Chapter 9

159 10 0
                                    

previously..


"Sumpah Der, gue gapapa, pake aja."

"Beneran nih? Ngak keberatan kan?"

"Iyaa ngak kok."

Mereka berdua kemudian menaiki motor balap itu dan pergi kembali pulang ke rumah masing-masing.













• • •










Vai dan Dera sudah sampai di kediaman Dera, Dera mengajak Vai untuk berteduh sebentar di dalam dan dua gadis tersebut merasa hari ini berlalu sangat cepat. Bagaimana tidak? Semua waktu ia habiskan bersama sahabatnya. Well, ini memang sungguh melelahkan, tapi juga sangat menyenangkan!

Dera menarik tangan Vai sambil bergegas masuk kedalam rumah agar sahabatnya itu tidak terkena rintikan hujan. Dera berlari ke dalam kamar dan tidak sadar membiarkan Vai sendiri di ruang tamu.

Segera ia melepas semua baju basahnya agar ia bisa mandi dan keramas. Mengusap semua bagian-bagian tubuhku dengan sabun. Ahh sudahlah, pokoknya seperti orang mandi pada umumnya lah!

Sementara itu, Vai duduk di atas sofa sedang menyapu kedua tangannya dengan cepat, sehingga tubuhnya merasakan sedikit hangat. Ia menundukkan kepalanya seakan-akan berusaha menahan dinginnya udara saat itu.

Terdengar suara langkah kaki mendekat..mendekat ke arah Vai. Vai menghiraukannya, ia berasumsi bahwa itu hanya langkah kaki Dera.

"Ehh? Kirain Dera, ternyata temennya ya?."

Lohh? kok? suara Dera..

Karena heran mengapa suara Dera berat, ia mengangkat kepalanya dan melihat seorang pria dengan paras tampan tampak tersenyum bingung.

"Ini...abangnya Dera ya?" Batin Vai.
"Ahh, iya bang." Jawabnya dengan membalas senyuman Deon.

"Astaga, Dera tega ya biarin lo kedinginan kek gini. Nggak di kasih handuk kek apa kek." Omel Deon pada adik perempuannya itu."Gue panggil tu anak-"

"Gausah manggil dia bang, gapapa."

Kemudian ia kembali melihat Vai dan duduk di sofa tunggal samping Vai. Deon mengangkat tangannya sejajar dengan perutnya, memberi Vai tanda agar mereka saling berjabat tangan.

"Gue Deon, kakak pertama Dera." Katanya sambil mengedipkan salah satu matanya.

"Iya bang. Gue Vai." Balas Vai dengan senyum canggungnya.

"Salam kenal ya? Ohh, btw jangan manggil 'bang', panggil 'kak' aja okey?"

"Uhh, iya kak."

Disaat itu, mereka memberi salah satu tangan mereka untuk bersalaman. Mengayunkan jabat tangan itu dengan lembut, tapi..mengapa tangan Deon memegang tangan Vai sangat lama?

Vai merasa sedikit tidak nyaman, namun aksi mereka dihentikan oleh datangnya Dera.

"Aduhhh kak! Kenapa Vai-nya nggak di kasih handuk sih?! Malah salaman." Sahut perempuan itu.

"Kan kenalan dulu dongg, masa kakak gak boleh kenalan sama sahabatmu?."

"Iya sih tapi kak liat dulu dong keadaan dianya. Gimana sih?"

"Ya namanya juga udah keasikan ngobrol, iya kan Vai?" Ujar Deon,
Vai hanya tersenyum membalas ujaran Deon.

Dera kesal mendengar balasan Deon, ia kemudian menarik tangan Vai ikut bersamanya masuk kedalam kamar. Dera dengan cepat mengunci pintu kamarnya, Vai sedikit bingung namun ia tau mengapa gebetannya bertingkah seperti itu.

Here with me - GLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang