9

4.9K 356 11
                                    

Chika bergegas masuk ke dalam rumahnya, tak lupa ia mengunci pintu. Panik, itu yang ia rasakan saat ini setelah mendapatkan pesan dari pembantu yang bekerja di rumahnya. Ada suara pecahan dan bantingan barang dari arah kamar Christy, kata pembantunya yang bernama bi Iin. Lekas membaca itu, entah kenapa ia mendapat firasat yang tidak enak.

Pintu Christy terbuka keras oleh Chika. Mata Chika terbelalak melihat pemandangan didepannya. Kasur berantakan, pecahan kaca dimana-mana, meja belajar sudah hancur bak terkena tsunami dahsyat. Christy kemana dia? Jujur, Chika tak melihat keberadaannya. Sudah panik, makin panik ia saat tak menemukan keberadaan adiknya itu. "Christy. Dek," panggilnya.

Ah rasanya Chika ingin menangis saja saat ini. Ia bingung.

"Kak Chika." Akhirnya suara yang Chika cari sedari tadi terdengar di kamar itu.

Ia menoleh kearah kamar mandi. Hufft! Habis dari kamar mandi rupanya. Chika berlari dan memeluk Christy sangat erat. "Kamu habis ngapain dek bisa berantakan seperti ini, kakak khawatir tau gak. Apalagi tadi kakak masuk, kamunya gak ada." Ucapnya, guna untuk mengungkapkan kekhawatirannya sekaligus menanyakan apa yang sudah terjadi tadi.

Christy tampak gugup. "O-oh, tadi ada k-kucing masuk kak." Chika sedikit tak percaya, ia merespon wajah gugup dari Christy. Tak heran, Chika memang sangat peka sekali terhadap lawan bicara yang ia temuinya.

"Benar? Gak bohong?" Bertanya untuk memastikan.

"E-ee i-iya kak, aku serius." Jawabnya.

Chika mengelus kepala adiknya. "Lain kali hati-hati yah, pastiin jendela kamar jangan terbuka biar gak terulang lagi. Kamu ke kamar kakak dulu aja yah, ini semua nanti kakak suruh bibi bersihin," suruhnya. Christy menggelengkan kepalanya.

Chika tampak bingung. "Kenapa?"

"Aku mau keluar kak, ada janji sebentar." Ucap Christy.

"Sama siapa? Dimana? Sampai jam berapa?" Tanya Chika bertubi-tubi membuat Christy mengeluarkan kekehan kecil. Gemas sekali, Christy sangat suka jika kakaknya mode posesif gini. Jadi sebenernya yang posesif itu siapa? Chika? Christy? Atau siapa? Ah sudahlah tidak penting.

Christy menggenggam tangan Chika dan mengelusnya pelan. "Dengan siapa dan kemananya itu, maaf aku gak bisa kasih tahu. Hehe, yang penting aku janji akan baik- baik dan gak akan lama." Jelas Christy, membuat Chika cemberut. "Isshh! Gak lamanya itu jam berapa? Kamu mah rahasia- rahasiaan," ujarnya.

Tangan Christy terulur ke pipi kakaknya itu. "Gemas! Tenang aja kak, tenang aja. Yang penting aku pulang ke rumah bukan?" Ucap Christy dengan nada tengil, membuat Chika tambah kesal. "Hufftt! Iya-iya." Christy memeluk kakaknya itu dan mengelus kepalanya. Yang dipeluk, hanya tersenyum dan memejamkan matanya menikmati pelukan pelaku yang memeluknya.

...

'BRAK!'

Meja dipukul keras oleh seseorang. Banyak orang di tempat itu, dengan memakai baju gelap kebanyakan. "Sabar Bran, lo jangan emosi gini." Ucap seseorang lain menenangkan orang yang ia panggil tadi, Bran. "Gua gak bisa sabar al," ujarnya.

Bran? Lengkapnya Abran, dipanggil Bran.

Abran memberi dua lembar foto kepada orang yang tadi ia panggil "Al". "Sekarang, lo mending tolongin gua. Tolong selidikin dia, cari biodata dan semuanya tentang dia. Lo kerja sama aja sama yang lain, setelah itu kasih ke gua." Perintah Abran kepada Al.

Tatapan Abran berpindah dari Al, lalu ke orang-orang yang ada di sana. "Tolong bantu Al, kalian punya tugas besar kali ini! Gua harap kita bisa bekerja sama dengan baik." Ucap Abran dan semuanya mengangguk.

"Baik tuan Abran." Semua menunduk secara kompak.

"Saya pamit dulu." Kaki Abran melangkah hingga keluar dari tempat itu.

TERLALU POSESIF (CH2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang