Waktu begitu cepat berlalu hingga Huang Jaeman telah menjadi siswa setingkat JHS, sekolah swasta yang di naungi oleh perusahaan nenek nya sendiri.
Itu lah yang membuat penghuni sekolah merasa segan kepada Huang Jaeman, merasa begitu... Anak tunggal tuan Jisung itu sedikit berbangga diri karena terlahir di kalangan konglomerat, ia cenderung enggan bermain dengan anak anak yang menurut nya tidak setara.
Jaeman sering kali meremehkan banyak anak yang mendapat beasiswa kurang mampu, bukan tanpa alasan kenapa Nyonya Renjun membuka kuota sekolah geratis untuk siswa kurang mampu...
Itu karena ia membuka peluang untuk anak anak yang tidak mengecap pendidikan agar tumbuh menjadi sumber daya manusia yang tinggi. Program ini telah di diskusikan secara matang dengan dinas pendidikan Korea Selatan, bahwa Huang's akan turut menunjang peningkatan SDM di negara mereka.
Huang Renjun tidak terima jika masih ada anak di negara mereka yang tidak sekolah...
Itu alasan sekolah yang ia naungi tidak hanya menampung anak anak dari kalangan atas dan tidak sama sekali di pisah kelas antara si kaya dan si miskin.
Semuanya di campur...
Tapi...
Ada satu masalah yang Nyonya Renjun lupa beri edukasi, yaitu cucu nya sendiri...
Di sekolah Huang Jaeman kerap mengganggu satu siswa yang sedikit istimewa, siswa yang bisu dan tuli.
Siswa itu memasuki sekolah ini karena program beasiswa, mungkin itu hal yang membuat Jaeman merasa dirinya lebih baik.
Seperti sekarang, Jaeman sedang mengambil buku tulis anak itu dan merobek satu persatu lembar nya untuk di jadikan pesawat kertas lalu menerbangkan nya ke luar jendela lantai dua, sehingga sampah sampah yang di buat oleh nya berguguran ke halaman sekolah.
Tidak ada satupun yang berani menegur Jaeman, termasuk guru sekalipun...
Sebenarnya Jaeman pernah di tegur tapi Jaeman tidak peduli.Setelah lembaran nya habis, Jaeman menaruh sampul buku di meja anak itu kembali.
"Bersihkan sampah sampah itu Park..." suruh nya pada si anak yang memang bisa mendengar dengan bantuan hearing aid.
Anak yang kita tahu bermarga Park itu tidak membantah, ia turun ke lantai dasar untuk hanya sekedar membersihkan sampah yang telah di buat oleh Huang Jaeman.
Sebelum pemuda Park keluar dari kelas, Jaeman menahan nya lalu meraih hearing aid dan mengambil nya.
Membuat pemuda Park sempat merasa sakit di telinganya, namun karna tidak ingin berurusan banyak dengan Jaeman ia segera berlalu.Huang Jaeman terkekeh, ia melihat hearing aid kini di tangan nya.
Lalu membuang alat pendengaran itu ke tempat sampah.