(Jangan ambil mereka tuhan)
"Gimana?" Haikal bertanya saat Mahesa dan Rehan datang menghampirinya
Pagi tadi Jiyyad pingsan saat berada dirumah Jeffry, semua teman-temanya panik dengan keadaan Jiyyad dan dengan cepat mereka membawanya kerumah sakit
"Kata dokter keadaan Jiyyad makin buruk" Mahesa menjeda ucapanya "Ada satu cara buat nyelamatin dia"
"Bagaimana?" Cakra bertanya penasaran
"Donor hati" Bukan Mahesa tapi Rehan yang menjawab
"Lalu?" Jeffry yang dari tadi diam juga ikut berbicara
"Nggak mudah buat kita dapetin orang yang akan mendonorkan hatinya buat Jiyyad" perkataan Rehan memang benar
"Apa yang harus kita lakukan?" Jeffry bertanya kebingungan
"Gua bakal minta bantuan bokap gua buat nyari orang yang akan mendonorkan hatinya" Rehan menganggukkan kepalanya setuju dengan rencana Cakra
"Gua juga bakalan berusaha minta bantuan keluarga gua" Haikal juga menganggukkan kepalanya setuju
Secepat mungkin mereka harus berusaha mencarikan orang yang rela mendonorkan hatinya untuk Jiyyad
"Gua harus balik" Jeffry menjeda ucapanya "Gua nggak bisa ninggalin angge sendirian lagi dirumah" lanjutnya
"Yaudah lu pada balik aja, biar gua sama nenek yang nemenin Jiyyad" Rehan mengusulkan mereka untuk pulang
"Gua sama lu aja disini" untuk Haikal lebih baik dia menemani Jiyyad bersama Rehan dari pada harus pulang kerumah
"Oke, oke untuk saat ini kalian yang jagain Jiyyad biar gua sama Cakra yang berusaha mencarikan pendonor buat dia" perkataan Cakra membuat Mahesa mengurungkan niatnya untuk pergi
"Haikal lu nggak papa?" Cakra bertanya saat tiba-tiba air mata keluar dari kelopak mata Haikal
"Gua gatau, tiba-tiba rasanya dada gua sesak" Haikal memegangi dadanya dan tentu saja itu membuat teman-temanya panik
"Haikal lu jangan bercanda" Jeffry takut Haikal mengerjai mereka yang dalam keadaan seperti ini
"Gua serius" Haikal memang tidak bohong, dadanya itu tiba-tiba terasa sesak seperti ada ribuan orang yang menindihnya
Juga hatinya sakit seperti banyak belatih yang menusuk hatinya
"Perlu diperiksa?" Haikal menggelengkan kepalanya, mungkin ini cuman perasaan gua aja
Alih-alih mengkhawatirkan kesehatan Jiyyad, Haikal malah lebih mengkhawatirkan keempat teman-temanya
"Lu semua nggak papa kan?" Pertanyaan Haikal membuat semua teman-temanya yang ada disana menatapnya bingung
"Haikal lu kenapa?" Haikal menggelengkan kepalanya tidak tahu
Ntah apa yang terjadi Haikal tiba-tiba memeluk Mahesa "gua mohon jangan tinggalin gua" bisiknya dalam pelukan
"Haikal lu kenapa?" Mahesa melepaskan pelukannya
Haikal beralih memeluk Cakra "Jangan nyetir terlalu cepat" saat mengatakan itu tiba-tiba hati Haikal kembali merasa sakit
"Lu baik-baik aja" Haikal menganggukkan kepalanya lalu beralih memeluk Jeffry
"Jeff kalau lu kenapa-kenapa angge pasti sedih" bisik Haikal pelan
Saat hendak memeluk Rehan, langkah Haikal terhenti "Stop disana Haikal, kita semua baik-baik aja lu tau itu" Rehan berusaha menyadarkan Haikal
"Kalian boleh pergi" saat mengatakan itu dada Haikal kembali terasa sesak
"Kita semua baik-baik lu jangan khawatir, kita pasti bakalan ketemu lagi" Mahesa melangkahkan kakinya pergi dari sana dengan dibuntuti oleh Cakra dan Jeffry
Saat setelah kepergian mereka bertiga Rehan dan Haikal dipanggil oleh seorang dokter yang merawat Jiyyad
"Maafkan kami jika tidak ada pendonor malam ini juga, saudara anda tidak bisa kami selamatkan"
Kata-kata itu terus berputar dikepala Rehan, jangan tanyakan Haikal dia menangis dengan sejadi-jadinya
Memohon kepada Tuhan agar tidak mengambil temannya lagi, untuk Mahesa, Jeffry dan Cakra mereka bertiga belum tahu soal ini
"Haikal dengerin gua" Rehan menaikan nada bicaranya berharap Haikal bisa mengkontrol dirinya
"Rehan gua" lidah Haikal terasa kelu untuk dia berbicara
"Lu harus tenang"
Tbc💚
KAMU SEDANG MEMBACA
The Memories
Teen Fiction"Beban laki-laki itu berat dan nggak akan pernah habis, lelaki memang tidak merasakan sakitnya melahirkan tapi dibalik itu ada ribuan beban dipundaknya". "Laki-laki itu cenderung sering menyembunyikan apa yang dia rasakan, akibatnya beban itu terus...