10

211 33 10
                                    

/////////////////////////////////////////////////////////////////

CHAPTER 10 : Blood

/////////////////////////////////////////////////////////////////

3 Oktober 2059, 17:00

Setelah kembali ke tempat berkumpul dan makan siang bersama, aku melanjutkan tour bersama Nagi dan Akane.

Tour nya selesai lebih cepat dari yang kukira, sistem Teleportasi Jarak Dekat yang digunakan Akane sangat membantu. Aku menghabiskan sisa waktu dengan berkeliling ditemani Nagi-butuh sedikit paksaan untuk mengajaknya.

Kami bahkan sempat bertemu dengan Mikage Reo, yang ternyata sangat Akrab dengan Nagi. Keduanya terlihat seperti bestie. Ahaha.

Nagi memperkenalkanku pada Reo secara singkat dan kami berbincang tentang beberapa hal—sebagian besar tentang teknologi terbaru yang ditemukan.

Tapi yang paling membuatku kaget adalah fakta bahwa Reo merupakan sebuah Android (Nagi yang memberitahuku). Padahal pemuda berambut ungu itu sangat mirip dengan manusia.

Kakiku melangkah masuk ke dalam ruangan mesin Teleportasi Jarak Jauh, diikuti Nagi—yang langsung mencari tempat duduk dan meninggalkanku.

Aku meregangkan tanganku yang terasa sangat pegal. Beberapa orang yang kukenal sudah ada di dalam.

Sepertinya semuanya sudah berkumpul karena jadwal pulang kami adalah jam 5 sore. Tapi, kenapa belum ada yang memasuki mesin teleportasi?

"Itu rusak." Suara yang tiba-tiba terdengar di belakangku membuatku tersentak dan menoleh cepat ke belakang.

"Oh, yang tadi pagi." Batinku setelah menatap wajah manis yang familiar dan rambut coklat bergelombang miliknya.

"Rusak? Lalu bagaimana kita kembali?" Aku bertanya cemas, melirik mesin Teleportasi Jarak Jauh yang dikelilingi beberapa orang berseragam—kemungkinan besar pekerja yang bertugas memperbaikinya.

"Tadi aku coba curi-curi dengar, kemungkinan kita akan bermalam disini karena mesinnya butuh perbaikan sampai besok." Gadis itu menyeringai, bangga akan informasi yang ia dapatkan.

Aku mengangguk-angguk. Tapi yang jadi masalah.. kami tidak membawa baju ganti. "Kamu bawa pakaian ganti?" Tanyaku.

Dia menggeleng, "Tidak. Untuk apa? Tempat ini kan sudah punya teknologi baju yang bisa berganti model sesuai keinginan kita." Jawabnya sembari mengangkat bahu.

"Memangnya tidak mahal?" Aku bergumam ragu, sembari membenarkan rambutku yang menggelitik kulit wajah.

"Harusnya sih gratis." Jawabannya membuatku tersenyum canggung. Dari caranya berbicara, sepertinya dia tipe yang mudah akrab dengan orang-orang. "Oh ya, siapa namamu?"

"(Name), aku tingkat 3."

"Oh! Aku ingat kamu. Teman sekamarnya Adele kan?" Dia mengangkat alis, tersenyum miring. Dan aku mengangguk. Aku tidak tau Adele punya kenalan dari jurusan arsitektur.

"Aku Flora, tingkat 5. Dan disana," Flora menunjuk pemuda lain—tingginya melebihi Nagi, dan sedang menyisir rambut panjangnya dengan jemari—yang memakai seragam hijau sepertinya, "Namanya Aryu Jyubei, tingkat 5 juga. Partnermu siapa?"

Android(s) - BluelockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang