03 - Sekali ini saja

2 1 0
                                    

"Bisakah kau membalas cintaku?"

Leha Sulikah

*****

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"

Sudah lama aku tidak datang kemari," gumam Leha, matanya melintas ke sekeliling halaman rumah sederhana bercat putih itu. Sudah tiga tahun atau mungkin lebih sejak ia terakhir kali melangkah ke tempat ini.

Dengan langkah ragu, Leha mendekati pintu depan. Ketika hendak mengetuk, suara gemuruh motor terdengar dari kejauhan. Ia berbalik, dan terkejut melihat Faisal-pria yang selama ini mencuri hatinya-mengendarai motornya menuju ke arah rumah.

Faisal menghentikan motornya tepat di depan pagar. "Ada apa lu kesini?" tanyanya, wajahnya terlihat sedikit tegang.

Leha berusaha menjaga ketenangan meski jantungnya berdebar kencang. Ia merapikan pakaiannya dengan gemetar sebelum akhirnya mengeluarkan pertanyaannya, "Apakah ibu ada di rumah?"

Faisal mengangkat satu alis, masih terkejut dengan kehadiran Leha. Ia teringat betul bagaimana Leha selalu dekat dengan ibunya waktu mereka masih di sekolah. Sebuah perasaan campuran antara cemburu dan sesal menyelinap perlahan di hatinya.

"Gak ada," jawab Faisal dengan singkat, mencoba menahan emosinya agar tidak terlalu terlihat.

Jawaban singkat itu menusuk hati Leha. Ia berdiri di sana, merasa semakin canggung di depan Faisal. Jemarinya menggenggam erat pakaiannya, tetapi ia tahu Faisal melihatnya.

Tanpa memandang ekspresi Faisal yang terasa tegang, Leha mengajukan pertanyaan berikutnya dengan ragu, "Em.. kemana ibu pergi? Apa masih lama?"

Faisal menggeleng. "Ya, karena baru saja ibu pergi."

Leha terdiam sejenak, mencoba mencari cara untuk menjelaskan, "Begini, Faisal..."

"Tapi sebaiknya lu pergi," potong Faisal tiba-tiba, suaranya keras dan penuh ketegasan. "Ibu gua bakalan pulang sore nanti."

Leha terkejut. "Eh?! Tapi..."

"Le," panggil Faisal, menghela napas. Ia menatap serius Leha, mencoba menyampaikan sesuatu yang sulit. "Mulai sekarang, jangan pernah lagi lu kemari."

Leha merasa dadanya terasa sesak. Matanya menatap Faisal dengan penuh kebingungan dan kekecewaan. "Ke.. kenapa?"

Kesalahan Faisal menggigil di seluruh tubuhnya. "Karena sebentar lagi gua akan bertunangan," jawab Faisal dengan suara yang terdengar ragu. "Gua gak mau tunangan gua berpikiran yang gak-gak kalau lu sering datang kemari."

Mendengar pengumuman itu, Leha merasa dunianya runtuh. Air matanya jatuh tanpa bisa ia hentikan. Ia menatap Faisal, mencari-cari kebenaran di mata lelaki itu.

"Hum," Faisal mengangguk, tetapi pandangan matanya menunjukkan rasa sesal yang terpendam.

Leha meremas dadanya yang sakit. "Benarkah...?" bisiknya, suaranya bergetar.

Faisal tidak menjawab. Ia hanya menatap Leha dengan tatapan yang dingin dan keras.

Leha menunduk, air matanya terus mengalir deras. "Hiks... hiks..."

"Jangan menangis," gumam Faisal tanpa sadar, hatinya berkecamuk.

Deg... deg...

Leha tiba-tiba merangkul Faisal dengan erat. Faisal terkejut, ia tidak tahu harus berbuat apa.

"Kenapa bukan Leha?" desak Leha dengan suara tertahan. "Kenapa? Hiks..."

Faisal dengan kasar melepaskan pelukan Leha, menyeret tangannya menjauh. "Lepas," bentaknya dengan suara yang penuh ketegasan.

Leha menolak untuk melepaskan. Ia semakin merapatkan pelukannya pada Faisal. Faisal mengepalkan kedua tangannya dengan frustasi, mencoba menahannya.

"Lepaskan," ulang Faisal dengan suara yang keras, "Jangan bersikap menjijikkan."

Leha menangis lebih keras, tubuhnya bergetar dalam pelukan yang kasar. "Sekali saja... hiks... Leha mohon, terimalah cinta Leha... hiks..."

Faisal tidak bisa menahan emosinya. Ia mendorong Leha dengan kasar sampai gadis itu terjatuh.

Leha tercengang, terluka bukan hanya fisik, tetapi hatinya hancur berkeping-keping. Ia bersimpuh di tanah, menatap Faisal dengan tatapan penuh keputusasaan. "Hiks... hiks... Bisakah Faisal membalas cintaku?"

Faisal menatap Leha dengan perasaan campuran di hatinya. Dia mencoba mengucapkan sesuatu, tetapi tidak ada suara yang keluar dari bibirnya. Akhirnya, dengan matanya yang berkaca-kaca, dia berbalik dan pergi meninggalkan Leha yang terduduk sendiri.

.
.

Di dalam kamar, Faisal menatap Leha yang masih menangis. Sejujurnya melihat Leha seperti itu membuat hatinya sakit. Yang tanpa sadar, Faisal memegang dada kirinya dan air matanya jatuh, "Maafkan gua Le. Gua gak mau lu berharap lebih sama gua."

.
.
.
.
.

Sabtu, 15 Juni 2024
Next..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Twelve Maidens Revived : Love & MysteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang