Bab 3

8 0 0
                                    

Kiraya bangun setelah semalaman tertidur, ah tidak.. Kiraya bahkan hanya tertidur beberapa jam.

Semalam, ketika Kiraya selesai mandi dan sedang bercermin mengamati luka, mendadak pintunya terbuka menampilkan raut tegang Kanaya.

Kiraya spontan menaikkan bathrobe nya. Walau seakan percuma, karena Kanaya terlanjur melihat.

Kanaya mengobati luka Kiraya tanpa sepatah katapun. Sesekali tanpa disadari Kiraya, Kanaya menghapus air mata yang jatuh.

Tidak bisa Kanaya bayangkan betapa sakitnya luka yang didapat Kiraya.

Setelah selesai mengobati, Kanaya membereskan kotak obat dan berlalu pergi. Meninggalkan Kiraya yang menghembuskan napas kasar.

Menghalau rasa sesak yang menghimpit dada. Keterdiaman Kanaya nyatanya lebih menyakitkan daripada luka-luka yang ada disekujur tubuhnya.

Ogah-ogahan, Kiraya beranjak, bersiap untuk ke Sekolah.

*****

Kiraya menuruni tangga sambil melihat sketsa untuk lomba. Sketsa yang susah payah berhasil disembunyikan dari sang ayah.

"Pagi Bi...." Sapa Kiraya begitu sampai di meja makan.

"Pagi non."

Kiraya duduk meletakkan sketsa nya di meja lalu mengambil tiga roti tawar dan mengolesi dengan selai strawberry kesukaannya lalu menumpuknya menjadi satu.

"Gimana sama lukanya Non?"

Kiraya menelan kunyahan terakhir lalu meneguk segelas air putih hingga tersisa 1/4.

"Aman kok Bi, udah ngga sakit lagi." Jawab Kiraya mengacungkan jempol.

Lukanya emang udah mendingan. Mendingan jangan ditanya. Karena jawabannya masih sakit, dia bukan superhero yang tiba-tiba dalam sekejap luka langsung sembuh.

"Aku berangkat Bi, Assalamualaikum."  Pamit Kiraya mencium punggung tangan Bi Laksmi.

*****

Kiraya memasuki rumah tepat pukul 7 malam, hari ini dia kebut menyelesaikan barang yang mau di lombakan. Gurunya ngga kira-kira, bilangnya mau diskusi sketsa tapi ternyata langsung di tentuin mana yang harus di lombakan dan mana yang buat hiasan sekolah. 

Kiraya langsung bersih-bersih dan siap berbaring kala tiba-tiba pintunya di ketuk, "Masuk aja Bi, ngga di kunci." Bi Laksmi masuk setelah di persilahkan. "Kenapa Bi?" Tanya Kiraya.

Bi Laksmi  memilin tangan, menyadari ada yang ngga beres Kiraya mendekati Bi Laksmi mengajak duduk di sofa yang terletak di samping tempat tidur.

"Bibi kenapa, cerita aja Bi." Kiraya menggenggam tangan Bi Laksmi.

Bi Laksmi menatap Kiraya, "Gini non.. Bibi mau ijin pulang kampung."

"kalo Raya boleh tau, ada apa Bi?"

"A--anu non... anak Bibi sakit... jadi, Bibi mau rawat anak Bibi dulu."

Kiraya mengangguk. "Kalo gitu Bibi pulang aja ngga apa-apa, kasian anak Bibi."

Bi Laksmi mendesah pelan. Ngga tega buat ninggalin nonanya sendiri di rumah, apalagi kalau ada tuannya. Dirinya hanya bisa berharap semoga tuan besarnya tidak pulang dalam waktu dekat. 

"Bibi rencananya mau pulang kapan?"

"Kalo boleh, besok pagi non. Abis bikin sarapan."

Kiraya mengangguk, lantas bangkit menuju meja nakas dan mengambil kotak berbentuk buku. Tanpa ragu Kiraya mengambil semua isi yang ada di dalamnya.

Pluviophilia (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang