Chapter 11

176 9 2
                                    

previously..

Dengan terpaksa, Dera akhirnya mengangguk setuju. Ia merasa tidak enak juga menolak tawaran sahabatnya itu."Yaudah deh, yok."

Dengan perasaan lega, Nathan menunggu Dera naik ke belakang motornya, dan mereka berdua kemudian berangkat pulang bersama, meninggalkan peristiwa di supermarket sebagai pengalaman yang akan membentuk hubungan mereka di masa mendatang.








































• • •

































Vai dan Carly duduk bersama di halte bus, menunggu kedatangan transportasi umum. Sinar matahari masih terik di langit, menyebabkan mereka merasa gerah.

Vai hanya diam dalam pikirannya, hatinya masih terpukul oleh peristiwa yang baru saja dia saksikan di luar sekolah. Matanya menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong, mencoba merangkai pikirannya yang kacau.

"Njir, panas banget ya." ujar Catly kemudian menoleh kearah Vai, mencoba menciptakan percakapan.

Catly mulai merasa khawatir saat melihat wajah Vai yang kosong dan mata yang tampak kehilangan kilau. Dengan nada lembut, dia menyapa.

"Hey Vai? Lo..gapapa?"

Vai menoleh. "Gue gapapa kok." ujarnya dengan senyum palsunya.

Catly mengangguk, tetapi dia bisa merasakan ketegangan di udara. Dia memutuskan untuk tidak mendorong Vai lebih jauh, menghormati privasinya untuk saat ini.

Dengan hati-hati, Catly menepuk dan menggandeng tangan Vai dengan lembut agar membantu Vai lebih merasa tenang.

Bus akhirnya tiba di sebuah halte. Suara mesin berhenti dan pintu bus terbuka, menandakan bahwa di antara penumpang harus berpisah. Ini adalah saatnya bagi Catly untuk turun dari bus.

"Oh,um..oke Vai. Gue duluan ya? Daadah!" Pamit Catly. Ia berdiri dan mulai meninggalkan tempat duduknya itu.

Namun, sebelum dia bisa melangkah lebih jauh, tiba-tiba tangannya ditahan oleh Vai.

"Catly." Panggil Vai dengan suara pelan, membuat Catly menoleh ke arahnya dengan sedikit bingung di wajahnya.

"Maaf nanya, tapi boleh nggak gue minta nomor lo?"

Hah?!

Catly terkejut dengan permintaan tersebut, tapi senyum kembali muncul di wajahnya.

"Oh-Boleh banget, Vai." Dengan cepat, Catly mengeluarkan ponselnya dan menukarkan nomor kontak dengan Vai. Sebuah senyuman tulus muncul di wajah mereka berdua, merasakan ikatan yang baru saja terbentuk di antara mereka.

Ikatan pertemanan maksudnya

Catly berdiri di halte bus, membalikkan kepalanya untuk melihat Vai satu kali lagi. Dengan senyum yang masih terukir di wajahnya, dia mengangkat tangannya dan melambaikan tangan pada Vai. Vai membalas lambaian tangan itu dengan pelan.

"Ting!"

"Hmn..? Ugh, kenapa lagi ini?"

Vai membuka pesan tersebut dengan hati-hati, melihat ayahnya yang memberi pesan ia merasa tegang dengan apa yang akan Ayahnya katakan kali ini. Pesan dari Ayahnya membuat Vai merasa cemas.

'Vai, jangan lupa dengan les tambahanmu, Mrs. Gwen menuju ke rumah, pastikan kamu pulang cepat sebelum saya menanyakan kabarmu dari Mrs. Gwen.'

Here with me - GLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang