..." suara Mark serak, Theo memeluk kembali Mark.
Mark hanya bisa pasrah saat dipeluk Theo. Tetapi tiba tiba ada yang mengetuk pintu. Mark langsung mengusap kasar air matanya dan bertingkah seperti biasa. Theo membuka pintunya, ternyata ketiga pria yang tadi menyiksa Haechan.
"where is our clothes?" ujar salah satu dari mereka. Theo langsung memberi pakaian mereka dan pergi dari sana. Tapi masih ada satu yang berdiri didepan pintu. Pria itu menatap Theo. "you dont sleep huh?" ujarnya.
Theo tertawa kecut, "i drank coffee earlier so yeah hahaha" ujar Theo. Pria itu menepuk bahu Theo dan pergi mengikuti kedua teman lainnya. Theo menutup pintu dan bernafas lega.
Mark terkekeh melihat itu. "i thought your'e not scared with them" ujar Mark. "almost ? i guess" ujar Theo dan merebahkan dirinya ke ranjang. Mark masih terduduk dikursi, melamun.
"go to sleep, Mark Lee. we still gotta work for tomorrow". Mark tidak menggubris. Theo membiarkan Mark, terserah ia mau tidur kapan. Mark ingin kabur, tapi ia terlalu takut dan memilih untuk tidur.
Ia masih memikirkan Haechan, ia hampir tidak bisa tidur. Tapi pada akhirnya ia tertidur karena menangis hampir semalaman. Dan ternyata Theo belum tidur dan mendengar tangisan Mark. Theo menangis, ikut merasakan apa yang dirasakan Mark.
Ini pertama kalinya ia mendengar Mark menangis. Terdengar sangat menyakitkan, saat itu Theo tak sebegitunya dengan Daniel. Tapi memang, Haechan yang sangat cantik saat pertama kalinya dipaksa untuk ke dalam sel.
Saat itu ia menangis tersedu sedu. Dan saat Haechan terdiam, ia memang terlihat sangat imut, meski dirinya ketakutan. Theo yang pertama kali tahu Haechan. Mungkin untuk saat ini, Haechan hanya mengenal Mark seorang.
"God... please... save him... and dont let him die quickly..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Day By Day
Rastgelei don't really know how to describe it, but what is certain is that this story is a lot of blood and quite sadistic. so be careful of reading my first story that i upload here :D maaf klo kata katanya kurang and cringe as fuck soalnya masih first ti...