Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setahun setelah meninggalnya Halmeoni, mansion terlihat lebih sepi. Para pekerja tetap melakukan apa yang mereka lakukan karena penghuni rumah ini masih tersisa Tuan Jeno.
Tuan Jeno sendiri mengalami penurunan kesehatan, ia mulai berjalan menggunakan tongkat dan mulai cerewet.
Pria itu menolak untuk berobat setiap mengalami sakit, dia selalu mengatakan bahwa dia baik baik saja...
Dia bukan pembangkang, Tuan Jeno hanya sedang meniti jembatan berduri untuk pertemuan baru di kehidupan selanjutnya dengan mendiang Nyonya Renjun.
Tuan Jeno menghentikan langkah nya kala melewati foto keluarga mereka, ia tersenyum pada gambar Nyonya Renjun...
"Apa di kehidupan selanjutnya kau telah berumur satu tahun sekarang?" tanya nya pelan
Lalu ia tertawa kecil sambil membenarkan posisi kacamata nya
"Dasar bayi..." ucap nya sambil tertawa, lalu melanjutkan langkah nya yang setelah itu ia menemukan meja yang di atasnya terdapat secangkir air dan beberapa obat. Seseorang pasti menaruh nya untuk tuan Jeno pagi ini...
Melihat itu Jeno mendengus sambil berlalu, "Aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi..." gumam nya berjalan ke arah teras rumah.
Ia akan kembali pergi ke komplek pemakaman, itu adalah agenda tetap tuan Jeno selama satu tahun terakhir.
Ia sudah di larang mengendarai motor atau mobil, dan dia tidak ingin di antar...
Alhasil Tuan Jeno akan pergi ke tempat istrinya dengan berjalan kaki, pergi dan pulang nya... Kini Tuan Jeno sudah berjalan hingga di depan kedai bunga, jika sudah sampai di situ berarti ia sudah setengah jalan...
Jalan nya sudah tidak lurus lagi...
Membuat beberapa orang yang sangat mengenali nya menatap nya dengan sedih...
Seseorang mendekati Tuan Jeno, "Apa sebaiknya tuan istirahat saja hari ini? mengunjungi Nyonya bisa di lakukan besok lagi saja" ucap orang itu menegur Tuan Jeno
Tuan Jeno menatap nya, tapi tidak merespon apapun... Tuan Jeno tetap melangkahkan kaki nya...
Hingga orang itu hanya melihat sedih pada yang lebih tua, dan membiarkan Tuan Jeno yang meninggalkan nya.
Setelah berjalan cukup jauh, Tuan Jeno menatap tangan nya yang hanya menggenggam sebuah tongkat...
Lalu ia mengedarkan pandang nya untuk mencari sebuah hadiah yang bisa ia bawa pada istrinya... Tapi tidak ada toko bunga atau apapun di sini, kecuali seorang pedagang balon.