Omong Kosong

8 4 1
                                    

Selanjutnya, beberapa bulan setelah itu. Ingatkah kamu ? Segala janji dan perlakuanmu yang membuatku semakin ingin memilikimu justru perlahan melukai hati kecilku?

Aku tak tahu bagaimana caranya untuk berhenti, sungguh aku tak ingin berada di situasi dan kondisi seperti ini. Aku ingin berteriak kencang tapi mulutku terdiam bungkam. Aku tak bisa bersua walau hanya satu kata.

Setelah bab sebelumnya, tentang aku dan teman teman ku yang berlibur ke pantai, kemudian aku yang drop dan harus opname, akan ku ceritakan segala nya.

Beberapa bulan setelah itu, kami memang selalu beradu argumen, tak pernah akur dan tak pernah mau tau. Segalanya hanya diiringi dengan cacian, tanpa pernah saling mengingatkan.
Bahkan hatiku semakin tergores luka, walau tak berdarah tapi ini benar membuatku tak bisa apa apa.
Dua bulan kami semua tidak pernah bercanda tawa, hanya bersaing saling memecahbelahkan. Hingga tiba di akhir tahun 2020, kami memutuskan untuk bertemu.

**
"Ingin bagaimana? Apa masih ingin diam tak bertegur sapa sama sekali? Teman macam apa yang selalu ingin menjatuhkan teman lainnya? Tidak mau diselesaikan?" Ila memulai pembicaraan melalui grup chat

"Aku ingin segala salah paham ini cepat selesai. Tapi bagaimana dengan yang lain?" Tama menjawab

"Tanyakan saja pada teman kecilmu itu" aku menambahkan

"Dia pasti tidak mau dan banyak sekali alasan, padahal dia yang memulai ini semua" kata Rara dengan pasrah

"Nanti aku coba bicara sama Agam. Aku bujuk dia sampai mau"

"Kalau tidak mau?"

"Ya aku paksa sampai mau, aku juga sudah lelah dengan pertengkaran ini. Lagi pula, aku dan Agam tengah bulan akan pergi ke Bandung karena ada tanding disana"

"Oh, akan semakin buruk hati dia nanti" kataku dengan sedikit menyinggung

"Tidak, sudahlah jangan berburuk sangka Lea"

Ya, lagi lagi pikiranku kacau. Aku sangat takut jika nanti di Bandung, Agam bertemu dengan perempuan yang sangat lebih sempurna dariku. Tapi mau bagaimana? Aku hanya bisa diam.

"Aku sudah bicara dengan Agam. Aku juga sudah di rumahnya. Ingin bertemu jam berapa? Aku dan Agam sudah siap sekarang" Tama memberi info

"Sekarang saja, daripada tidak sama sekali. Ingin dimana?" Ila menjawab

"Bebas, hanya saja kata Agam jangan disekitar rumahnya"

"Kalau begitu di taman biasa saja. Kami on the way sekarang"

Entah aku harus merasa senang atau sedih. Aku takut bertemu dengan Agam, pada saat itu memang aku sangat takut setiap kali bertemu dengan dia.

"Ingin menyelesaikan dari mana dulu? Apa yang berbuat salah duluan tidak ingin memulai pembicaraan? Hanya diam seperti tidak ada salah" kata Ila dengan nada sedikit tinggi

"Iya, betul kata Ila. Masa dari hari hari yang sudah lalu tidak ada kalimat masuk sama sekali dari yang berbuat salah? Apa memang tidak punya hati sama sekali?" Rara menambahkan

"Aku tidak tau harus mulai dari mana, bahkan rasanya aku tidak bisa untuk marah. Janji janji yang tidak pernah dibuktikan, bahkan selalu mengulang kesalahan dan terus menyakiti perasaan. Aku tidak tau hatimu terbuat dari apa, hingga sangat keras tidak bisa merasakan jika telah menyakiti perasaan orang lain" aku mulai membahas

Inikah yang Kau Sebut Kasih SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang