[8] morning encounter - 2

344 60 3
                                    


.
.
.

“Tenang aja, maksudnya bukan pergi as if kamu batalin kontrak darah kita kok.”

Lamunan Jeno langsung buyar mendengarnya, sementara Haechan cuma cengar-cengir sambil menggaruk belakang kepalanya.

“Aku juga tahu kamu nggak mungkin mau batalin kontrak darah kita, you own me afterall, kamu bisa dan berhak lakukan apapun ke aku, terlepas dari aku suka atau nggak, mampu atau nggak,” ujar Haechan lalu memamerkan deretan gigi putihnya.

Begitu datar kalimat itu terucap, tetapi Jeno bisa merasakan getir di setiap kata yang Haechan ungkapan.

Getir yang tak tertutupi walau Haechan tertawa canggung setelahnya.

“Tapi aku serius soal aku belum bisa kasih kamu minum darah langsung dari leher,” kata Haechan, kali ini tangannya tanpa sadar merambat memegangi plester pendingin yang masih menempel di luka bekas taring Jeno.

Luka yang selalu menjadi tempat Jeno menghunuskan taring-taring tajamnya untuk menyedot sejumlah liter darah Haechan.

Luka yang menciptakan sensasi mengerikan  setiap kali Jeno berulah dan sebenarnya Haechan tidak mau lagi merasakannya.

“Lukanya masih sakit sampai sekarang dan aku juga nggak tahu kenapa sampai selama ini,” tutur Haechan. “Makanya nanti aku mau periksa ke Dokter Renjun.”

Dan Jeno tidak tahu, untuk pertama kalinya sepanjang ratusan tahun dia bernyawa, dia akan merasakan yang namanya sensasi jantung diremas.

Sensasi ketika dadanya tiba-tiba terasa sesak dan membuat Jeno kesulitan bernapas, apalagi ketika melihat Haechan meringis saat tanpa sengaja menekan luka.

“Renjun jam berapa praktiknya?”

“Eh?”

Pertanyaan macam apa ini?

“Renjun, dia praktik jam berapa? Dan kamu udah antre belum? Aku bisa personally kontak Ren—”

“Udah didaftarin sama Yeri kok, Jen,” sela Haechan sambil menutup lagi pintu kulkasnya. “Udah diurus semuanya, beres, kamu nggak usah repot. Paling nanti repot bayarnya aja, soalnya mau pakai kartu kredit yang kamu kasih dulu, nggak apa-apa kan?”

“Y-Ya nggak apa-apa.”

Bahkan peran Jeno sudah tereduksi sedemikian rupa hingga hanya perlu membayar semua keperluan Haechan. Jauh berbeda dengan bagaimana pemuda Gemini itu bergantung kepada Jeno beberapa tahun lalu, tentu ketika Haechan masih minor dan baru awal-awal menjadi sumber makanannya.

“Oke, makasih ya.” Haechan lalu berbalik, “Ya udah ayo makan dulu, kamu udah kesiang—”

“Kenapa harus simpan banyak stok darah kayak gitu?”

“Hm?”

Jeno kini sudah melempar tatapan tegas ke arah Haechan, “Stok darah tadi, kenapa kamu simpan sampai sebanyak itu?”

“Sebenernya 3-4 kantong cukup buat keperluan kamu sekali makan,” jelas Haechan. “Dan kamu udah... sebulanan? Atau dua bulan? Pokoknya udah lama sejak terakhir kali kamu minta darah aku. Padahal aku, orang-orang yang jadi sumber makanan vampir ini, genetically berubah setelah terikat kontrak darah. Regenerasi darah kami jadi lebih cepat daripada manusia lain, kami juga nggak bakal selemas manusia lain walau vampir bisa minum berliter-liter darah sekaligus. Kamu nggak lupa itu kan?”

saudade - a nohyuck fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang