"Kamu temani Audrey di sini, aku yang temui Hans." Alia melipat tangannya di dada dan bicara dengan Jasper di beranda.
"Nggak, Audrey lebih butuh kamu dibanding aku. Aku yang akan temui Hans," balas Jasper, duduk di sofa sembari merentangkan tangannya di sandaran sofa.
"Kenapa harus kamu yang temui Hans, Jasper?" tanya Alia tidak mengerti.
"Aku punya urusan yang belum selesai sama dia."
Mata Alia memicing curiga. "Urusan apa?"
"Bukan urusanmu."
"Jasper," Alia merajuk kesal, "aku harus segera temui Hans, kita jangan berdebat kayak anak kecil!"
"Ya sudah tunggu di sini."
Alia menghentakan kakinya ke lantai dengan kesal dan menggeram. Tidak tahu bagaimana harus menjelaskan.
"Jangan bilang kamu masih peduli padanya?" tanya Jasper menatap tajam pada Alia.
"Aku masih peduli itu benar tapi--kamu nggak akan ngerti! Aku nggak ada waktu jelasin ke kamu. Dia itu selalu mengancam untuk mati, mati, mati terus! Aku jadi takut," ujar Alia melempar pandangan ke ruangan di mana Audrey mengurung diri.
Tangan Jasper mengepal, rahangnya mengeras. "Maksudmu mengancam mati bagaimana, Alia?" Menegakkan tubuhnya, tidak suka dengan informasi ini.
"Nih, lihat sendiri." Alia memberikan ponselnya pada Jasper. Lelaki itu berdiri, berjalan pelan berputar di sekitar, matanya tidak lepas dari layar. Jarinya menggulir layar ke atas ke bawah, membaca pesan dari Hans dengan saksama. Seraut wajah kecewa terlukis di sana. Hingga Jasper menekan giginya kuat-kuat.
"Bajingan," umpatnya, mengejutkan Alia.
"Kamu tunggu di sini aku temui Hans sekarang." Jasper meraih tas hitamnya dan membuka pintu kaca beranda, sampai Alia menahan pergelangan tangannya.
"Aku harus tahu dia baik-baik saja."
"Tapi Allisandra, Audrey--"
Alia memutar tubuhnya dan berjalan ke arah kamar Audrey, mengabaikan Jasper. Menyandarkan keningnya di pintu. Menaruh telapak tangannya di sana.
"Audi, aku tahu kamu dengar aku. Ada banyak hal yang harus kita bicarakan, bisa kan kamu tunggu aku? Aku hanya sebentar setelah itu aku akan temani kamu, oke? Tunggu aku. Jangan... jangan--pokoknya tunggu aku." Alia segera berbalik dan meminta Jasper untuk lekas pergi. Dia mengalah kemudian menyusul Alia.
♡•♡•♡
Hans menegak minuman alkoholnya dan menatap nyalang pada sesuatu di hadapannya, entah apa. Seperti menerawang ke masa lalu. Lalu dia menegaknya lagi.
Bel berbunyi dua kali. Hans menyeringai sinis, dia tahu itu Alia. Dia selalu bisa merasakan kehadiran perempuan itu. Dia sengaja minum untuk menstabilkan keberaniannya, malam ini Alia harus jadi miliknya lagi. Dengan cara apapun, Hans tidak peduli. Lelah ditinggalkan bagai orang tidak berguna. Dia sudah menyusun rencana di kepalanya, Alia tidak akan pernah lepas dari pelukannya lagi.
Sampai dia mengumpat lantang melihat Jasper datang bersama Alia. Kehadiran Jasper tentu menggagalkan rencananya.
"Fuck you!" balas Jasper.
"Apa kamu harus selalu datang sama bodyguard-mu, Alia? Nggak bisakah kita selesaikan masalah kita berdua?" Hans menarik lengan Alia sampai perempuan itu mengeluh sakit.
Jasper mendorong tubuh Hans dan hampir memukulnya namun Alia mencegahnya.
"Masalah kita sudah selesai. Perkara kamu belum bisa nerima keadaan kita, itu urusanmu. Aku ke sini mau lihat keadaanmu. Ternyata hidup. Thanks."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Cinta Dalam Tiga Detik [END]
Fiksi UmumHanya dalam waktu tiga detik saja Audrey mengklaim dirinya jatuh cinta pada Allisandra. Hal pertama yang dilakukan Audrey adalah menghindarinya sekuat tenaga. Namun semakin hari pikirannya semakin penuh dengan sosok perempuan cantik itu. Audrey tida...