Saat itu adalah saat yang sangat membahagiakan bagi Kanaya, dimana ia mendapat seorang teman sekaligus adik kecil. Adik yang selalu diidam-idamkan.
Tinggal di perkotaan yang mayoritas individual, membuat Kanaya kesepian.
Sedang asyik menggambar di dekat jendela, netranya mendapati sebuah mobil berukuran besar berhenti di seberang rumah kosong yang sudah lama tak dihuni.
Penasaran, Kanaya menghentikan aktivitas gambarnya dan duduk menopang dagu menatap beberapa orang yang mulai menurunkan barang.
"Liat apa Nay, serius banget?" Karen menghampiri Kanaya dan ikut menatap jendela.
"Oh, mereka udah dateng ya."
Kanaya menoleh mendengar ucapan sang mama. "Mama kenal?"
Karen mengangguk dan duduk di sofa menonton tv. "Tante Kelaya temen mama Nay." Ucap Karen memberi tahu.
Kanaya membulatkan bibir dan lanjut menatap keluar. Tiba-tiba matanya membola, di dekat tumpukan kardus ada sosok gadis mungil mengenakan baju bercorak bunga dan rok pendek berwarna biru lalu dilengkapi topi pantai menghias kepala.
Kanaya berbinar, tangannya mengepal menahan gemas, " mama!!!" pekik Kanaya mengejutkan Karen. Karen menoleh dan geleng-geleng. Sepertinya dia paham kenapa anaknya begitu.
Kanaya mematenkan kalau gadis cilik yang menggemaskan itu adalah adiknya.
Bertahun-tahun semuanya berjalan sempurna. Cinta, kasih sayang, keharmonisan dan kedamaian. Larut dalam manisnya kehidupan hingga melupakan bahwa masih ada rasa pahit dan asam yang bersembunyi menunggu giliran.
Plak.....
Di bawah indahnya cahaya kembang api, satu tamparan dilayangkan seorang wanita dewasa terhadap pria dihadapannya yang mengepalkan tangan.
Deru napas saling bersahutan, menandakan betapa kerasnya mereka menahan gejolak di dalam dada.
"Kita cerai!!!!"
Pria yang tadi ditampar, menatap nyalang wanita di depannya. "Cerai??!" Pekiknya tak terima.
"Segampang itu kamu ucapin kata laknat itu?! Ngga mikirin anak-anak?! Jangan karena masalah sepele ka---"
"Sepele kamu bilang???!!!" Potong wanita itu cepat. "Kamu selingkuh!!!!! Dan kamu bilang sepele?!!! Gak waras!!!" Sambungnya kasar.
Brakkk.......
"Aku gak selingkuh!!!!! Aku dijebak Kel!!!!" Amuk si pria menendang kursi hingga terguling.
Tanpa peduli, wanita yang dipanggil Kel berlalu pergi. Meninggalkan si cowok yang meremat kasar rambutnya.
****
"Raya, kamu baik-baik yah di rumah. Nurut sama ayah, mamah sama Kania pergi dulu." Pamit Kelaya mengelus kepala anaknya sayang.
"Kenapa Raya ngga diajak?"
Kelaya tersenyum. "Karena Kania masih kecil. Masih butuh mamah."
Kiraya mengangguk, walau dirinya masih bingung. Bukannya dirinya juga masih kecil?
"Baik-baik yah sayang, nanti mamah bakal sering kesini." Ucapnya memeluk erat Kiraya.
Kiraya menatap kepergian Kelaya dan Kania dengan lambaian tangan. Berpikir mereka hanya pergi sebentar.
Kiraya pikir, setelah kepergian mamah dan adiknya yang tak kunjung pulang adalah cobaan terakhir nyatanya masih ada cobaan yang menanti.
Tepatnya di kelas tujuh, Kiraya pertama kalinya merasakan patah hati, ia kehilangan cinta pertama dalam hidupnya.
Ditinggalkan sang mamah, sang adik dan kini di tinggalkan kasih sayang dari seorang ayah. Kiraya selalu mencoba berpikir positif tapi ternyata tidak bisa. Dirinya terbuang, dirinya tak diinginkan.
Pukulan, tendangan, sabetan, ataupun cambukkan menjadi kegiatan rutin yang dilakukan sang ayah. Sampai ia beranjak remaja.
Setidaknya, dalam kepahitan hidup ia memiliki satu penopang kala ia terpuruk. Kanaya, tetangganya sekaligus orang yang selalu mengaku sebagai kakaknya.
Tapi, benarkah demikian?? Nyatanya bahagia adalah kamuflase kesedihan yang tertunda. Karena kata cobaan bak mata elang yang terus mengawasi gerak-gerik menanti kapan dia akan muncul, menghancurkan segala asa dan harapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophilia (HIATUS)
ChickLitCerita ini hiatus dulu yaaaa... Mau tamatin satu-satu dulu Kiraya, seorang cewek yang berjuang untuk mimpinya dikala mendapat pertentangan dari sang ayah. Ketika hati sang ayah mulai tergerak, sayangnya takdir tak mengijinkan semudah itu. Dia telah...