(Sakit)
Sekarang adalah jam pelajaran olahraga, tapi Jiyyad sedang berada dalam UKS bersama Rehan
Jangan salah faham, mereka tidak bolos
Salahkan Jiyyad yang mimisan saat jam pelajaran olahraga tadi
"Lu yakin gak papa?" Rehan bertanya seraya memberikan teh hangat kepada Jiyyad
"Gua nggak papa santai aja" Jiyyad berusaha mencoba meyakinkan Rehan kalau dia baik-baik saja
"Lu akhir-akhir ini aneh banget tau ngga" Jiyyad yang sedang meneguk teh nya tidak memperdulikan apa yang Rehan katakan
"Lu nggak nyembunyiin sesuatu kan dari gua" Jiyyad terbatuk
"Gua lagi minum, lu bisa ngga berhenti ngebacot" kesal Jiyyad yang langsung menaruh cangkir teh yang diminumnya barusan ke atas meja
"Mau ke RS ngga? Muka lu pucet banget kayak orang mau mati" celetukan yang keluar dari mulut Rehan
"Mati aja duluan, gua masih pen idup" Jiyyad menanggapi perkataan Rehan
"Pokonya lu jangan batu, nanti kita ke RS" Rehan masih berusaha memaksa Jiyyad untuk diperiksa ke RS
"Gua nggak papa Rehan, istirahat dirumah juga oke" Jiyyad masih dengan pendiriannya
"Bukan masalah nggak papa nggak papa nya, sakit itu nggak boleh diremehin"
"Iya nanti gua ke RS dah" Jiyyad menjeda ucapanya "tapi sendiri" lanjutnya
"Sendiri pala lu peang, nanti kalau lu pingsan dijalan ngerepotin orang"
"Gua nggak bakal pingsan"
"Kita akan tau apa yang terjadi, mending gua anter aja"
"Pilihannya ada di lu, gua pulang bareng lu apa gua ke RS sendiri?"
Pada akhirnya Rehan menyerah dia memilih untuk membiarakan Jiyyad pulang bersamanya, yahh.. dari pada Jiyyad kenapa-napa nanti
"Nenek" Sosok yang dipanggil nenek itu muncul dari arah dapur
"Udah pada pulang" Rehan dan Jiyyad menyalimi tangan neneknya
"Nenek masak apa?" Rehan bertanya saat mencium bau harum masakan neneknya
"Rahasia, sudah kalian berdua mandi dulu nanti kita makan bersama" Rehan dan Jiyyad menanggukkan kepalanya lalu pergi ke kamar untuk mandi
Saat Jiyyad selesai mandi dia terkejut melihat Rehan yang duduk diatas kasurnya seraya memegangi kertas yang selama ini dia berusaha sembunyikan
"Rehan"
"Ini alasanya?" Rehan bertanya
"Han, lu bisa jaga rahasia kan?" Bukanya menjawab Jiyyad balik bertanya
"Jiyyad lu gila hah? Hal se penting ini lu sembunyikan dari kita semua?"
"Bukan gitu"
"Terus apa!" Rehan menaikan nada bicaranya karena kemarahannya pada Jiyyad
"Gua nggak mau lu khawatir, gua nggak mau nenek khawatir, gua juga nggak mau semua temen-temen kita khawatir"
"Truss lu berniat mau ninggalin kita kaya gini?"
"Gua cuman nggak mau nambahin beban mereka"
"Itu berarti lu nggak percaya sama mereka, lu nggak percaya sama gua, sama nenek"
"Rehan, gua mohon jangan kasih tau siapapun"
"Kalau lu nggak mau kasih tau biar gua yang ngasih tau"
"Rehan gua mohon, gua nggak mau semua orang sedih gara-gara gua"
"Bukanya lu sendiri yang ngomong, kalau satu dia kita ada yang sedih semuanya harus merasakan kesedihan itu"
"Situasi kali ini berbeda Rehan"
"Truss lu berniat mati tanpa kita tahu hah!"
"Gua juga nggak mau Han, gua nggak mau mati!"
"Kalau lu ngomong sama anak-anak mungkin kita bakal punya solusi buat ini"
"Udah nggak ada lagi solusi, gua cuman punya waktu lima bulan itupun kalau gua bisa ngejaga pola makan gua, ngejaga kondisi badan gua"
"Apa nggak ada cara lain buat bisa nyembuhin penyakit sialan lu itu"
"Nggak ada Rehan nggak ada"
"Anggap aja ini permintaan terakhir gua, gua mohon jangan sampai ada yang tau"
"Lu egois tau nggak!" Setelah mengatakan itu Rehan pergi meninggalkan Jiyyad
Tbc💚
KAMU SEDANG MEMBACA
The Memories
Teen Fiction"Beban laki-laki itu berat dan nggak akan pernah habis, lelaki memang tidak merasakan sakitnya melahirkan tapi dibalik itu ada ribuan beban dipundaknya". "Laki-laki itu cenderung sering menyembunyikan apa yang dia rasakan, akibatnya beban itu terus...