.
.
“Suatu saat dia bakal minta pergi, Jen, apalagi kalau kamu begini terus.”.
.Apa yang pernah disampaikan teman makhluk mitologinya kembali terngiang di kepala, seiring dengan Jeno yang masih bertukar tatapan dengan Haechan.
Kini Jeno mengantisipasi keberadaan sorot pengharapan di sepasang mata Haechan. Kobar keyakinan dan rasa lega tadi telah pergi, berganti dengan tatapan penuh permohonan supaya Jeno mengabulkan apa yang dia minta.
Namun sorot memohon itu pula yang semakin melukai hati Jeno. Entah apa penyebabnya, tetapi Jeno merasa tidak nyaman dengan fakta sekarang Haechan sedang mengemis supaya dibebaskan.
“A-Aku tahu kamu membeli aku, Jen, menghabiskan sejumlah uangmu untuk bisa mengikat kontrak darah sama aku,” ucap Haechan lirih, meskipun matanya tetap memandang lurus menghujam netra Jeno. “Tapi aku rasa, kontrak kita juga udah nggak ada artinya kan?”
Haechan kembali tersenyum, kian menyentil hati Jeno yang bahkan sudah melepaskan perkakas makan dari kedua tangannya. Kini dia cuma fokus memerhatikan Haechan yang, demi Tuhan, terlihat lebih pucat dari biasanya.
Tangan Haechan yang juga tampak tak bertenaga bergerak menyentuh lehernya yang ditempeli cooling patch, lalu dia berbicara lagi, “Aku... Aku emang pernah bilang kalau aku nggak bakalan pergi kecuali kamu yang minta. Tapi ternyata aku udah nggak kuat Jen, apalagi sejak konsekuensi yang aku terima juga makin berat, makin sakit, makin nggak bisa diatasi cuma dengan obat-obatan biasanya.”
Haechan menggigit bibir bawahnya, “Mungkin kalau besok kamu cari manusia lain untuk bikin kontrak darah, tambahin klausul supaya mereka lebih tahan sama rasa sakit dari konsekuensi pelanggaran kontrak. Soalnya ternyata sesakit itu, aku juga kadang nggak kuat, hehe...”
Kini mata Haechan mengerjap dan Jeno mendapati selaput bening tipis mulai menggelayut di sana, “Makanya, boleh kan kalau aku minta kontrak darah kita dibatalkan, Jen? Kalau ini melanggar kontrak jual beli aku dulu, aku juga siap, aku bakal bayar ganti ruginya.”
Sempat hening.
“Please, Jen.”
Sebelum Haechan mulai menyuarakan permohonan dengan kedua mata berkaca-kaca.
“Let me go, Jen, please.”
Haechan mengerahkan semua usahanya untuk merayu Jeno agar melepaskannya. Apapun. Dia bahkan siap bila harus membayar ganti rugi dalam jumlah besar — sekalipun ini berarti Haechan harus menghabiskan sisa umurnya untuk bekerja sangat keras — selama itu membuat Jeno melepaskannya.
Manusia dan vampir sebenarnya memiliki prosedur yang sama untuk memutuskan kontrak darah mereka. Dunia yang telah berdamai dengan makhluk mitologi ini bahkan mempunyai lembaga peradilan khusus, termasuk untuk menyidang pemutusan kontrak darah vampir dan manusia.
Namun Haechan juga tahu musuhnya — dalam hal ini Jeno — bukanlah vampir sembarangan. Apartemen yang luas meski hanya ditempati dua orang ini sudah menjadi bukti, belum lagi dengan sederet aset bergerak dan tak bergerak lain milik Jeno.
Di kalangan vampir, Jeno adalah bangsawan. Di dunia manusia, karier Jeno juga sangat moncer sebagai seorang Chief Operating Officer sebuah hotel besar yang kerap dijadikan markas para makhluk mitologi.
Dengan profil seperti itu, Haechan tidak berani membayangkan seberapa sulit untuk melawan jika dia nekat melaporkan pelanggaran dan menggugat Jeno di pengadilan.
Ditambah dengan Haechan yang tahu dirimya sudah dibeli oleh Jeno, maka dia mencoba bertahan. Karena itulah, Jeno yang sesumbar akan mengabulkan apapun permintaan Haechan adalah celah. Haechan jelas harus memanfaatkannya untuk bisa pergi, sekalipun dia tahu akan kembali menelan rasa sakit hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
saudade - a nohyuck fanfiction
Fanfictionsau•da•de - a deep emotional state of melancholic longing for a person or a thing that is absent Jeno merasakannya, tepat menusuk di hatinya, ketika Haechan terbangun tanpa mengingat dirinya. Namun untuk meminta Haechan kembali mengenang mereka pun...