Janji?

5 4 1
                                    

Kalian tahu? Apa yang lebih menyakitkan daripada terpeleset kulit pisang? Itu adalah ketika kita dijanjikan suatu hal kemudian kita berharap tetapi justru dijatuhkan. Aku merasakan hal itu, berulang kali. Dan kau tahu? Apa yang lebih melelahkan daripada lari keliling lapangan? Itu adalah ketika kita harus terus bertahan di dalam kesengsaraan. Aku sedang dalam posisi itu.

Jika kalian bertanya mengapa aku terus berada dalam kepahitan? Karena aku akan menunjukkan pada semua orang bahwa aku adalah perempuan setia berhati tulus. Memang, mencintai diri sendiri lebih baik daripada mencintai orang lain yang masih belum jelas hati nya untuk siapa. Namun, aku yakin pada rencana Tuhan bahwa akan ada hari indah yaitu disaat Agam akan membalas perasaan ku walau bukan saat ini, mungkin nanti?

**

Sebulan berlalu, aku masih pura-pura tersenyum padahal kepalaku berisik. Perlakuan Agam terhadap ku, bukan perilaku yang bisa dimaafkan dengan mudah nya. Tapi? Kenapa aku selalu lemah saat dia memohon kepada ku? Memohon untuk diberi kesempatan atau untuk dimaafkan. Aku tidak tahu, apa salahku sehingga kisah ku terus saja seperti ini. Namun, lagi-lagi aku dikejutkan oleh perkataan nya.

"Lea, Leaaaa" Agam memberiku pesan

"Apa?"

"Aku mau tanya sesuatu, boleh?"

"Silakan saja"

"Sebelum nya maaf ya kalau pertanyaan ku sedikit menyakiti mu"

"Langsung saja"

"Apakah kamu selama sebulan ini terpikirkan oleh perkataan ku yang bilang tidak mau dekat lagi dengan mu sementara waktu?"

"Menurut mu?"

"Aku bertanya, Lea"

"Coba saja kamu pikirkan"

"Pasti iya, kan?"

"Siapa yang tidak kepikiran jika perasaan nya sering ditarik ulur?"

"Lea, aku begitu karena ada sebab nya"

"Sebab apa? Karena kamu ingin menjadikan ku pelampiasan melupakan masa lalu mu?"

"Kok kamu bilang begitu?"

"Iya, karena memang kenyataan nya seperti itu, kan?"

"Tidak, Lea"

"Jujur saja"

"Aku jujur. Untuk apa?"

"Ya aku tidak tahu"

"Lea, terima kasih kalau kamu sudah mencintai aku sejak dulu. Tapi aku tidak pantas untuk kamu"

"Kenapa? Kalau memang dari awal kamu merasa begitu, mengapa kamu selalu memberi ku harapan? Selalu berjanji"

"Karena aku tidak ingin melihatmu menangis, Lea. Karena aku tidak ingin pertemanan kita berantakan hanya gara-gara perasaan"

"Bukan kah jika kamu menarik ulur perasaan ku, juga akan membuat ku menangis? Bahkan lebih deras"

"Maafkan aku, Lea. Aku memang tidak pantas. Banyak laki-laki yang menginginkan kamu, yang lebih baik dari aku dan bisa memberimu apapun yang kamu mau"

"Iya, tapi mereka bukan kamu, Gam"

"Aku tidak mau terlalu jauh, maaf"

"Untuk apa kamu memberi ku pesan jika untuk terakhirnya kamu kembali membuat air mataku jatuh?"

"Lea, tolong jangan begini. Aku tidak mau menjadi tekanan untuk mu. Kamu pasti juga tidak ingin terus menangis, kan? Kalau iya, lalu lupakan lah saja aku"

Inikah yang Kau Sebut Kasih SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang