[14] keyakinan untuk kembali

321 54 1
                                    


.
.
.

Hyesoo sudah berlalu.

Wanita itu langsung menyentakkan tangan Jeno dan balik badan tanpa menggubris permintaan sang anak sambung. Lagipula bentuk pertanggungjawaban seperti apa yang bisa Jeno tunjukkan jika selama ini pun hidupnya jauh dari sikap bertanggung jawab?

Kini tersisa Taeyong dan Jeno di depan pintu ruang operasi. Sudah hampir lima jam berlalu sejak Haechan pertama kali ditangani dan Jeno sama sekali tidak punya bayangan soal prosedur yang mesti dijalani hingga memerlukan waktu selama ini.

“Tapi Mama bener.”

Dan ucapan itu membuat lamunan Jeno buyar. Kepalanya sontak menoleh, sementara Taeyong tetap berkata sambil menatap lurus ke depan.

“Kamu harus batalkan kontrak darah sama Haechan.”

“Enggak mau!” tegas Jeno. Rasa kalut itu datang lagi, Jeno khawatir Taeyong akan memaksanya membatalkan kontrak darah dengan Haechan. “Manusia yang sehat aja bisa mati karena ritual pembatalan kontrak darah, apalagi yang lemah banget kayak Haechan.”

Kekhawatiran itu nyata terucap dari bibir Jeno, tetapi malah disambut dengan dengusan geli, “Seriously, Jen?”

Nada bicara Taeyong kental akan ketidakpercayaan, “Cepat atau lambat dia akan mati karena semua pelanggaran kontrak darah yang kamu lakuin, and now you act like you care about him?

Entah sudah berapa kali jantung Jeno seperti dihujam panah akibat pedas dan tajamnya sindiran orang-orang. Mulai dari Renjun, ibu sambungnya, bahkan sampai kakak kandungnya sendiri juga menyangsikan kekhawatiran yang Jeno rasakan untuk Haechan.

Dan sialnya, Jeno tak bisa membantah.

Di mana letak kepedulian Jeno jika selama ini yang dilakukannya cuma memperpendek umur Haechan?

Jadi yang bisa Jeno lakukan hanya menggumam, sekaligus berharap Taeyong dapat menangkap keseriusan di setiap patah kata yang terucap.

Better late than sorry, Kak,” tutur Jeno dan sempat dijeda dengan hela napas panjang. “Dan aku nggak mau kehilangan Haechan.”

Jeno serius.

Persetan dengan reaksi orang-orang, Jeno berjanji akan memperlihatkan keseriusannya. Jeno siap berjuang sekuat tenaga untuk membahagiakan Haechan.

Asalkan Haechan kembali sadarkan diri.

Asalkan Haechan kembali berada di sisi Jeno.

Karena itulah Jeno memejamkan matanya lagi, memanjatkan doa kepada Tuhan dengan sekhuysuk mungkin. Tak banyak yang Jeno pinta, dia hanya mau Haechan kembali ke sisinya dan berkenan memaafkannya.

Hanya itu.

Hanya itu yang berani Jeno mohonkan kepada Tuhan-nya.

Hanya itu yang sanggup Jeno tuturkan di hadapan Tuhan-nya.

Dan entah apakah semesta memang berkonspirasi, tetapi seorang tenaga medis meninggalkan ruang operasi tepat setelah Jeno menyelesaikan doanya.

“Keluarga Tuan Haechan?”

“Saya!” jawab Jeno langsung, bahkan nyaris melompat dari tempat duduknya. “Saya keluarganya, Dok.”

Vampir yang memelihara Haechan bisa dianggap sebagai keluarga, bukan?

Namun sang dokter tidak langsung merespons. Malah Jeno merasa dirinya dipindai dari atas ke bawah secara bergantian, sebelum sang dokter kembali menatapnya dan menghela napas.

saudade - a nohyuck fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang