Dua Belas

11.4K 575 6
                                        

Frans menyetujuinya. Kuulangi Frans Aldino Dewangga menyetujui tantangan kak Rey! Jujur aku nggak seberapa tau kemampuan kak Rey di basket. Banyak yang bilang dia pemain terkeren dan terhebat disini. Yang membuatku bingung, 'disini' yang dimaksud adalah di sekolah ini atau di kota ini atau di provinsi ini? Katanya juga kak Rey selalu menjadi MVP Basket di setiap pertandingan yang diadakan disini. Tapi itu 'katanya' yang belum pasti kebenarannya. Ah sudahlah, intinya aku takut kak Rey kalah!

Frans itu memang kelihatan santai, tapi diam-diam dia menghanyutkan. Dia selalu menjadi MVP disetiap pertandingan sehingga didaulat menjadi salah satu pemain basket muda hebat di Bandung. Oke, pokoknya pulang sekolah aku nggak akan mau nonton!

"Kak Rey..." bisikku berharap kak Rey hanya bercanda atau mau mencabut tantangannya itu. Tapi sepertinya itu hanya harapan, melihat wajah kak Rey yang semakin menegang, pupus sudah.

Kak Rey menarik tanganku, aku pun masuk ke kelas. Sedangkan dia bergabung lagi dengan teman-temannya, ya bisa dibilang dengan geng-nya yang tak lain adalah kumpulan The Most Wanted Guy di Darma Bangsa. Putri dan Tara sudah menungguku di kelas. Anak-anak perempuan kelasku juga sedang berkumpul. Yah biasalah, menggosip.

"Lo kenapa nggak bilang ke kami kalo lo kenal sama kak Frans?" tanya Tara.

"Gua sebelumnya nggak kenal sama kak Frans kok, gua baru kenal kemarin." jawabku. Selain Tara, Putri juga memang belum mengetahui apapun tentang Frans.

Salah satu teman perempuanku, Nadia,  masuk kelas.

"Pulang sekolah kalian jangan pulang dulu! Kak Rey dan kak Frans akan tanding basket! One by one!" seru temanku itu. Ye, gua sih udah tau duluan, batinku.

"What??" seru semua anak perempuan kelasku. Capslock bagian semua.

Bel masuk berbunyi. Ketika jam istirahat aku tidak keluar kelas. Karena ini Sabtu, hanya ada sekali jam istirahat. Berita pertandingan basket antara kak Rey dan Frans sudah menyebar. Waktu pulang sekolah hari ini sangat di tunggu hampir semua siswa. Mereka yang ingin menonton sudah bersiap di tempatnya, tentu saja didominasi siswa perempuan. Sedangkan aku langsung ke taman belakang. Menunggu siapa yang menjadi pemenang.

Karena terlalu bosan menunggu sendiri, aku menghubungi Denny dan memintanya menjemputku. Aku hanya menghubungi Denny karena memang dia orang yang tepat, dia memang yang paling dekat denganku. Dan Denny juga yang paling pendiam, dia mengerti keadaanku tanpa harus aku beritahu. Aku mulai penasaran lalu pergi ke lapangan dan menemui keempat temanku yang sedang serius menonton.

"Gimana hasilnya?" tanyaku pada Putri dan Tara.

"Mereka selalu seri, terjadi penambahan waktu." jawab Putri singkat tanpa melihat ke arahku.

Ternyata apa yang anak-anak bilang tentang kak Rey adalah fakta dan bukan 'katanya'.

Aku tak tahu bagaimana cara menghentikan mereka berdua. Aku kembali menjauh dari lapangan sambil menunggu Denny. Aku tak mengerti dengan hari ini. Sejak pagi perasaanku sudah buruk. Kalau seperti ini, kak Rey dan Frans hanya akan membuang-buang tenaga mereka. Denny langsung menghampiriku. Parkiran sekolah dan lapangan memang sedikit berjauhan.

"Siapa yang lagi tanding?" tanya Denny dengan wajah datarnya. Denny memang orangnya susah ditebak, kadang dia pendiam dan terkesan misterius dan kadang dia menjadi orang yang easy-going terkesan playboy. Aneh bukan? Tapi, seaneh apapun dia, dia adalah teman terdekatku. Denny yang pertama, Putri yang kedua.

"Lihat aja sendiri!" balasku.

Denny beranjak mendekati lapangan. Setelah itu kembali ke tempatku dengan wajah yang senantiasa datar. Denny dan ketiga sahabatku memang mengenal Frans, begitupun sebaliknya.

Senior High LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang