Pelacur

6 4 0
                                    

Sikap Agam memang berubah perlahan dan ia juga mulai memperlihatkan sisi buruk nya pada ku. Mungkin ia ingin membuat ku membenci nya dan mengakhiri hubungan kami. Namun, mau bagaimana dia, aku tidak akan pernah meninggalkan nya sekali pun dia memperlakukan ku dengan sangat keji. Aku sudah berjanji pada nya bahkan sudah berkomitmen pada diri sendiri bahwa aku akan menjadikan nya sebagai laki - laki pertama dan terakhir yang aku cintai dengan amat sangat sampai mengorbankan diri hanya untuk nya. Banyak dari mereka yang bilang jika tidak ada yang special dari diri seorang Agam bahkan mereka juga mengatakan Agam bukan lah laki - laki yang tampan. Namun, menurutku berbeda. Ia sangat sempurna di mata ku. Walaupun sering kali ia membuat ku menangis sampai membuat ku memiliki penyakit ini. Tapi, aku tidak akan pernah menyalahkan nya, karena ini adalah anugerah dan takdir Tuhan. Mau bagaimana pun, aku tetap harus menerima dan menjalani nya dengan sepenuh hati.

Berkali - kali ia menyakiti ku namun aku tidak pernah berpikir untuk pergi. Aku sangat mencintai nya dan kata maaf selalu aku berikan untuk nya walaupun aku tahu banyak dari kesalahan nya yang tidak pantas untuk aku maafkan. Walaupun bayang - bayang yang dia lakukan pada ku terus ada, aku berusaha untuk menganggap seolah tidak pernah terjadi hal apa pun. Tama dan Mira sering kali menyuruh ku untuk tidak terlalu peduli pada seorang Agam, tapi nyata nya aku tidak bisa. Walau aku bisa mendiamkan nya dengan sangat lama, namun untuk perihal meninggalkan itu tidak akan pernah aku lakukan.

Orang tua ku bahkan banyak dari keluarga besar ku yang selalu membahas mengenai 'pacaran'. Mereka bilang, di jaman sekarang ini anak - anak remaja menjalin hubungan sampai terlewat batas seolah mereka berdua adalah sepasang suami istri yang sudah sah dan bebas melakukan hal - hal yang berbau seksual. Sejak aku menduduki bangku Sekolah Dasar, papi ku selalu mengingatkan ku berkali - kali untuk tidak terlalu dekat dalam berteman dengan laki - laki. Walaupun, aku pernah beberapa kali dekat dengan laki - laki semasa Sekolah Dasar. Entah itu kakak kelas ku, teman sekelas, atau beda kelas. Aku tidak pernah menceritakan hal itu pada kedua orang tua ku terlebih papi ku. Karena, jika mereka tahu, habis lah aku.

Kalian tahu? Semasa aku duduk di bangku Sekolah Dasar tingkat ke - enam, aku selalu mencari alasan untuk bertemu laki - laki yang dekat dengan ku di salah satu bioskop di Yogyakarta. Kami tidak bertemu berdua, banyak teman - teman lain yang ikut untuk menyaksikan film. Namun, aku izin pada kedua orang tua ku bahwa aku hanya dengan teman - teman perempuan ku saja. Tapi, setelah beberapa kali aku membohongi kedua orang tua ku, mereka akhirnya mengetahui juga. Saat itu aku sudah berada di dalam bioskop dan tiba - tiba ada notifikasi masuk dari papi ku. Ia berkata bahwa ia sudah tahu jikalau aku pergi ke bioskop tidak hanya dengan teman perempuan tetapi juga teman laki - laki. Aku sangat ketakutan kala itu, apa lagi papi ku yang akan sangat emosi karena tahu anak perempuan nya telah berbohong demi bertemu dengan teman laki - laki nya. Dan benar saja, papi ku sangat marah kala itu. Menegur ku dengan nada yang tidak biasa. Bisa aku lihat dari raut wajah nya yang kecewa karena anak perempuan nya yang masih beranjak dewasa ini sudah berani berbohong. Dan pada saat itu aku berjanji tidak akan mengecewakan mereka lagi.

------

Hubungan ku dan Agam kembali normal seperti sedia kala. Kali ini ia tidak menghilang lagi, walaupun aku tahu sebenarnya ia sangat ingin mengakhiri hubungan kami. Namun, aku tidak mau terlalu memikirkan hal itu. Yang terpenting adalah Agam masih ada disini bersama ku hingga detik ini. Kami menghabiskan waktu berdua tanpa ingin diganggu oleh siapapun. Agam juga berpesan pada ku untuk tidak selalu melibatkan orang lain di dalam hubungan kami. Aku hanya mengiyakan agar sikap nya tidak lagi berubah seperti kemarin. Agam juga mengatakan pada ku bahwa ia tidak suka aku terlalu dekat dengan Tama. Ia takut jika aku atau Tama memiliki perasaan yang tidak seharusnya ada. Aku hanya mengiyakan walaupun aku tetap berkomunikasi dengan Tama.

Saat itu, aku tengah berada di Magelang untuk terapi kelompok. Sekitar satu jam aku menunggu terapi itu di mulai. Dan terapi sendiri memakan waktu sekitar satu jam, bisa kurang atau lebih. Waktu itu aku tidak ditemani oleh papi ku. Hanya dengan mami ku, adik ku, dan Ila. Karena papi ku sedang pulang ke kampung halaman nya di Pekanbaru, Riau.

Inikah yang Kau Sebut Kasih SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang