Seventeen

1K 43 20
                                        

Pria berambut pirang itu menyusuri kembali jalanan kota kecil tempat ia dulu tinggal saat masih bersekolah. Matahari terik musim panas terasa menyengat kulit. Ia menengadahkan kepalanya, menatap langit biru cerah yang terlihat sama seperti sepuluh tahun yang lalu.

Langkahnya terhenti saat melihat minimarket di ujung belokan jalan, tempat yang dulu familiar olehnya sekarang berubah. Kini sebuah minimarket berdiri diatasnya. Papan toko berlogo sambaran petir tergambar diatasnya, penasaran dan dorongan akan kenangan masa lalu membuat pria itu melangkahkan kaki jenjangnya memasuki minimarket tersebut.

Lonceng pada pintu masuk berbunyi ketika ia mendorong pintu itu, tidak melihat adanya pegawai toko membuatnya terus melangkahkan kakinya pada deretan lemari pendingin berisikan minuman dingin, matanya terpaku pada satu minuman favoritnya saat masih bersekolah dulu, tanpa sadar ia tersenyum dan meraih sekotak jus apel hijau pada deretan jus buah. Ia melangkahkan kakinya pada meja kasir berniat untuk membayar.

"Permisi..."

Saat akan memanggil pegawai toko, manik abunya terpaku pada deretan permen karet dan cokelat yang terpajang di bawah meja kasir, ia menunduk untuk mengambil permen karet berbungkus hijau bergambar apel dan daun mint.

"Maaf tadi kami sedang mengambil stok di gudang, sudah mau membayar Sir? Ada tambahan lain lagi?" Pegawai toko itu menscan barcode kotak jus apel yang diletakkan pria pirang itu di meja kasir sebelumnya.

"Iya tambah permen ini sa..." pria itu menegakkan badannya namun urung melanjutkan kata-katanya, lidahnya terlalu kelu hingga ia merasa seperti mati rasa sesaat. Otaknya sesaat berhenti bekerja dan dipaksa untuk mundur ke sepuluh tahun lalu saat ia masih berumur tujuh belas tahun, ketika ia berada pada masa high school.

"Draco! Lama tidak jumpa!" seruan pria di depannya menyadarkan pria bersurai pirang yang dipanggil Draco dari lamunannya.

"Harry?"

"Yeah still Harry, Harry Potter, masa kamu lupa?" Harry terkekeh pelan melihat reaksi yang diberikan Draco setelah sepuluh tahun mereka baru bertemu kembali.

Ahh.. Senyuman yang selalu Draco rindukan, senyuman yang secara impulsif membawanya kembali pada kota ini setelah sepuluh tahun meninggalkannya.

"Tentu saja tidak akan lupa, hanya terkejut saja, sepertinya dulu kamu pernah bercerita ingin bekerja di kementerian?"

"Haha yah...itu hanya cita-cita saat sekolah dulu, tidak kusangka kamu masih mengingatnya" pria berkacamata itu tersenyum manis, matanya sedikit menerawang. Saat masih berstatus pelajar mereka sering menghabiskan waktu bersama di bawah pohon rindang di ujung lapangan bola saat jam istirahat. Harry yang kerap kali membawa bukunya sembari membaca, menunggu Draco selesai bermain bola bersama teman-temannya, setelahnya ia akan berlari menghampiri sahabatnya itu yang mengulurkan sekotak jus apel padanya. Kemudian obrolan mengalir dan seperti tak pernah kehabisan bahan, dari hal ringan hingga impian-impian yang mereka inginkan.

'Tentu saja aku mengingatnya, bahkan hal terkecil mengenai dirimu tidak akan pernah terlupa' , Draco hanya mampu membatin dan tersenyum, tak sanggup untuk mengucapkannya.

"Oh iya, bagaimana kabarmu Dray? Aku tidak pernah mendengar kabarmu setelah kamu memutuskan untuk kuliah di luar negeri" Harry tersenyum seperti dipaksakan.

"Aku baik, sekarang masih bekerja mengurus perusahaan father yang di Amerika"

"Waww...hebat! Tetap menjadi anak kesayangan father ya? Haha"

"Yaa..begitulah" Draco menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Lantas apa yang membawamu kembali kesini? Liburan?"

"Entahlah.. Mungkin rindu?"

"Rindu? Apakah aunty Cissy dan uncle Lucius baik-baik saja?" ada nada khawatir dalam suara Harry.

"Mereka baik, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, bahkan mereka sekarang sedang berada di Paris untuk liburan"

"Lalu rindu dengan siapa? Jangan bilang kau rindu padaku Draco?" pria bermanik hijau indah itu tertawa, yang hanya dibalas oleh senyuman pria di hadapannya.

"Mungkin salah satunya, hanya sedikit nostalgia setelah melihat postingan Blaise yang mengunggah buku tahunan kita dulu"

"Oh ya? Aku jarang membuka sosial media. Buku tahunan ya, sepertinya menyenangkan membukanya lagi."

"Tentu, hal itu membawa kembali memori saat dulu tidak ada beban seperti sekarang"

"Hahahhaa betul, sekarang kita menjadi dewasa dan harus bertanggung jawab pada semua hal, itu melelahkan. Oh ya, tambah permen karet ini?" Harry kembali menscan barcode permen karet yang dipilih Draco, permen yang sama seperti saat dulu diberikan oleh Harry ketika mengetahui bahwa Draco remaja merokok bersama teman-temannya di belakang gedung olahraga. Dan Harry yang tak menyukai hal itu memaksa Draco untuk berhenti dan memberikan permen karet dengan rasa apel kesukaannya setiap ia merasa ingi merokok lagi.

"Ya itu saja"

"Kling kling"

Lonceng pada pintu masuk kembali berbunyi, seorang wanita menggandeng seorang anak laki-laki berumur 3 tahunan memasuki minimarket.

"Hai sayang, sekali lagi maaf membuatmu menggantikan shift mendadak dari Dany yang tiba-tiba izin, setelah ini Cliff akan datang untuk shift selanjutnya, jadi kami datang untuk menjemputmu sekalian kita makan malam di luar, albus ingin makan di resto burger biasanya" anak lelaki berambut hitam berantakan yang disebut mengangguk-anggukan kepalanya lucu.

"Tidak apa-apa sayang, sesekali berada di store lumayan menyenangkan, sekalian memeriksa kalau ada yang perlu diperbaiki" Harry memberikan kantong berisi jus dan permen karet pada Draco.

"Maaf Draco totalnya 5 dollar"

Dalam diam Draco mengeluarkan dompetnya dan mengambil lembaran uang sesuai jumlah pembayaran.

"Papa!! Albus mau makan bulgel!" anak kecil berpipi tembam yang masuk menerobos pintu khusus kasir menghampiri Harry dan mengulurkan tangannya minta digendong, Harry dengan sigap mengangkat Albus dalam gendongannya.

"Oke Albus" Harry mencium pipi anaknya dengan gemas.

"Ehm, kalau begitu aku pamit dulu Harry, senang bertemu denganmu lagi" Draco mengulurkan tangannya, dan Harry menyambut uluran tangan itu dengan senyum manisnya.

"Yah, sering-sering pulang kesini Draco. Lain kali kita bisa minum bersama sambil bercerita."

"Akan kuusahakan, oke aku pergi dulu, bye"

"Byeee uncle Dwacooo....." Albus ikut melambaikan tangannya dengan riang. Yang dibalas dengan lambaian tangan oleh Draco yang melangkahkan kakinya keluar dari minimarket.

.
.
.
.

Waktu itu selalu seperti tongkat sihir
Walaupun telah mengubah pemandangan
Suara ombak dan aroma gelombang
Masih sama seperti dulu
Seventeen

Sekarang juga kamu yang teristimewa
Ada di pojok kanan buku tahunan kita
Sungguh, memang kamu yang teristimewa
Berapa kali kubuka untuk memastikannya

Sekarang juga kamu yang teristimewa
Berkilau dengan terang di dalam kenangan
Sungguh, memang kamu yang teristimewa
Seperti ini selamanya, cintaku yang pertama


"Songfiction : Seventeen - JKT48"

Drarry One shootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang