-Happy Reading-
.
.
.Helena, Fero dan ibu Helena sampai di sebuah halaman rumah yang cukup sederhana. Perkarangan rumahnya juga luas dengan beberapa tumbuhan hias dan obat-obatan.
Jarak rumah Helena dengan rumah tetangganya cukup jauh. Sebab belum ramai orang yang tinggal di desa ini. Prasarana dan fasilitas di desanya juga belum cukup. Hal itu mengharuskan Helena untuk bersekolah ke kota yang lumayah jauh dari rumah dengan sepeda kesayangannya.
Sejak mereka bertiga sampai di halaman rumah Helena. Fero hanya diam dengan tatapan kosong. Ia bertanya-tanya kenapa wajah Helena berbeda dan ratunya berbeda dari sebelumnya.
"Eh kok malah bengong? Ayo silahkan masuk." Ajak ibu Helena mempersilahkan.
Fero tersadar dari lamunannya. "Tidak apa-apa ratu." Fero membungkukkan badan memberi hormat pada ratunya.
Mendengar itu ibu Helena tersenyum. "Tidak perlu terlalu formal Fero. Disini saya ibunya Helena bukan ratu Rubi. Panggil saja 'tente'."
"Baik rat~eh tante." Fero sedikit canggung atas situasi ini. Bagaimana pun selama ini ia mengenal ibu Helena sebagai ratunya. Jadi cukup aneh rasanya jika memanggilnya dengan sebutan 'tante'.
***
Fero tinggal bersama Helena dan ibunya. Kamar Fero di sebelah kanan dari pintu masuk. Bersebelahan langsung dengan kamar sang ratu. Kamar Fero cukup sederhana dengan tatanan yang rapi. Ada beberapa buku-buku yang terpajang di rak kecil di sisi lain lemari. Barang-barangnya juga unik-unik tak seperti yang ada di bangsa Helix, tempat ia tinggal.
Setelah membersihkan diri Fero berdiri di depan cermin. Ia sempat kaget dan ingin menyerang orang yang ada di hadapannya. Ia melihat orang lain dan bukan dirinya di depan cermin.
Kini ia memahami kenapa wajah Helena dan ratunya berbeda saat berada di dunia ini. Mungkin ia mengalami apa yang terjadi pada Helena dan ratunya.
Kini di meja makan Fero, Helena dan ibunya sedang menikmati masakan ibu Helena yang sangat pas dengan lidahnya. Selama ini ia tidak pernah melihat sang ratu memasak di kerajaan rubi karena para pelayan selalu siap sedia untuk menyediakan makanan para bangsawan kerajaan. Jika ingin memasak pun raja tak akan membiarkannya karena itu dianggap merendahkan harga diri bangsawan.
Aturan seperti itu sudah turun-menurun dari generasi ke generasi. Bangsawan wanita yang tidak pandai memasak disana tidak di permasalahkan, karena mereka dapat mempekerjakan para pelayan.
"Bagaimana rasa masakan saya nak Fero?" Tercipta garis lekung di pipi sang ratu.
Fero pun ikut tersenyum. "Sangat enak tante. Ini pas sekali dengan lidah saya."
"Kalau begitu setiap hari Helena akan memasakkan makanan seperti ini untukmu." Sang satu melirik Helena dan yang dilirik hanya tersenyum malu.
"Tidak perlu repot-repot tante."
"Tidak masalah Fero."
"Oh iya Hel, nanti kamu ajak Fero keliling desa. Supaya Fero bisa mengenal bangsa Luwis." Pinta sang ibu yang dijawab anggukan oleh Helena.
Acara makan siangnya telah selesai. Hari ini Helena tidak ke sekolah karena hari ini adalah hari libur. Hari yang selalu di tunggu oleh semua siswa, baik kalangan kota maupun desa.
Helena membawa Fero berkeliling di desa. Pertama sekali ia membawa Fero ke ladang yang hijau. Disana mereka berdua bernyanyi bersama burung-burung. Sesekali mereka bermain kejar-kejaran seperti anak kecil padahal keduanya sudah tidak kecil lagi. Terutama Fero yang sudah berumur tujuh tahun lebih tua dari Helena. Keduanya sangat menikmati nyanyiannya ditambah udara disana juga sangat sejuk yang di kelilingi pohon-pohon rindang yang tidak terlalu tinggi.
Helena ingin sekali memetik buah apel dari pohon yang cukup tinggi di depannya. Tanpa fikir panjang Helena memanjat pohon apel tersebut.
Fero melihat arah pandang Helena yang kini mulai memanjat. Sedikit bingung, namun segera ia memetik beberapa apel dengan sihirnya. Melihat itu Helena bingung dan sesaat kemudian ia segera turun dari pohon.
"Lah kok bisa?" tanya nya terheran. Padahal selama ini ia sendiri tak pernah menggunakan sihir nya di dunia nyata. Ia mengira kekuatan sihir hanya bekerja pada dunia mimpi. Karena hal itu Helena tidak pernah mencobakan sihir nya.
"Kenapa?" tanya Fero yang juga keheranan melihat tingkah Helena.
"Itu, kok kamu bisa pakai sihir?"
"Kan aku emang bisa sihir."
"Bukan itu."
"Terus apa?"
"Sihir mu kenapa bisa bekerja di dunia nyata?"
"Kan sama aja, Hel. Tergantung penggunanya, bisa menyesuaikan apa enggak," jelas Fero sambil mengambil gigitan pertama pada apel nya.
.
.
.Bagaimana kelanjutannya ceritanya?
Apa rencana Helena selanjutnya?
Apa pertualangan selanjutnya yang akan dilakukan Helena dan Fero?
_________________Segitu dulu ceritanya ya teman-teman. Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya kalau perlu dispam🤗
Jangan lupa ajak teman-temannya untuk berpetualang bersama Helena dan Fero😅
Kalau ada kesalahan kata dan sebagainya tolong di komen pada bagian yang salahnya ya readers:)
Nanti akan direvisi kembali setelah and.
Nantikan PART selanjutnya...
8 Jan 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heir of Dream Kingdom
Fantasy"Cepat kejar mereka!!!" Terdengar teriakan dari belakang mereka. Mereka dikejar oleh orang-orang yang tak dikenal. Di tengah pelarian mereka Helena teringat sesuatu. Bukankah aku bisa terbang? Kenapa aku malah ikut lari? Dasar bodoh! Helena mengutu...