03

199 38 10
                                    

/////////////////////////////////////////////////////////////////

CHAPTER 03 : Family

/////////////////////////////////////////////////////////////////

12 Juni 2055, 7:00

Sudah 3 tahun Yoichi tinggal bersama kami, juga sudah 26 kali ia di perbarui.

Usiaku tahun ini 10 tahun, aku juga bertambah tinggi. Kalau Yoichi juga manusia, aku pasti lebih tinggi darinya.

Aku tersenyum lebar menatap refleksiku di cermin. Hari ini aku akan belajar lagi dengan ayah untuk persiapan masuk akademi 2 tahun lagi.

Aku harus masuk akademi, supaya bisa mempelajari lebih banyak tentang ilmu robotika dan teknologi. Supaya aku juga bisa merawat Yoichi dengan lebih baik.

Di upgrade ke-24, ayah menambahkan kepribadian Yoichi. Dan aku tidak menyangka bahwa ia akan menjadi orang yang sangat baik dan sabar.

Walaupun sisi buruknya, dia egois.

Tapi, Yoichi masih belum terlalu bisa merasakan perasaan atau emosi manusia sepenuhnya.

Terakhir aku dan ayah melakukan pengecekan, emosi yang ada pada dirinya baru 45%.

Sebenarnya itu bukan angka yang buruk, hampir mencapai setengah. Tapi 3 tahun bukan waktu yang sebentar, jadi aku tetap saja merasa kecewa.

Tapi, sudah cukup. Aku tidak boleh menuntut terlalu banyak, nanti ayah kelelahan.

Suara ketukan di pintu kamar mengagetkanku yang sedang konsentrasi membuat pita, membuat pita itu kembali berantakan.

Aku menghela nafas, sebelum berteriak, "masuk!"

Aku berjongkok untuk memungut pita yang terjatuh. Telingaku mendengar suara pintu terbuka.

"(Name)," itu suara Yoichi.

Aku berdehem sebagai tanda bahwa aku mendengarkan.

"Kamu lihat bola ku tidak?" Tanyanya, ia berjalan mendekatiku.

Aku berdiri kembali dan meletakan pita diatas meja sebelum berbalik menghadapnya, "tidak. Yakin kamu tidak lupa meletakkannya dimana?"

"Itu kan tidak mungkin." Dia menggeleng pelan.

"Atau mungkin saja, ayah yang memindahkannya. Aku tidak yakin ibu akan tau apapun." Jawabku acuh tak acuh.

Sepertinya Yoichi sangat tertarik dengan sepak bola. Yah, wajar saja. Bukannya kebanyakan anak laki-laki juga begitu?

"Sudah sama keluar dari kamarku, shush. Kamu membuat pita ku berantakan tahu." Aku mendorongnya keluar, walaupun sebenarnya tidak benar-benar marah.

"Maaf deh." Yoichi tersenyum canggung, dan kemudian berjalan keluar.

"Jalannya masih kaku, robot sih."

Aku menggelengkan kepala, seharusnya aku tidak boleh berpikir begitu. Itu sama saja seperti merendahkannya.

"Jangan lupa tutup pintunya!" Aku berseru saat ia akhirnya keluar dari kamarku.

Aku menatap pita yang sudah berantakan, sudah kehilangan minat untuk merapikannya.

Mengalihkan pandanganku pada jendela yang masih tertutup, aku berjalan mendekatinya dan membuka tirai serta jendela, membiarkan angin hangat musim semi menyapa kulitku.

"Wah.. segarnya." Gumamku sembari menatap pegunungan yang tertutup kabut.

Rumahku jauh dari pemukiman, karena itulah ibu jarang pulang dan lebih sering menginap di kota.

Android(s) - BluelockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang