Chapter 7

171 13 0
                                    

Pov Dera

previously..

"Gue.. pergi dulu." Ujar Vai. Kemudian ia meninggalkanku sendirian di dalam toilet itu.

Aku masih tidak percaya apa yang baru saja Vai katakan pada diriku. Dia baru saja menyatakan perasaannya padaku.

...



Entah apa yang dipikirkanku sekarang. Senang, bingung, dan rasa cemas semua bercampur aduk. Tidak mengerti? Biar ku jelaskan satu-satu.
Rasa senang karena si Vai menyukaiku balik, bingung karena setelah itu aku tidak tahu harus menanggapinya bagaimana dan untuk rasa cemas karena, hubungan kita pasti akan sedikit berbeda dari biasanya.

Ah, seharusnya aku tidak terlalu memaksa dia untuk memberi tahuku tentang ini. Der...der..Huftt, aku benar-benar menyesal atas apa yang ku perbuat barusan.

Aku mengembalikan kewarasanku dan keluar dari toilet itu. Kembali beraktivitas dan biarkan masalah ini sebagai angin lalu saja.

Beberapa saat setelah kegiatan selesai, aku melihat Vai yang sudah memakai jaketnya. Sepertinya ia bersiap-siap untuk pulang.

"Vai!" Panggilku. Dia sama sekali tidak berbalik? Hmn, mungkin aku harus menghampirinya.

"Vai?" Aku memanggilnya lagi dengan lembut.

Sial! Dia masih belum berbalik ke arahku. Karena Vai belum menolehku, aku memegang kedua pipinya dan membalikkan kepalanya secara terpaksa agar dia berhadapan denganku.

"Vai, kamu kenapa sih?"

"Gapapa." Jawabnya

"C'mon, just don't making easy things difficult. "

"Gue mau mulai ngehindarin lo aja, biar lo nggak risih sama gue."

"Buat apa?" Karena aula sangat berisik, aku menarik tangannya. "Ikut gue."

Aku membawanya ke belakang aula, melepaskan peganganku dari tangannya.

"Buat apa sih ngehindarin gue?" Tanyaku

"Umm..maksud gue, persahabatan kita mungkin sudah hancur karena gue ngeconfess sama lo." Jawabnya sambil menghindar kontak mata.

"Kata siapa?"

"Listen, gue tau perasaanmu itu salah, tapi menurut gue gapapa. Gue nggak risih atau rasa aneh ke lo. Nggak masalah sama sekali, gue hanya mau bilang makasih udah jujur sama gue." Lanjutku.

"Lo ngak risih sama sekali?" Aku menanggapinya tersenyum sambil mengangguk.

"Gue nggak mau hubungan kita hancur karena lo cuman confess perasaan lo ke gue." Dia membalasku dengan anggukan kepalanya yang lucu.

"Udah ya? Sekarang jangan kabur lagi ya?"

"Iya." Tangan Vai mulai mengelilingi pinggangku dan kemudian menarikku ke dalam pelukannya.

Pastinya aku memeluknya kembali dan memeluknya dengan erat, heheheh. Aku suka aroma badan Vai, aromanya berbau sangat dewasa.

"Mmmm~" Desahku

"Lo kenapa dah tiba-tiba desah gitu?"

"Aroma lo enak, gue suka." Jawabku

Wajahku yang masih terletak di bagian manubriumnya, bisa mendengar detak jantungnya begitu kencang setelah ku keluarkan desahku. Hahaha, dia imut sekali saat tersipu.

Setelah pelukan Itu berakhir, kami pulang memakai motor masing-masing. Singkat cerita, aku sudah sampai di rumah. Seketika aku melihat mobil hitam milik abangku, Kenapa dia pulang?. Aku membuka pintunya, lho? Tidak di kunci? Kemudian aku bergegas ke kamar dan melemparkan diriku ke atas kasurku.

Here with me - GLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang