Chapter 2

331 70 31
                                    

Mahesa Aldebaran
(Gua dewasa, Benarkah?)

Kedewasaan bukan di ukur dari umur, benarkah itu? Tentu saja benar

Terkadang seorang anak dipaksa harus menjadi lebih dewasa oleh keadaan

Banyak orang bilang gua itu orang yang paling dewasa, gua suka ngalah, bisa ngertiin mereka, gua juga selalu bisa berfikir bagaimana kedepannya

Sebenernya gua bukan dewasa tapi gua terbiasa, gua dipaksa buat ngerti keadaan dikeluarga gua

Gua anak tengah

Kalau gua berantem sama Abang, gualah yang harus ngalah katanya ngga sopan sama yang lebih tua ngelawan

Kalau gua berebut sesuatu sama Adek, gua juga yang harus ngalah katanya gua udah gede harus bisa ngalah sama adeknya

Menurut gua Mama lebih sayang Adek sedangkan Papa dia lebih sayang Abang, lalu siapa orang yang sama gua?

Gua nggak pernah dianggap ada diantara mereka, kalau gua dianggap berarti mereka butuh gua,

Pernah sekali gua marah sama keadaan yang terjadi dalam keluarga gua, bertanya kepada mereka kenapa gua diperlakukan nggak adil

Mereka bilang gua itu anak pembawa sial, kata Mama saat gua lahir dia hampir mati lalu Papa juga bentak gua trus bilang pas gua lahir perusahaan dia hampir bangkrut

Situasi itulah yang bikin gua nggak pernah merasa dicintai oleh keluarga

Katanya anak pertama itu beban-nya berat, padahal menurut Mahesa anak tengah itu bebanya jauh lebih berat

Menurut Mahesa jika dia bisa memilih untuk terlahir kembali maka dia akan memilih hidup seperti Jiyyad,

Dibalik itu semua Mahesa tetap bahagia karena dia memiliki teman seperti mereka

"Kak" Mahesa menghentikan langkahnya saat suara sang adik memanggilnya

"Tolong kerjain pr gua dong" itu ucapan yang keluar dari mulut adiknya saat Mahesa beralih menatapnya "harus dikumpulin besok" katanya memohon

"Kenapa nggak minta tolong Abang?" Padahal kalau dilihat dari manapun Mahesa ini sudah akan pergi keluar

"Abang sibuk katanya" Mahesa tau adiknya itu bohong

"Yaudah sini mana pr lu" sang adik hanya tersenyum dan menunjuk kamarnya, melihat itu Mahesa segera pergi berjalan kearah kamar

"Di buku bahasa Indonesia" teriak sang adik yang masih bisa Mahesa dengar

Mahesa itu tidak bodoh cuman ketika dia bersama teman-temanya dia menjadi seorang pemalas

"Dek" Mahesa melirik kearah pintu saat seseorang memanggilnya

"Sibuk nggak?" Sudah tau dia akan disuruh lagi

"Sibuk"

"Bantuin gua ngetik makalah dong" Abangnya ini bego apa tolol, dia bilang sibuk kenapa masih minta tolong

"Nggak bisa gua mau keluar" dia tidak bohong, dia memang ada janji sama teman-temannya buat kumpul di rumah Jeffry

"Gua aduin Mama lu main tanpa bantu gua" dasar anak Mama rutuk Mahesa kesal dalam hatinya

"Yaudah sini" Kesalnya sembari membanting buku adiknya yang sudah selesai dia kerjakan

"Nanti gua kirim file-nya" melihat abangnya pergi dia juga ikut pergi dari rumah

Dia fikir akan mengerjakan tugas abangnya nanti dirumah Jeffry berharap teman-temannya bisa membantu dia

Sekitar pukul 09.30 dia sampai dirumah Jeffry, kebetulan sekali pada saat dia sampai Jihan sedang membuang sampah keluar

"Han" panggil Mahesa saat melihat Jihan yang hendak masuk

"Kemana aja lu" Mahesa disambut oleh pertanyaan dari Jihan

"Gua ngerjain dulu tugas adek gua" tidak ada jawaban lagi dari Jihan dia hanya berjalan masuk dengan Mahesa yang membuntutinya dari belakang

"Tidur gih, lemes banget tuh muka" Jiyyad mengatakan itu saat melihat Mahesa

"Masa baru dateng lu tidur" Jeffry mengomentari apa yang Jiyyad katakan

"Lagian gua juga kagak bakal bisa tidur" Mahesa beralih menatap Cakra yang sedang membaca buku

"Cak" Cakra mengalihkan perhatiannya dari buku saat Mahesa memanggilnya

"Gua pinjem laptop lu ya" Cakra hanya menunjuk kearah laptop

"Mau ngapain si" Haikal mempertanyakan apa yang hendak Mahesa lakukan

"Ngerjain makalah Abang gua"

Rehan yang baru saja balik dari dapur menggeplak kepala Mahesa "Mau, mau aja lu dijadiin babu"

"jangan bilang lu telat karena ngerjain tugas adek lu lagi" tuduhan dari Haikal yang memang benar adanya

"Tolol emang"

"Berapa soal?"

"40" Mahesa menjawab saat Cakra bertanya

"Mana sini file nya gua bantuin" Mahesa tersenyum lalu menyerahkan hp nya

"Halah dikit ini udah sono lu main aja sama anak-anak gua yang ketik ini"

Benar bukan Mahesa tidak pernah merasakan kebahagiaan jika bersama keluarganya

Tapi

Ketika dia bersama teman-temannya dia tidak pernah tidak merasa bahagia, hal sekecil apapun yang teman-temanya lakukan itu bisa membuat dia bahagia

Menurutnya keluarga yang dirumahnya adalah orang asing sedangkan teman-temanya adalah keluarganya




















Tbc 💚
Dibandingkan Cakra
Part Mahesa ini lebih panjang

Tbc 💚Dibandingkan Cakra Part Mahesa ini lebih panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Next-nya siapa lagi ini?

The Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang