Tujuh

14.9K 650 12
                                    

Rey POV

Aku dan teman-temanku sedang berkumpul di tempat parkir ketika kami mendengar banyak siswa yang berteriak. Kami langsung menuju gerbang sekolah karena penasaran. Ketika kami keluar sudah banyak orang yang berlarian ke korban tabrak lari itu. Tyara. Tanpa pikir panjang aku berlari dan membawanya ke mobilku. Bajunya yang putih kini sudah bercampur darah. Begitupun sebagian wajahnya. Bertahanlah, Ra, aku mohon...

Mobilku kini sudah dikendarai Rio, kami langsung menuju rumah sakit. Tyara langsung ditangani dokter jaga seraya menunggu om Arya dan tante Vanny. Ketika om Arya dan tante Vanny memasuki ruangan sayup-sayup aku mendengar suara "Kita membutuhkan darah, dok."

Aku panik. Aku merasa gagal menjaga gadisku. Semoga kamu baik-baik aja, Ra. Sebuah lengan yang memukul bahuku pelan menyadarkanku. Rio adalah sahabatku sejak SMP. Dia juga mengetahui semua tentang aku dan Tyara. Termasuk perjodohan kami. Aku menunggu ditemani Rio.

"Gimana Tyara, om?" tanyaku ketika om dan tante keluar.

"Dia akan baik-baik saja, Rey. Dia memang tadi kekurangan darah, but she's strong enough." jawab om Arya.

"Maaf, om, tante, Rey gagal jagain Tyara..."

"Kamu nggak gagal Rey, Tyara baik-baik aja lebih baik sekarang kamu pulang dulu lalu istirahat kalau memang nanti mau kesini nggak apa-apa." jelas tante Vanny.

Sebenarnya aku nggak mau pergi tapi sekarang bajuku dipenuhi darah Tyara tadi mau tak mau aku harus pulang.

"Kalau gitu Rey salin dulu, setelah itu Rey langsung kesini, tan." balasku yang ditanggapi anggukan mereka.

Aku pulang dengan Rio karena rumah kami memang di komplek yang sama. Seperti janjiku tadi, aku hanya berganti baju lalu kembali ke rumah sakit. Tyara memang sudah dipindahkan ke ruang inap, tapi belum ada yang diperbolehkan menjenguk kecuali keluarga atau orang yang diizinkan om Arya.

Keadaan Tyara mulai membaik ketika malam hari, walaupun tetap belum sadarkan diri. Tante Vanny menyuruhku pulang dan berjanji akan segera meneleponku ketika Tyara sadar. Tapi kenyataannya tante Vanny belum juga meneleponku hingga pulang sekolah keesokan harinya.

Tanpa membuang waktu aku langsung ke rumah sakit saat pulang sekolah, mengabaikan tawaran teman-temanku untuk datang ke opening cafe milik Rio. Tentunya Rio mengerti keadaanku.

Aku membuka ruangan 1501 itu. Ruangan khusus keluarga pemilik rumah sakit. Tante Vanny masih menunggu Tyara.

"Apa belum ada perkembangan, tante?" tanyaku mendekati brangkar Tyara.

"Keadaannya lebih baik, sekitar jam 10 dia sudah siuman tapi diberi obat tidur agar dia istirahat." jawab tante Vanny.

Aku hanya mengangguk.

"Rey, sebentar lagi om dan tante harus berangkat ke Bali untuk peresmian Luxy Hotel and Resort disana, tante bisa minta tolong kamu untuk menjaga Tyara? Sebelumnya kami sudah bilang juga dengan dr. Izna untuk menggantikan kami merawat Tyara."

"Tanpa tante minta Rey akan jaga Tyara kok, tan. Tante tenang aja."

"Makasih, ya, Rey. Yaudah tante tadi memang nunggu kamu. Tante pergi ya." pamitnya.

Aku mengantar tante Vanny hingga keluar ruangan. Lalu kembali dan duduk di tempat tante Vanny tadi. Tyara baru bangun pada malam harinya.

"Kak Rey..." ucapnya.

"Akhirnya lo bangun juga. Jangan banyak ngomong dulu."

"Gua udah baikan kok kak. Makasih udah mau nungguin. Oh ya, mama sama papa dimana ya, kak?"

Senior High LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang