Mengikhlaskan

9 4 1
                                    

Aku tidak membenci takdir. Aku percaya, Tuhan menghadirkan seseorang karena ada sebab nya. Aku yakin Tuhan akan membalas perbuatan Agam pada ku. Sekarang aku hanya ingin fokus pada kesembuhan mental dan masa depan ku. Meskipun bayang - bayang itu masih saja terbayang di pikiran ku. Bagaimana aku bisa melupakan masalah seperti itu dengan cepat? Bahkan itu akan selalu membekas di ingatan ku.

Sekolah ku kembali normal, walaupun setiap kamis aku harus izin tidak masuk karena harus melakukan terapi rutin di Magelang. Memang, awal nya aku merasakan semangat untuk bertemu teman - teman di sekolah. Aku ingin bertukar cerita pada teman dekat ku dan mengatakan bahwa aku sudah tidak lagi terikat dengan sosok Agam. Mungkin beberapa dari mereka terkejut dan bertanya - tanya mengapa aku dan Agam sudah tidak bersama - sama. Padahal, kami selalu menunjukkan hubungan kami pada publik. Aku tidak memberi tahu mereka secara detail. Hanya satu orang teman dekat ku di sekolah yang mengetahui masalah ini. Teman dekat ku selalu menyemangati ku dan berusaha menghiburku agar aku tidak berlarut - larut dalam kesedihan.

Aku menjalani hari - hari ku dengan tersenyum. Memang sebenarnya dada ku masih sangat sesak jika ada seseorang yang dengan santai nya membahas sosok Agam pada ku. Walaupun mereka sekadar menyebutkan nama nya itu membuat diri ku flashback akan kejadian di masa lalu. Aku belum benar - benar melupakan nya. Karena kalian tahu hati ku sudah aku berikan pada Agam. Semua nya aku beri pada laki - laki itu. Aku juga pernah meminta pada Tuhan agar Tuhan mematikan perasaan ku setelah tidak dengan Agam. Dan Tuhan mengabulkan permintaan ku. Aku tidak lagi merasakan jatuh cinta pada lelaki manapun selain Agam. Sekalipun banyak sekali laki - laki yang mencoba memenangkan hati ku, namun mereka bukan Agam. Jadi, mereka tidak akan pernah merasakan bagaimana dicintai oleh ku.

Seiring berjalan nya waktu, memasuki akhir bulan. Aku menyukai laki - laki Bandung yang memang sudah saling mengenal sejak aku masih bersama Agam. Ya, laki - laki itu adalah Daiva. Aku tidak tahu mengapa aku bisa menyukai nya. Memang, ia memiliki wajah yang tampan dan banyak sekali perempuan yang suka pada nya. Beberapa minggu aku dan Daiva dekat, ada saja masalah yang datang. Itu membuat ku jenuh dan memutuskan untuk menjauhi nya. Hubungan di dalam satu kota saja bisa sangat menyakiti ku apalagi hubungan jarak jauh. Aku tidak ingin membuang waktu ku untuk hal - hal tidak penting. Aku berpikir untuk apa aku kembali terikat dalam suatu hubungan? Tidak ada manfaat nya.

Sesekali aku merasa bosan sendiri. Berkali - kali aku mencoba untuk menaruh hati pada orang baru namun yang ada aku hanya menyakiti perasaan mereka. Aku tidak bisa lepas dari bayang - bayang seorang Agam. Masih dia yang ada di hati ku, sejujurnya. Tetapi memang aku tidak mengatakan pada banyak orang jika masih Agam pemenang nya. Aku tidak ingin mereka mengatai ku yang bodoh karena masih saja menaruh rasa pada laki - laki brengsek itu. Mereka tidak mengerti mengenai perasaan ini, bahkan diri ku sendiri. Terkadang aku mengeluh pada Tuhan, mengapa Tuhan memberi ku perasaan yang besar ini pada orang yang salah? Dan ketika Tuhan telah menunjukan bagaimana sifat nya, Tuhan masih saja memberi ku perasaan ini. Aku lelah harus terus ada di posisi seperti ini, Tuhan.

Rasa trauma yang terus menggebu ini membuat ku selalu berprasangka buruk terhadap semua orang di sekitar ku. Aku takut diperlakukan seperti Agam memperlakukan ku. Aku juga selalu merasa kurang walaupun seseorang itu sudah memberikan segala perhatian nya pada ku. Aku memang masih merasa rapuh, tapi aku tidak mau terus menerus ada di keadaan seperti ini. Aku ingin bangkit, aku ingin menunjukkan pada Agam dan orang - orang yang sudah menyakiti hati keluarga ku dengan kesuksesan yang akan aku usahakan.

Sebentar lagi tahun akan berganti dengan tahun baru. Keadaan ku dengan sepupu - sepupu ku sudah mulai membaik. Keceriaan ku sudah mulai balik. Aku sudah tidak menyakiti tubuh ku lagi. Aku berusaha memaafkan orang - orang, namun belum untuk seorang Agam. Aku ingin melupakan segala kepahitan mengenai masa lalu ku dengan Agam terlebih dahulu baru aku bisa memaafkan nya. Tahun baru ku terasa sangat menyenangkan. Aku bisa berbagi cerita dengan saudara - saudara ku. Aku juga bisa berkeliling kota menikmati suasana tahun baru yang berbeda. Aku sangat senang, walaupun memang pertanyaan bagaimana, dengan siapa, dan kemana Agam merayakan tahun baru kali ini?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Inikah yang Kau Sebut Kasih SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang