Chapter 14

105 8 2
                                    

   

previously..

     Karena merasa tidak tahu cara yang tepat untuk membujuk Vai, Dera menghela nafas dan bergegas menuju motornya. Perlahan, ia menaiki mesin beroda dua yang diberikan Vai.

Dengan hati yang berat, Dera melajukan motornya meninggalkan Nathan sendirian, sementara di dalam dirinya terus bergelora pertanyaan tentang masa depan hubungannya dengan Vai.

















































































































• • •












































































       Tiga hari serasa tiga bulan lamanya, Vai sudah lama tidak terlihat dari pandangan Dera disekolah sejak kejadian pada tiga hari yang lalu. Hal itu membuat Dera sedikit khawatir dengan Vai. Dera memutuskan untuk mencarinya di kelasnya.


"Ehh, kamu!"

"Ehh, saya kak?"

"Iya kamu!" Seru Dera memanggil yang mungkin mengenali Vai. Kemudian Dera mengayunkan tangannya mengisyaratkan gadis itu untuk mendekatinya.

"Kamu...Catly kan? Boleh tanya ngak? Belakangan ini Vai ngak masuk sekolah ya?"

"Ohh, iya kak. Tadi pas di absen juga Vai alpa, kak, sama kayak  dari tiga hari yang lalu." Jawab Catly.

Dera menghela nafasnya. "Kamu tau ngak dia kenapa?"

"Wah, aku sih ngak tau kak, dia juga jarang kabarin aku."

"Yaudah deh, makasih ya Catly."

"Iya kak sama-sama."

Setelah percakapan itu, Dera merasa semakin cemas dan bingung. Ia memutuskan untuk mencoba mencari tahu lebih banyak tentang keberadaan Vai. Dia bertanya-tanya kepada teman-teman lain, menghubungi beberapa kenalan Vai, namun tidak ada yang tahu pasti keberadaannya.

Malam harinya, di rumah, Dera tak bisa tidur. Ia terus memikirkan Vai dan merasa bersalah atas apa yang telah terjadi. Ia memutuskan untuk mengirim pesan kepada Vai, berharap bahwa Vai akan membaca dan meresponsnya.

Dera mulai mengetik. "Vai?"

Dera menunggu sejenak, berharap pesan itu akan terkirim dan dibaca dengan cepat. Namun, setelah beberapa saat, ia melihat pesan hanya dengan satu centang.

Dera menggigit bibir, cemas. "Tunggu, centang satu?"

Perasaan Dera semakin khawatir melihat bahwa Vai tidak aktif. Ia mencoba mengingat kapan terakhir kali mereka berbicara dengan baik dan merasa semakin bersalah.

"Kenapa kamu ngak aktif, Vai? Kamu kenapa?" Bisiknya pada dirinya sendiri.

Kecemasan Dera meningkat, dan ia memutuskan untuk mencoba menelepon Vai, berharap bahwa suara dering telepon bisa membuat Vai menjawab atau setidaknya memberikan petunjuk bahwa Vai baik-baik saja.

Dera dengan nada cemas saat menunggu panggilan tersambung.
"Angkat dong, Vai... angkat..."

Masih tidak aktif, sebenarnya Dera ingin mendatangi rumah Vai tapi tak tahu rumahnya berada. Keesokan harinya, di dalam kelas, Dera sedikit tidak berkonsentrasi. Sarah melihat Dera yang tampak khawatir.

Here with me - GLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang