Hallo kidz, this is you author mermet. Di sini aku zuma mauq mengatakskan maav Yangs syebesyar besyarnyach...cuz author jarang up, di tambah sibuk sama tugas dll.
Kalau author take down cerita ini dan di up ulang tanggal 1 Februari, isnthat okay for ya'll?
Kasih tau author Yach, cuz author di Landa kebingungan
Keesokan harinya, bintang yang sudah siap dengan seragam rapih, tas baru, sepatu baru dan semua hal hal berbau baru menempel pada dirinya. Baik itu keluarga, penampilan, dan mungkin kehupan baru. Gadis ah tidak..lelaki itu kemudian berjalan menuruni anak tangga dengan senyum yang tak sekali pun hilang dari wajahnya, Ian yang melihat Bintang langsung mendekat lalu memegang tangan bintang. Bak di sihir, bintang melihat berbagai bunga mengitari Ian bak seorang peri. Bintang pun tersenyum hangat sambil menggenggam tangan Ian dan ikut berjalan bersamanya.
"Ayo, kita sudah menunggumu." Ucap Ian yang berjalan perlahan menyamakan langkahnya dengan Ian, Gladius yang melihat ke dua adiknya terkekeh lembut. Betapa imutnya melihat seorang bayi meggengam tangan bayi lain, dia terlihat seperti seorang bodyguard yang tengah menjaga tuan muda dari keluarga konglomerat saja.
Ian, bintang dan Gladius berjalan menuju mobil karena di rumah hanya ada mereka bertiga juga para pekerja lainnya. Semua orang sudah sibuk dengan urusan nya masih masing, begitu juga dengan ke tiga pria ini yang sekarang mulai berjalan mendekati kesibukannya dia sekolah.
"Gorila, hati ini aku yang mengemudi ya." Ucap Ian dengan tegas, ia mau membuat bintang menatapnya dengan kagum akan bakal mengemudinya. Setiap hati di rumah ini dia lah yang selalu menjadi mainan kakak kakaknya, di jahili, di prank, dan lainnya. Karena dia punya adik sekarang, dia mau adiknya menatapnya sebagai lelaki yang serba bisa dan bijak sana, walau kenyataannya..mungkin, Ian lebih kekanakan dari pada Bintang.
"Tidak, anak kecil tidak di izinkan mengemudi." Ucap Gladius final, hal itu membuat rahang Ian terjatuh ke lantai dengan wajah tak terima dia menghentakkan kakinya.
"Tapi kakak...Ian mau mengemudiii!" Rengeknha, hal itu membuat bintang terkekeh.
"Ian, ka Gladius melarang Ian untuk mengemudi karena dia khawatir Ian akan terluka. Jika kamu terluka, semua penumpang di belakang termasuk aku akan terluka juga kan?" Ucap bintang menenangkan Ian.
Ian yang di nasihati begitu oleh bintang semakin cemberut.
"Bintang di mana "ka" milikku? Kamu hanya memanggil gorila itu dengan sebutan "ka", lalu mana milikkuu???" Tanyanya semakin merengek.
"Iya kakak Ian yang tampan." Bintang tersenyum manis kemudian di sambut pelukan gemas dari Ian.
"Uuu, bayi manis." Ucap Ian gemas, bintang hanya mengelus tangan Ian kemudian mengangguk pada Gladius.
"Naiklah." Perintah lelaki yang paling tua di antara mereka bertiga, Ian dan bintang pun menaiki mobil milik Gladius.
Di sepanjang jalan Ian sangat antusias berbicara dengan bintang dan bintang ikut berbicara dengan abtuas menjawab ocehan ocehan lelaki yang lebih tua setahun darinya. Gladius yang melirik sambil mendengar kan ke duanya mengoceh menatap mereka berdua dengan gemas.
Gladius melirik ke belakang sebentar saat dia hendak berbelok ke arah wilayah gerbang sekolah.
"Ambil barang kalian." Ucap Gladius tegas, Ian dan bintang segera mengambil barang barang mereka setelahnya Ian mengambil tangan bintang dan memasang gelas berwarna hitam di pergelangan tangan bintang. Sang empu yang di beri gelang itu tersenyum senang, dia tak berhenti menatapi gelas itu dengan penuh arti.
"Terimakasih ka Ian." Ucap bintang senang, orang yang di ucapkan terimakasih itu hanya tersenyum balik sambil mengusap kepada bintang.
"Kamu tak memberiku satu huh? Dasar anak pungut." Ucap Gladius yang tengah membuka sabuk pengaman.
"Kalau mau kamu harus membayar, bintang itu special jadi aku memberinya cuma cuma." Ucap Ian sambil tersenyum menjengkelkan.
"Dasar anak pungut." Ucap Gladius terkekeh kemudian dia keluar dari mobil, bintang ikut terkekeh karena tingkah laku kakak beradik ini. Detik itu pun dia merasa bahwa dia hanya orang asing di kehidupan mereka, apa dia pantas mendapat kasih sayang mereka? Setelah itu bintang menggeleng menepis jauh pikiran pikiran negatif itu.
Dia ikut turun dari mobil kemudian memegang ujung baju milik Ian karena saat dia melihat sekolah ini sangat luas...dan seperti bangunan di zaman Mega litikum. Sungguh besar..
"Ayo bintang kita antar kamu masuk ke kelas mu." Ucap Ian sambil memegang tangan bintang.
"Kakak pergi ya, jangan nakal." Ucap Gladius sambil mengelus kepala Ian, bintang hanya menatap itu dengan lirih, dirinya menundukkan kepala setelah beberapa saat dia merasa sesuatu yang hangat mengelus kepalanya. Dia tersenyum tulus saat melihat Gladius mengelus kepalanya juga.
"Hehehe..." Tawa bintang membuat Gladius dan Ian ikut tersenyum, perut mereka terasa di penuhi kupu kupu saat melihat adik malang mereka tersenyum dengan tulus bak seorang malaikat.
"Tapi..." Ucapan Ian membuat Gladius juga bintang menatap sang empu.
"Kau harus ikut mengantar bintang juga dasar gorila bau!" Ucap Ian tertawa nakal kemudian menarik baju Gladius sambil berjalan bak emak emak rempong menuju pintu masuk gedung besar yang merupakan sekolah ini.
Kehebohan yang memenuhi sekolah ini sedikit tmereda saat Ian dan Gladius melangkah kan kakinya masuk ke dalam, bisikan demi bisikan bisa bintang dengar, siswi siswi maupun para siswa menatap Ian juga Gladius dengan tatapan memuja, baik dari segi fisik mau pun hal lainnya.
Bintang yang tertutup tubuh Gladius tak begitu di hiraukan saat itu, tapi Ian menatap Gladius dengan kesal lalu menarik tangan bintang dan membuat bintang condong ke arah Ian, dia hampir saja terjatuh. Tapi untungnya Gladius menahan tubuh bintang, keheningan itu seketika menjadi kehebohan di sana. Bisikan yang samar samar kini berubah menjadi pekikan yang heboh.
"Kakak bilang berhati hati bukan?" Ucap Gladius dengan suara beratnya. Ian hanya cemberut kecil lalu memegang tangan bintang bak permata.
"Ian kan hanya ingin bintang berjalan di sebelah Ian." Ucap Ian yang kini telah dengan mode menjadi anak bungsu keluarga lucian.
'and..here we go again.' batin Gladius yang sedikit tertekan tapi juga senang.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm A Villain
RandomMenjadi seorang lelaki bukanlah impian Bintang, Bintang hanyalah seorang gadis yang menemukan sebuah buku dengan tulisan 'Bulan Destiny', dan buku itu lah yang menjadi penyebab mengapa dirinya di perlakukan layaknya hewan. Dirinya hanya tokoh antag...