Berubah

5 4 0
                                    

Semakin lama, Agam seperti memberi celah pada hubungan kami. Ia mulai melakukan hal - hal yang tidak aku sukai. Dimulai dari merokok, keluar malam, hingga berkata kasar. Itu bukan Agam yang aku kenal. Ia berubah menjadi Agam yang buruk. Kecewa? Tentu.

Berkali - kali aku menerima segala salah nya dan memaafkan segala perbuatan nya namun itu tidak cukup membuat nya menjadi Agam yang lebih baik. Aku seperti bukan kekasih nya. Selalu ia bentak dan selalu ia salahkan. Ia tahu bahwa aku tidak bisa dikasari namun ia selalu melakukan itu pada ku berulang kali. Sekadar menunjukkan jari tengah nya saja aku tidak suka, itu seperti anak nakal yang tidak tahu didikan. Apakah ia melakukan? Ya.

Mira yang satu sekolah dengan Agam juga terlihat muak. Berkali - kali ia mengatakan pada ku bahwa Agam dekat dengan mantan nya yang bernama Novi. Ya, perempuan itu adalah mantan Agam dan sekelas dengan Agam. Aku memang tidak bisa mengawasi Agam. Hanya Imam teman nya yang aku tahu. Dan kata Mira, Agam sudah tidak pernah bergaul bersama Imam.

Dia semakin jarang mengabari ku. Padahal ia bisa berkeliaran di luar, mengapa ia tidak menemui ku saja ke rumah? Aneh. Aku seperti kekasih nya yang tidak dianggap dan hanya dicari ketika ia butuh sesuatu saja. Seperti yang ada pada bab sebelum nya. Mungkin ia mencari ku hanya karena nafsu nya saja.

Semua omong kosong nya mengenai masa depan yang menyuruh ku menunggu nya hingga ia menjadi polisi adalah kebohongan anak remaja yang sedang beranjak dewasa saja. Bahkan ia pernah menuduh ku tidak cukup dengan satu lelaki, namun nyata nya ia menjilat ludah nya sendiri.

----

Kala itu, Agam mengabari ku walau sikap nya sudah tidak semanis dulu. Ia menanyakan bagaimana kabar ku dan hal lain nya. Hingga ia memberi tahu bahwa akan ada tanding sepakbola di alun - alun dan ia melawan Tama.

"Kapan tanding nya?" tanya ku

"Besok sore"

"Asikk, aku boleh lihat?"

"Boleh"

"Tapi setelah kamu selesai tanding kita foto bareng ya?"

"Tidak bisa, Lea"

"Kenapa?"

"Ada banyak orang, ada ibu ku juga"

"Kamu malu?"

"Tidak"

"Terus kenapa kalau ada banyak orang? Bukan kah teman - teman mu juga tahu kalau kamu pacar ku?"

"Iya mereka tahu, tapi aku hanya takut mereka meledek ku"

"Memang nya kenapa sih kalau diledekin? Kan memang nyata nya aku pacar mu"

"Tapi aku tidak mau mereka meledek ku, Lea"

"Kamu kenapa sih, Gam? Akhir - akhir ini menjadi berbeda?"

"Aku tidak apa - apa. Itu hanya perasaan mu saja"

"Perasaan ku saja? Tidak. Bahkan kamu di sekolah juga dekat dengan mantan mu yang bernama Novi itu kan?"

"Kamu menuduh? Kamu kenapa sih jadi marah - marah?"

"Memang nyata nya iya kan? Mira yang memberi tahu ku. Siapa yang marah - marah sih? Kalau aku marah juga memang nya kenapa?"

"Mira lagi Mira lagi. Memang ya anak itu selalu menjadi alasan hubungan kita renggang"

"Kamu kenapa sih selalu menuduh Mira? Niat dia baik loh memberi tahu ku apa yang kamu lakukan di sekolah"

"Aku tidak tahu deh sama sikap mu yang seperti ini"

"Tidak tahu? Bukan kah kamu yang membuat ku menjadi seperti ini?"

Inikah yang Kau Sebut Kasih SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang